LAUNCHING
BUKU SEJARAH SEKABAU
DESA
KUALA PANGKALAN KERAMAT
“
Menggali telaga di tepi kuala
Telaga
digali bersama-sama
Lupa
sejarah lupa budaya
Mau
dibawa kemana anak bangsa “
Pantun tersebut di ucapkan oleh mahasiswa Fakultas
Pertanian Untan, Sandi. Pantun tersebut sebagai pesan untuk pemuda khususnya
mahasiswa agar tidak melupakan sejarah serta berusaha untuk melestarikan budaya
karena sejarah dan budaya merupakan kekayaan yang sangat berarti di dalam
kehidupan. Pantun tersebut di ucapkan saat “ Laucing Buku Sejarah Sekabau”
(4/ 1/ 2010) di Balai Kajian Sejarah ( jalan Sutoyo, Pontianak) yang di
selenggarakan oleh IMKT (Ikatan Mahasiswa Kecamatan Tebas), IMTEK (Ikatan
Mahasiswa Teluk Keramat), PEMIKAT (Persatuan Mahasiswa), ISMAPAL (Ikatan
Solidaritas Mahasiswa Paloh) dan GEMAWAN () dengan tema “
Orang Kampung Meninju Zaman”.
Buku
Sejarah Sekabau tersebut dikarang oleh Jefriadi (Faperta Untan), Leziardi
(Faperta Untan), Rudiansyah (Fkip Untan), Sandy (Faperta Untan), Sobari Mulki
(Fkip Untan), Iska (Faperta Untan), Jumadi (Faperta Untan) dan Regenda (Apj Upb).
Buku tersebut mengungkap sejarah sekabau yang merupakan kota
tertua di kabupaten sambas yang kini tinggal cerita dan dapat di lihat melalui
peninggalan-peninggalannya, menampilkan
potensi dan keunikkan desa tempat kota
sekabau berada pada masa dulu serta mengajak agar setiap orang menghargai
sejarah dan menggali sejarah yang masih ada dan belum di bukukan.
Launching
buku tersebut dibuka dengan budaya
sambas yaitu pantun, syair (Bawadi Mas’ud) dan zhikir Maulud (Asm Pantura),
kemudian secara resmi di buka oleh Pembantu Rektor III Universitas Tanjungpura,
Edy Suratman. Di dalam pidatonya pak edy suratman mengatakan bahwa berkewajiban
mengembangbiakkan penulisan buku yang merupakan hal yang luar biasa. Dengan
menulis buku maka pemikiran atau ide dapat dilestarikan dan dipatenkan.
Penulisan membutuhkan keikhlasan tanpa memikirkan tulisan tersebut dibaca oleh
orang lain atau tidak. Menurut beliau juga, buku tersebut membantu perkembangan
desa dengan mengangkat potensi-potensi dan keunikan yang ada pada desa atau
daerah tersebut. Beliau mengharapkan semoga buku ini dapat menjadi motivasi dan
inspirasi serta bermanfaat bagi
mahasiswa lainnya.
Selain
Edy, hadir juga Sanusi (Bapeda Sambas), Camat Teluk Keramat, Kepala desa Kuala
Pangkalan Keramat, Tokoh Masyarakat Dan kelurga besar Desa Kuala Pangkalan
Keramat, Perwakilan Balai kajian Sejarah, Wahyu Hidayat S.Sos (Dosen Stit
Sambas) dan Mahasiswa Kabupaten Sambas serta para tamu undangan lainnya. Jumlah
yang hadir sebanyak 90 orang, yang di perkirakan sebelumnya adalah sekitar 50
orang. Ini membuktikan bahwa betapa besar dukungan dari masyarakat, pemerintah
dan mahasiswa terhadap penulisan buku tersebut dan karya tulis ilmiyah lainnya,
tutur Jefriadi (Ketua Panitia).
Orasi
ilmiah oleh Wahyu Hidayat S.Sos sebagai salah satu segment dalam acara itu
membahas isi dari buku sejarah tersebut dari sudut kebudayaan melayu Sambas dan
sejarah melayu Sambas serta keingintahuan masyarakat pada sejarah. Menurutnya
buku ini merupakan awal penelitian tentang diri kita dan suatu jawaban dari
kehausan akan sejarah. Timbulnya suatu nama karena ada sejarah di sebalik nama
tersebut. Buku berisi tulisan dan tulisan itu abadi sehingga apapun yang
tertulis di dalam buku tak akan hilang. Kita hendaknya berfikir untuk saat ini
bukan berfikir untuk ke belakang. Sejarah merupakan pengalaman yang nyata
sebagai acuan untuk masa depan. Peradaban suatu bangsa menjadi besar karena
bangsa tersebut tidak merubah sejarah dan kondisi alamnya.
Azman
sebagai ketua PRIMBAS (Perhimpunan Mahasiswa Sambas) mengatakan bahwa kita
punya sejarah dan hendaknya pula kita yang membuktikan sejarah dengan meneliti,
mengabadikan serta mempubilkasikannya kepada masyarakat kita. Dengan demikian
potensi daerah kita dapat di maksimalkan manfaatnya serta menjadi sebuah budaya
yang besar. Pesannya, mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat yang intelek
sudah sewajarnya menghargai sejarah baik dengan menulis dan meneliti sejarah
atau dengan cara lain sesuai pemikiran ilmiah mahasiswa.
Ceremonial
tersebut ditutup dengan syair, pantun dan zhikir Maulud yang merupakan ciri
khas melayu sambas yang di sambut dengan riuhnya tepukan tangan dan semangat
mahasiswa yang hadir. Sadarlah mahasiswa akan sejarahmu, dengan sejarah maka pikiranmu
akan terbuka dan hatimu akan berkobar
bagai api yang membara. “ HIDUP MAHASISWA “.
By. Irwan Kurniawan