Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

LAUNCHING BUKU SEJARAH SEKABAU DESA KUALA PANGKALAN KERAMAT

Senin, 24 Oktober 2011 | 11:51 WIB Last Updated 2014-04-11T17:56:14Z

LAUNCHING BUKU SEJARAH SEKABAU
DESA KUALA PANGKALAN KERAMAT

“ Menggali telaga di tepi kuala
Telaga digali bersama-sama
Lupa sejarah lupa budaya
Mau dibawa kemana anak bangsa
Pantun tersebut di ucapkan oleh mahasiswa Fakultas Pertanian Untan, Sandi. Pantun tersebut sebagai pesan untuk pemuda khususnya mahasiswa agar tidak melupakan sejarah serta berusaha untuk melestarikan budaya karena sejarah dan budaya merupakan kekayaan yang sangat berarti di dalam kehidupan. Pantun tersebut di ucapkan saat “ Laucing Buku Sejarah Sekabau” (4/ 1/ 2010) di Balai Kajian Sejarah ( jalan Sutoyo, Pontianak) yang di selenggarakan oleh IMKT (Ikatan Mahasiswa Kecamatan Tebas), IMTEK (Ikatan Mahasiswa Teluk Keramat), PEMIKAT (Persatuan Mahasiswa), ISMAPAL (Ikatan Solidaritas Mahasiswa Paloh)   dan GEMAWAN () dengan tema “ Orang Kampung Meninju Zaman”.
Buku Sejarah Sekabau tersebut dikarang oleh Jefriadi (Faperta Untan), Leziardi (Faperta Untan), Rudiansyah (Fkip Untan), Sandy (Faperta Untan), Sobari Mulki (Fkip Untan), Iska (Faperta Untan), Jumadi (Faperta Untan) dan Regenda (Apj Upb). Buku tersebut mengungkap sejarah sekabau yang merupakan kota tertua di kabupaten sambas yang kini tinggal cerita dan dapat di lihat melalui peninggalan-peninggalannya,  menampilkan potensi dan keunikkan desa tempat kota sekabau berada pada masa dulu serta mengajak agar setiap orang menghargai sejarah dan menggali sejarah yang masih ada dan belum di bukukan.
Launching buku tersebut dibuka  dengan budaya sambas yaitu pantun, syair (Bawadi Mas’ud) dan zhikir Maulud (Asm Pantura), kemudian secara resmi di buka oleh Pembantu Rektor III Universitas Tanjungpura, Edy Suratman. Di dalam pidatonya pak edy suratman mengatakan bahwa berkewajiban mengembangbiakkan penulisan buku yang merupakan hal yang luar biasa. Dengan menulis buku maka pemikiran atau ide dapat dilestarikan dan dipatenkan. Penulisan membutuhkan keikhlasan tanpa memikirkan tulisan tersebut dibaca oleh orang lain atau tidak. Menurut beliau juga, buku tersebut membantu perkembangan desa dengan mengangkat potensi-potensi dan keunikan yang ada pada desa atau daerah tersebut. Beliau mengharapkan semoga buku ini dapat menjadi motivasi dan inspirasi  serta bermanfaat bagi mahasiswa lainnya.
Selain Edy, hadir juga Sanusi (Bapeda Sambas), Camat Teluk Keramat, Kepala desa Kuala Pangkalan Keramat, Tokoh Masyarakat Dan kelurga besar Desa Kuala Pangkalan Keramat, Perwakilan Balai kajian Sejarah, Wahyu Hidayat S.Sos (Dosen Stit Sambas) dan Mahasiswa Kabupaten Sambas serta para tamu undangan lainnya. Jumlah yang hadir sebanyak 90 orang, yang di perkirakan sebelumnya adalah sekitar 50 orang. Ini membuktikan bahwa betapa besar dukungan dari masyarakat, pemerintah dan mahasiswa terhadap penulisan buku tersebut dan karya tulis ilmiyah lainnya, tutur Jefriadi (Ketua Panitia).
Orasi ilmiah oleh Wahyu Hidayat S.Sos sebagai salah satu segment dalam acara itu membahas isi dari buku sejarah tersebut dari sudut kebudayaan melayu Sambas dan sejarah melayu Sambas serta keingintahuan masyarakat pada sejarah. Menurutnya buku ini merupakan awal penelitian tentang diri kita dan suatu jawaban dari kehausan akan sejarah. Timbulnya suatu nama karena ada sejarah di sebalik nama tersebut. Buku berisi tulisan dan tulisan itu abadi sehingga apapun yang tertulis di dalam buku tak akan hilang. Kita hendaknya berfikir untuk saat ini bukan berfikir untuk ke belakang. Sejarah merupakan pengalaman yang nyata sebagai acuan untuk masa depan. Peradaban suatu bangsa menjadi besar karena bangsa tersebut tidak merubah sejarah dan kondisi alamnya.
Azman sebagai ketua PRIMBAS (Perhimpunan Mahasiswa Sambas) mengatakan bahwa kita punya sejarah dan hendaknya pula kita yang membuktikan sejarah dengan meneliti, mengabadikan serta mempubilkasikannya kepada masyarakat kita. Dengan demikian potensi daerah kita dapat di maksimalkan manfaatnya serta menjadi sebuah budaya yang besar. Pesannya, mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat yang intelek sudah sewajarnya menghargai sejarah baik dengan menulis dan meneliti sejarah atau dengan cara lain sesuai pemikiran ilmiah mahasiswa.
Ceremonial tersebut ditutup dengan syair, pantun dan zhikir Maulud yang merupakan ciri khas melayu sambas yang di sambut dengan riuhnya tepukan tangan dan semangat mahasiswa yang hadir. Sadarlah mahasiswa akan sejarahmu, dengan sejarah maka pikiranmu akan terbuka dan hatimu akan  berkobar bagai api yang membara. “ HIDUP MAHASISWA “.




By. Irwan Kurniawan
×
Artikel Terbaru Update