Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Contoh Soal MID PAI Dasar Semester II

Kamis, 20 Juni 2013 | 20:06 WIB Last Updated 2014-04-11T18:12:20Z

SOAL MID (UJIAN)
MATA KULIAH :PAI DASAR SEMESTER II
DOSEN :


Jawablah pertanyaan berikut:
1.   Seorang guru yang bersungguh-sungguh menceritakan keadaan Hari Kiamat sehingga dapat menjadikan siswa benar-benar terkesan dan tersentuh perasaannya, terlebih lagi adanya isu bahwa kiamat sudah semakin dekat. Hasil yang diperoleh dari pembelajaran tersebut menjadikan siswa menjadi takut dan ia selalu ibadah yang sangat luar biasa,. Akan tetapi orang tua di rumah menjadi khawatir terhadap anaknya, sebab anak tidak penah mau bermain dengan teman-taemannya. Sebagai guru pendidikan agama Islam data terpenting yang harus dijelaskan kepada siswa adalah pada permasalahan apa saja?


2.  Jika guru menjelasakan tentang Asmaul Husna, yang berhubungan dengan Allahu Sami’un Bashir, yang berarti Allah Maha Mendengar dan Melihat. Bagaimana cara menjelaskan bentuk/wujudnya melihat dan mendengar Allah tersebut?
3.     Ketika menjelaskan tentang isi surga, disebutkan bahwa “dibawahnya terdapat air yang mengalir dan buah-buahan…”. Persepsi ini tidak jauh berbeda dengan keindahan air terjun dan buah-buahan yang ada di dunia ini,.Coba bedakan persepsi tersebut?
4.  Ceritakan salah satu kisah jujur yang paling terkesan bagi pribadi anda dan apa alsannya?

Jawaban menurut saya adalah:

1.  Sebagai guru PAI  data terpenting yang harus dijelaskan kepada siswa tentang peristiwa hari kiamat adalah pada permasalahan
·        Pengertian hari akhir
·        Pengertian iman kepada hari akhir,
·        Pembagian hari kiamat,
·        Keadaan kehidupan sesudah mati( kehidupan di alam barzah dan di akhirat.)
·        Hikmah beriman kepada hari akhir,

Dari kelima data terpenting yang harus dijelaskan kepada siswa , kemungkinan besar hanya masalah “Hikmah beriman kepada Hari Akhir (Hari Kiamat) saja yang kurang dijelaskan atau kurang diuraikan, sebab apabila siswa memahami dan mengerti tentang: pengertian hari kiamat(hari akhir), iman kepada hari kiamat (hari akhir), pembagian hari kiamat (hari akhir), keadaan kehidupan sesudah mati ( di alam barzah / kubur dan diakhirat), tanpa/kurang penjelasan tentang hikmah beriman kepada hari akhir(hari kiamat) maka siswa tidak mengetahui/memahami hakekat dari beriman kepada hari kiamat (hari akhit), sehingga terjadilah kepada siswa hal tersebut diatas yaitu siswa asyik beramal dengan menyendiri tanpa mau bergaul. Tetapi apila kita menguraikan tentang hikmah dari beriman kepada hari kiamat maka masuklah konsep;”hablum minallah wa hablum minannaas”.Artinya mencari pahala bukan semata-mata harus bertahus (menyendiri) berzikir kepada Allah, dengan mengabaikan hablum minannas,karena seseorang tidak akan bisa maju/bangkit dan berkembang tanpa bantuan/pertolongan dari orang lain, disini masuklah lagi konsep
 “wata’awanu’alal birri wa taqwa walaa ta’awan ‘alal ismi waludwan” 
artinya :Tolong menolonglah kamu dalam hal kebaikan dan taqwa,dan janganlah tolong menolong dalam hal keburukan dan kejahatan.

Ayat ini mengisyaratkan bahwa kita mesti saling tolong menolong, dalam tolong menolong maka kita pasti berhubngan dengan orang lain.jika kita saling berhubungan dengan orang lain tentu perbuatan tolong menolong tidak akan dapat dilaksanakan sedangkan perbuatan tolong menolong merupakan perbuatan yang terpuji, sedangkan perbnuatan terpuji adalah perbuatan yang dianjurkan untuk dikerjakan oleh agama karena perbuatan terpuji yang mendatangkan manfaat bagi orang lain akan diberi pahala dan dibalas oleh ALLah SWT walau sekecil zarahpun kebaikan tersebut demikian pula dengan hal kejahatan, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an pada Surat Al-Zalzalah yang berbunyi:
”Wamai ya’mal misqaa laa zarratin khairai yarah.Wamai ya’mal misqaa laa zarratin syarrai yarah” 
Artinya: Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarrah maka Allah akan membalas kebaikan tersebut, dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarah maka Allah juga akan membalasnya,  

Di samping itu, hendaklah dijelaskan pula hikmah yang lainnya, seperti:
·        Hidup selalu optimis,
Sikap hidup optimis ini dianjurkan oleh agma Islam. Kita tidak boleh berputus as, kecewa maupun frusrasi dalam menghadapi kesulitan atau problem lainnya dalam kehidupan, lebih-lebih l;agi dengan sikap menutup diri dari pergaulan terhadap orang lain.
·        Menumbuhkan sikap sabar,
Iman kepada hari akhir akan menumbuhkan sikap hidup sabarbagi seseorang karena setiap tindakan yang akan dilakukannya memang benar-benar datang dari hati sanubarinya yang penuh rasa iman. Ia sadar bahwa segala tindakannya sesuai dengan ajaran Islam dan penh dengan keimanan yang mendalam Karena iayakin hidup di dunia ini hanyalah sementaradan nanti da hidup yang lebih kekal dan abadi yaitu di alam akhirat.

2.    Berhubungan dengan Allahu Sami’un Bashir, yang berarti Allah Maha Mendengar dan Melihat maka cara menjelaskan bentuk/wujud dari melihat dan mendengar-Nya Allah SWT dapat dilakukan kira-kira sebagai berikut:

a. Hendaklah memperhatikan (menyesusaikan) dengan tingkat pertumbuhan usia     danpperkembangan jiwa dari peserta idik itu sendiri.Jika materi tersebut di atas (Allah Sami’un  Bashir) diberikan (dijhelaskan) pada siswa SD yang usianya notabene antara 6 – 12 tahun, pada usia ini biasanya masih mengalami kesulitan untuk membeyangkan sesuatu yang bersifat abstrak (sesuatu yang tidak dapat dilihat, didengar atau diraba secara langsung ).Dalam usia seperti ini untuk meyakinkan para siswa tentang “Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat “, haruslah dimulai dari yang konkrit yaitu dari lingkungan keseharian siswa yang bersifat sederhana, kemudian berangsur-angsur kelingkungan yang lebih luas. 

     Untuk penyajiannya dapat dilakukan dengan metode ceramah,bercerita dan tanya jawab. Pada lingkungan sederhana misalnya dapat kita tanyakan kepada mereka: “ Anak-anak apakah kalian dapat melihat benda yang ada disekelilingmu pada malam hari yang gelap gulita jika tidak menyalakan lampu ?. 

     Tentu  para siswa akan menjawab: “Tiadak bisa pak”. Lalu gurupun bertanya lagi: “Kenapa tidak bisa melihat ?, para siswa akan menjawab : “Karena gelap pak.  Untuk setiap jawaban siswa harus kita beri aplosan agar menhidupkan (menggairahkan) minat belajar siswa dan sehingga suasana belajar menjadi hidup dan menyenangkan. Aplosan itu dapat berupa kalimat pujian kepada siswa yang menjawab tepat seperti : “Tepat sekali jawaban kalian, berarti kalian anak-anak yang pintar dan pandai” Lalu guru pun menanamkan konsep:” Berarti penglihatan manusia terbatas yaitu manusia hanya bisa melihat dalam keadaan terang atau ada cahaya.. Selanjutnya guru bertanya lagi: “Apakah kita dapat melihat sesuatu (benda) dengan jelas dari jarak yang sangat jauh seprti dapat mengenal nama pesawat yang sedang terbang, tanpa menggunakan alat bantu penglihatan jarak jauh?” Tentu para siswa akan menjawab: “tidak bisa pak “.  

     Kembali guru menjelaskan konsep: bahwa penglihatan manusia atau makhluk itu terbatas yaitu bahwa manusia hanya bisa melihat  dengan jelas sesuatu (benda) dari jarak yang dekat.Kemudian guru melanjutkan lagi pertanyaan untuk menanamkan konsep “Allah Maha Mendengar (Allahu Sami’un): 

     “Anak-anak  apakah kamu dapat maendengar-dengar dengan jelas  percakapan temanmu yang berada di luar kelas atau yang berlainan kelas ? tentu anak-anak akan menjawab tidak dapat pak ?. Lalu guru bertanya lagi : apakah kalian dapat mendengar suara nyamuk  yang sedang terbang jika tidak hinggap di telinga : jawabnya, tentu tidak, maka di sini guru menanamkan konsep bahwa : ‘’manusia hanya bisa mendengar dari sumber suara secara dekat dan manusia hanya bisa mendengar suara atau bunyi yang besar (nyaring) dengan frekuensi yang berkisar antara 20-20.000 herzt, tetapi manusia tidak bisa mendengar suara yang sangat halus (pelan)”.

Kemudian guru bertanya kembali : Apakah kamu dapat mengetahui/melihat kejadian atau peristiwa dan mendengar suaranya apabila kamu berada jauh dari tempat peristiwa itu terjadi, seperti peristiwa yang terjadi di ibukota Jakarta ? siswa akan menjawab : tidak bisa. Lantas ada yang menjawab bisa pak! Guru bertanya lagi darimana kamu bisa mengetahui, melhat dan mendengarnya ? Siswa tersebut menjawab : dari siaran tv pak. Kemudian Guru membenarkan : tepat sekali alasanmu, tetapi kamu dapat melihat / mendengar peristiwa yang jauh tersebut karena dibantu oleh alat komunikasi. Itu pun kebetulan kamu menontonnya. Jika tidak, pasti kamu tidak mengetahuinya. Kemudian, guru pun bertanya kembali: siapa yang menciptakan tv atau alat komunikasi lainnya seperti telepon atau handphone?

Siswa akan menjawab : manusia (orang) yang ahli dibidang tersebut. Guru pun bertanya lagi : siapakah yang menciptakan manusia (orang) tersebuut ? siswa akan menjawab : Tuhan (Allah) pak. Guru pun mulai menjelaskan konsep lingkungan yang lebih luas, seperti :
“ Sekarang anak-anak sudah mengetahui bahwa manusia (makhluk) itu diciptakan oleh Allah. Sedangkan Allah adalah Sang Maha Pencipta (Khalik)”. Dari sini dapat kita pahami bahwa manusia yang diciptakan oleh Allah SWT bisa menciptakan alat yang dapat menghantar atau menyebarkan informasi dari jarak jauh. 

Apalagi Allah SWT Sang Maha Pencipta tentu lebih bisa dengan mudah untuk melihat atau mendengar dari jarak yang tidak dapat diukur oleh manusia. Bahkan Allah dapat melihat benda dan mendengar suara yang sangat halus. Seperti suara hati manusia (apa saja yang terlintas di benak hati manusia dan Allah juga dapat melihat dan mengetahui apa saja yang berada di alam ghaib yaitu alam yang tidak dapat dilihat oleh mata kepala kita ). Oleh sebab itulah Allah disebut : Maha Melihat ( Allah bersifat Bashirun), Allah Maha Mendengar(Allah bersifat Samiun), Allah Maha Mengetahui (Allah bersifat ‘Alimun) dan sebagainya sifat-sifat Allah yang disebut Maha (lebih sempurna) dari makhluk-Nya. Oleh sebab itu pula Allah mempunyai nama-nama yang bagus atau sempurna yang disebut Asmaul Husna. Berbeda dengan manusia (mahkluk). Manusia bisa melihat tetapi Allah Maha Melihat, manusia dapat mendengar tetapi Allah Maha Mendengar, manusia mempunyai sifat penyayang tetapi Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang (Arrahman-Arraahiim).
Dan dalam Al-Qur’an dijelaskan :
“ Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi MahaMelihat ““Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui yang ghaib (tersembunyi) dan yang nyata (nampak)”
3. Ketika kita menjelaskan tentang isi surge dengan konsep : bahwa di bawahnya terdapat air yang mengalir dan buah-buahan yang tersedia. Presepsi ini memang tidak jauh berbeda dengan keindahan air terjun dan buah-buahan yang ada di dunia ini.

Persepsi tersebut memang tidak jauh berbeda tetapi tetap ada perbedaannya. Perbedaannya adalah bahwa air yang mengalir di surge bukan semata-mata seperti air terjun di dunia ini. Air yang mengalir di surga adalah berbagai jenis air, seperti air surga mengalir air susu, anggur, tuak dan air lainnya, yang dapat langsung dinikmati (diminum) dengan serta merta yang tidak mendatangkan mudarat bahkan mendatangkan kesegaran bagi si peminumnya. Sedangkan air terjun yang ada di dunia semata-mata air biasa yang kalau diminum belum tentu mendatangkan kesegaran bahkan mungkin dapat memudaratkan bagi yang meminumnya karena mungkin air terjun di dunia bisa saja terkontaminasi oleh pencemaran alam, seperti gas bumi, zat kimia benda-benda kotor atau najis yang jika diminum bukan menyegarkan tetapi malah memudaratkan bagi si peminum dan air yang mengalir itu semata-mata air biasa. Karena belum pernah kita mendengar bahwa air yang mengalir di dunia dapat mengalirkan air, susu, air anggur dan sebagainya air yang dianggap sebagai air yang enak, seperti di surga. Sekiranya ada air terjun yang mengalirkan air anggur maka yang meminumnya pastilah akan mabuk. Di sinilah perbedaan air anggur (arak) di surga dengan di dunia. Air anggur (arak) di surge tidaklah memabukkan bagi yang meminumnya, sedangkan perbedaan buah-buahan di surga dengan di dunia adalah bahwa buah-buahan di surga disrdiakan bagi orang-orang yang beriman dan beramal sholeh. Orang beriman di surga tidak perlu lagi susah-susah untuk menanam dan memanen hasilnya, melainkan benar-banar tersedia untuk dinikmati sebagai ganjaran bagi usaha orang yang beriman dalam beramal sholeh. Sedangkan di dunia, ketika ingin memakan buah-buahan maka orang tersebut harus berusaha menanam dan merawatnya setelah  beberapa tahun kemudian barulah ia memetik dan memakannya. Jika tidak menanamnya maka ketika ia ingin memakamnya, maka ia harus membelinya
×
Artikel Terbaru Update