Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ibu Rumah Tangga Manfaatkan Akar keladi Air

Sabtu, 10 Mei 2014 | 05:06 WIB Last Updated 2014-05-23T02:07:28Z






Akar Keladi air  adalah tanaman liar yang tumbuh merambat di hutan-hutan Kalimantan Barat, terutama di rawa-rawa. Sejak lama akarnya hanya digunakan oleh penduduk untuk mengikat kayu-kayu. Kerajinan ini sekarang sudah dikenal hingga ke Kuching, Negara Bagian Serawak, Malaysia. Biasanya kerajinan tanaman akar keladi air ini dibuat menjadi keranjang buah, tas, topi, kipas, gelang, kursi,tikar, souvenir dan lain sebagainya yang mayoritas dibeli oleh sejumlah tamu yang datang ke Kota Pontianak.



Di kabupaten Kubu Raya, kecamatan Sungai Ambawang, desa Ambawang Kuala tepatnya di jl. Manunggal terdapat kelompok kecil pengrajin anyaman dari akar keladi air yang masih bertahan yang  beranggotakan tidak kurang dari 10 pengrajin yang telah mengembangkan  akar keladi air sebagai kerajinan tangan. Bu jafri (69) adalah salah satu pengrajin di daerah tersebut yang saya temui. Ia dan temannya ibu Diana (58) belajar menganyam akar keladi air pada tahun 1986 yang di latih oleh Bu camat di daerah tersebut dan selanjutnya dibina oleh Dinas Perindustrian Mempawah. Setelah menjalani selama 1 tahun akhirnya bu Jafri dan Bu Diana mahir dalam menganyam. Bu Jafri beserta pengrajin yang lainnya mengambil bahan baku anyaman langsung dari hutan Ambawang, Sengah Tumilak,  Kuala Mandor. Namun  tak luput dari kendala, Karena harus mengambil langsung dari hutan, kendalanya adalah kendaraan untuk bisa sampai kehutan, Sebelumnya mereka harus naik motor tambang  dan dilanjutkan dengan menggunakan sampan.
 Ia menuturkan dalam pengambilan bahan baku ke hutan setiap 6 bulan sekali, hasil yang didapat sekitar 3-4 kg per orang  dan habis terpakai dalam jangka  waktu 2 bulan. Setelah diambil dari hutan, akar keladi air dibersihkan terlebih dahulu baru kemudian di jemur selama 10-15 menit, barulah dianyam. kemudian  Hasil anyaman yang dapat dikerjakan  perharinya sekitar 10 buah perorang, bahkan bisa sampai lupa makan jika sedang asyiknya  menganyam, tambahnya sambil tertawa kecil. Para pengrajin membuat kerajinan ini dilakukan di rumah masing-masing (home industry).

Yang menjadi motivasi utama Bu Jafri dan Bu Diana dalam menjalani usahanya tidak lain adalah untuk membantu perekonomian keluarga. Sebelum memulai usaha kerajinan anyaman akar keladi air, Bu Jafri awalnya berjualan bakso selama 10 tahun, hingga akhirnya menekuni kerajinan anyaman,  yah dari pada Cuma  main-main ke rumah tetangga kan lebih baik ada kegiatan yang bisa menghasilkan dan bisa menghilangkan stres juga, ungkapnya.  Begitu juga dengan Bu Diana yang merasa harus membantu pendapatan keluarga disamping profesinya sebagai ibu rumah tangga.
Sejauh ini sudah ada 20 model anyaman akar keladi air yang telah dibuat, seperti tempat untuk undangan, aneka souvenir, kipas, nampan buah dan sayur, dsb.

Selain itu Bu Jafri juga menerima pesanan sesuai dengan bentuk yang diinginkan oleh pembeli. Pesanan yang datang mulai dari  beberapa kota di Kalbar, Jakarta, hingga ke Malaysia.  Ia menambahkan pesanan yang banyak diminta oleh pembeli adalah aneka souvenir untuk pernikahan, dan apabila kebanjiran pesanan biasanya para pengrajin terpaksa harus membeli bahan baku dari Rasau Jaya. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp. 2500 sampai tiga ratus ribu. Bu Jafri menyampaikan harapannya agar bisa dibantu pengembangan usahanya, karena pengrajin di daerahnya masih terkendala oleh modal dan bahan baku yang bisa dikatakan masih sulit untuk mendapatnya. Jika ada pembudidayaan akar keladi air, pastilah nasib para pengrajin anyaman di desa Ambawang kuala bisa lebih baik dan produksi pun bisa ditingkatkan. (Lina/ Jalur Borneo)
×
Artikel Terbaru Update