Masa remaja adalah masa transisi
dalam rentang kehidupan manusia. Menghubungkan masa kanak-kanak dan masa
dewasa. Memahami masa remaja sangatlah penting karena remaja
adalah masa depan setiap masyarakat. Havigrust (dalam Muhammad ali,2008:171)
memdefinisikan tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau
sekitar periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan
menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan
tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi apabila gagal akan menimbulkan rasa tidak
bahagia dan kesulitan dalam meghadapai tugas-tugas berikutnya.
Tugas perkembangan remaja
difokuskan pada upaya meningkatkan sikap dan perilaku kenak-kanakkan serta
berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa.
Adapaun tugas-tugas perkembangan remaja menurut Horlock adalah sebagai berikut
:
1.
mampu menerima keadaan
fisiknya.
Di kutip dari
buku 100 rahasia membuat hidup bahagia “ Happy People “ oleh Nevin,Ph.D.
dikatakan bahwa diri anda tidak di ukur dari besar kecilnya rekening anda, elit
tidaknya lingkungan tempat tinggal anda, ataupun jenis pekerjaan anda, anda
sebagaimana setiap orang lainnya adalah perpaduan istimewa yang rumit dan sukar
unutk di gambarkan.
Perpaduan antara berbagai
kelebihan dan keterbatasan aspek perkembangan fisik remaja yang paling banyak
mendapat perhatian selama ini adalah tinggi dan berat badan, pertumbuhan
kerangka tubuh fungsi reproduktif dan perubahan hormonal. Kebanyakan
pertumbuhan tulang otot, seperti tinggi dan berat badan, tumbuh mengikuti kurva
umum, seperti hal nya organ hati dan ginjal. Kurva pertumhan ini berubah secara
bertahap pada awalnya lalu menanjak dramatis sekitar usia 12 tahunan.
Di katakana bahwa masa
remaja berawal dari biologi dan berakhir pada budaya. Perubahan biologis diawal
masa remaja tanpak dramatic dan akrab bagi kita semua, meskipun sejumlah pakar
perkembangan yakni bahawa hal ini tidak banyak di perhatikan, sehingga proses
kognitif dan social emosi terabaikan
2.
mampu menerima dan
memahami seks usia dewasa.
Tingkah laku
seksual remaja biasannya bersifat meningkat atau progesif ( Broderic and
Rowe,1986: Delamater and Mac Corquodale,1979 ) pada sebuah penelitian terhadap
siswa kelas 1 sampai 2 SMU 25% dan 15% perempuan yang mengtakan tidak pernah
melakukan hubungan intim, mengaku telah melakukan seks oral (Newcomer and Udry
1985)
Berikut adalah table
mengenai tingkah laku sejsual
|
Laki-laji
|
Perempuan
|
Necking
|
14,0
|
15,0
|
Berciuman bibir
|
15,0
|
16,0
|
Memegang payu dara
|
16,0
|
16,5
|
Laki-laki/perempuan genital
|
17,0
|
17,5
|
Hubungan seks
|
17,5
|
18,0
|
Laki-laki oral/perempuan genital
|
18,0
|
18,5
|
Perempuan oral/laji-laki genital
|
18,0
|
18,5
|
Dari John Delamater and
Patricia MacLorguodale, Premarital sexsuality : Attitudes, Relationship,
Behavior @ 1970 (Madisoy University of Wisconxin Press)
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlaina jenis .
Pembinaan
hubungan yang baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis amatlah
berpengaruh pada perkembangan remaja. Hal ii berhubungan dengan perkembangan
moral (moral development) peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang
harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain, dalam
mempelajari peraturan dan nilai-nilai ini para ahli perkembangan meneliti
3dominan .
Pertama, bagaimana remaja mempertimbangkan atau mempertimbangkan
peraturan-peraturan untuk melakukan tingkah laku etis.
Kedua,bagaimana remaja bertingkah laku dalam situasi moral yang
sebenarnya
Ketiga, bagaimana perasaan remaja mengenai masalah moral.
4.
mencapai kemandirian emosional
Daniel Goleman (1995) mendifinisikan emosi merujuk kepada makna yang
paling harviah yamh diambil dari “Oxford English Dictionary” memaknai emosi
sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap
keadaan mental yang hebat dan meluap-uap “Dalam literatur klasik psikologi,
emosi merupakan reaksi (kejiwaan) yang muncul lantaran adanya stimulan. Emosi
yang sangat fruktuatif (mudah berubah) terjadi pada masa remaja. Remaja sering tidak mampu memutuskan simpul-simpul ikatan emosional
kanak-kanaknya dengan orang tua secara logis dan objektif. Dalam usaha itu
mereka kadang-kadang harus menentang, berdebat, bertarung pendapat dan
mengkritik dengan pedas sikap-sikap orang tua (Thomburg, 1982). Meskipun hal
ini sulit dilakukan namun dalam upaya pencapaian kemandirian yang optimal
terhadap diri remaja maka upaya tersebut harus ditempuh.
Fenomena ini menarik untuk dicermati, sebab perilaku anak
remaja tersebut bila ditinjau dari perspektif psikologis merupakan upaya
pelepasan dirinya dari keterikatan-keterikan orang tua yang dirasa terlalu
membelenggu, ia berusaha mandiri secara emosi, dan tidak lagi menjadikan orang
tua sebagai satu-satunya sandaran dalam pengambilan keputusan. Ia memutuskan
sesuatu atas dasar kebutuhan dan kemampuan pribadi, walaupun pada suatu saat
masih mempertimbangkan kepentingan dan harapan orang tua.
Bagi remaja, tuntutan untuk memperoleh kemandirian secara
emosional merupakan dorongan internal dalam mencari jati diri, bebas dari
perintah-perintah dan kontrol orang tua. Remaja menginginkan kebebasan pribadi
untuk dapat mengatur dirinya sendiri tanpa bergantung secara emosional pada
orang tuanya. Bila remaja mengalami kekecewaan, kesedihan atau ketakutan,
mereka ingin dapat mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapinya. Meskipun
remaja dapat mendiskusikan masalah-masalahnya dengan ayah atau ibunya, tetapi
mereka ingin memperoleh kemandirian secara emosional dengan mengatasi sendiri
masalah-masalahnya dan ingin memperoleh status yang menyatakan bahwa dirinya
sudah dewasa.
Perkembangan kemandirian emosional remaja, tidak terlepas
dari penerapan pengasuhan orang tua melalui interaksi antara ibu dan ayah dengan
remajanya. Orang tua merupakan lingkungan pertama yang paling berperan dalam
pengasuhan anak remajanya, sehingga mempunyai pengaruh yang paling besar pada
pembentukan kemandirian emosional remaja. Beberapa hasil penelitian yang telah
dilakukan seperti I Nyoman Karna (2002), Miftahul Jannah (2004), Risa Panti
Ariani (2004) menunjukkan bahwa gaya pengasuhan orang tua yang harmonis,
hangat, penuh kasih sayang (authoritative) menunjang perkembangan kemandirian
emosional remaja, namun sebaliknya gaya pengasuhan yang penuh dengan tuntutan,
orang tua tidak perhatian, penuh dengan sanksi, tidak pernah melibatkan anak
dalam pengambilan keputusan akan menghambat perkembangan kemandirian remaja
khususnya kemandirian emosional artinya remaja tidak mampu melepaskan diri dari
ketergantungan dan keterikatan secara emosional dengan orang tua.
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa
ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di
Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa
remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar
biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam
untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini
seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan
sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat,
hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan
belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun
sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru
dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian
seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering
disertai perilaku "pemberontakan" dan melawan keinginan orangtua.
Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan
tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan
ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki
kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya
pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orangtua tidak menyadari akan
pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar.
Untuk mendapatkan kebebasan emosional, remaja mencoba
merenggangkan hubungan emosionalnya dengan orang tua; ia harus dilatih dan
belajar untuk memilih dan menentukan keputusannya sendiri. Usaha ini biasanya
disertai tingkah laku memberontak atau membangkang. Dalam hal ini diharapkan
pengertian orang tua untuk tidak melakukan tindakan yang bersifat menindas, akan
tetapi berusaha membimbingnya secara bertahap. Usahakan jangan menciptakan
suasana lingkungan yang lain, yang kadang-kadang menjerumuskannya. Anak menjadi
nakal, pemberontak dan malah mempergunakan narkotika (menyalahgunakan obat).
5. mengembangkan
konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan
peran sebagai anggota masyarakat
Kaum intelektual memiliki peran penting di tempat mereka tinggal,
mereka dianggap bisa memberi solusi terhadap masalah yang sedang berkembang di
masyarakat yang mandek sehingga menuju masyarakat yang lebih baik, yang
berorientasi keagamaan untuk membimbing masyarakat menemukan kebenaran agama
dan memberi pencerahan pada masyarakat. Namun ada sebagian kaum intelektual
yang berorientasi dari agama menuju ilmu pengetahuan. kaum intelektual
cenderung melakukan pengajaran pada ilmu pengetahuan dari pada agama Mereka
semakin jauh dari agama dan masyarakat sebab mereka sudah tidak lagi berada
dalam satu bahasa, satu tujuan dan memiliki keyakinan yang sama dengan masyarakat
awam. Mereka hanya menggunakan ilmu pengetahuan, sementara masyarakat masih
bersifat religius, mereka menjadi terasing dari tradisi dan kebiasaan
bangsanya. Dari sinilah Ali Syari’ati menginginkan kaum intelektual yang
berorientasi pada keagamaan dan keimanan tidak hanya mementingkan ilmu
pengetahuan. Keinginan Syari’ati tersebut merupakan pemikiran abad pertengahan
yang dicanangkan oleh para pemikir skolastik. Mereka menitik beratkan pada
agama, mereka belajar ilm pengetahuan hanya semata-mata untuk membela keimanan
Kristen untuk menuntun masyarakat menuju yang lebih baik Atas dasar inilah,
pokok bahasan dalam skripsi ini adalah menerangkan apakah konsep intelektual
Ali Syari’ati? Adapun tujuan dan kegunaan yang hendak dicapai dari penelitian
ini adalah berusaha menjelaskan dan memaparkan konsep intelektual menurut Ali
Syari’ati. Agar dapat memperoleh kejelasan pengertian dan memberikan arahan,
penulis menggunakan metode historis-filosofis yakni menjabarkan konsep dan
untuk memahami pengertian dan makna yang terkandung dalam data-data tersebut.
Disamping itu untuk menghasilkan analisis serta kesimpulan yang
lebih teratur, penulis menggunakan analisis hermeneutik, merupakan ilmu tentang
penafsiran, yang nantinya digunakan untuk menafsirkan pemikiran Ali Syari’ati
tentang konsep intelektual menurut beliau. Akhirnya pada kesimpulan bahwa
menurut Ali Syari’ati, intelektual yang tercerahkan adalah kaum cerdik pandai
serta menjalankan ajaran-ajaran agama. Ide-ide yang ditularkan pada masyarakat
harus sesuai dengan ajaran agama. Karena hanya intelektual yang tercerahkan
yang bisa berperan sebagai ”nabi” yang memiliki tanggung jawab sosial. Mereka
inilah kaum intelektual yang dimaksudkan Syari’ati untuk bisa membawa dan
membimbing masyarakat yang lebih baik.
6. memahami
dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga
keluarga adalah komponen yang sagat penting dalam
aspek kehidupan. Dalam tugas perkembangan remaja ini remaja dituntut untuk
dapat memahami dan mempersiapka berbagai tanggung jawab kehidupan dalam
keluarga, namun sebelum mereka dapat namun sebelum mereka mempersiapkan dan
melaksanakan berbagai tanggung jawab keluarga mereka harus tau terlebih dahulu
apa itu tanggug jawab jehidupan keluarga dan apa saja yang harus mereka lakukan
guna memeuhi tanfggung jawab mereka dalam kehidupan keluarga.
Pada dasarnya tugas keluarga ada
delapan tugas pokok sebagai berikut
- Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
- Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
- Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
- Sosialisasi antar anggota keluarga.
- Pengaturan jumlah anggota keluarga.
- Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
- Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas.
- Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
Kesimpulan
Dari apa yang telah
tertera diatas kami menyimpulkan bahwa sudah menjadi sebuah keharusan bagi kaum remaja untuk dapat
memahami dan menerapkan tugas- tugas perkembangan remaja dengan baik guna
menunjang timbulnya rasa bahagia.
Sumber
John w.santrock.
adolescence Perkembangan Remaja.
Niven,Ph.D.100 Rahasia
Membuat Hidup Bahagia’Happy People’
Prof.Dr.H.M. Asrori,Mpd.
Memahami dan membantu perkembangan peserta didik.