Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Cabang-cabang filsafat

Selasa, 11 September 2018 | 12:48 WIB Last Updated 2018-09-11T05:51:15Z
Sidi Gazalba (1973) mengemukakan bidang permasalahan filsafat terdiri atas:
1) Metafisika, dengan pokok-pokok masalah: filsafat hakikat atau ontologi, filsafat alam atau kosmologi, filsafat manusia, dan filsafat ketuhanan atau teodyce.

2) Teori pengetahuan atau epistemologi, yang mempersoalkan: hakikat pengetahuan, dari mana asal atau sumber pengetahuan, bagaimana membentuk pengetahuan yang tepat dan yang benar, apa yang dikatakan pengetahuan yang benar, mungkinkah manusia mencapai pengetahuan yang benar dan apakah dapat diketahui manusia, serta sampai di mana batas pengetahuan manusia.
3) Filsafat nilai atau aksiologi yang membicarakan: hakikat nilai, di mana letak nilai, apakah pada bendanya atau pada perbuatannya atau pada manusia yang menilainya; mengapa terjadi perbedaan nilai antara seseorang dengan orang lain, siapakah yang menentukan nilai, mengapa perbedaan ruang dan waktu membawa perbedaan penilaian.



Louis O. Kattsoff (1987: 74-82) membagi cabang-cabang filsafat menjadi dua bagian besar, yaitu cabang filsafat yang memuat materi ajar tentang alat dan cabang filsafat yang memuat tentang isi atau bahan-bahan dan informasi. Cabang filsafat yang merupakan alat adalah Logika, termasuk di dalamnya Metodologi. Sedangkan cabang filsafat yang merupakan isi adalah:

 Metafisika
 Epistemologi
 Biologi Kefilsafatan
 Psikologi Kefilsafatan
 Antropologi Kefilsafatan
 Sosiologi Kefilsafatan
 Etika
 Estetika
 Filsafat Agama

1. LOGIKA

Logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu. Kadang-kadang Logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan. Logika dibagi dalam dua cabang utama, yakni logika deduktif dan logika induktif.

Logika deduktif berusaha menemukan aturan-aturan yang dapat dipergunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat keharusan dari satu premis tertentu atau lebih. Memperoleh kesimpulan yang bersifat keharusan itu yang paling mudah ialah bila didasarkan atas susunan proposisi-proposisi dan akan lebih sulit bila yang diperhatikan ialah isi proposisi-proposisi tersebut. Logika yang membicarakan susunan-susunan proposisi dan penyimpulan yang sifat keharusannya berdasarkan atas susunannya, dikenal sebagai logika deduktif atau logika formal.

Logika induktif mencoba untuk menarik kesimpulan tidak dari susunan proposisi-proposisi, melainkan dari sifat-sifat seperangkat bahan yang diamati. Logika induktif mencoba untuk bergerak dari suatu perangkat fakta yang diamati secara khusus menuju ke pernyataan yang bersifat umum mengenai semua fakta yang bercorak demikian, atau dari suatu perangkat akibat tertentu menuju kepada sebab atau sebab-sebab dari akibat-akibat tersebut.

Bagi logika deduktif ada suatu perangkat aturan yang dapat dikatakan hampir-hampir otomatis; bagi logika induktif tidak ada aturan-aturan yang demikian itu, kecuali hukum-hukum probabilitas. Yang termasuk pertanyaan-pertanyaan terpokok di dalam logika ialah:

a. Apakah aturan-aturan bagi penyimpulan yang sah?
b. Apakah ukuran-ukurannya bagi hipotesis yang baik?
c. Apakah corak-corak penalaran yang logis itu?
d. Apakah yang menyebabkan tersusunnya sebuah definisi yang baik.

2. METODOLOGI

Metodologi ialah ilmu pengetahuan tentang metode dan khususnya metode ilmiah. Tampaknya semua metode yang berharga dalam menemukan pengetahuan mempunyai garis-garis besar umum yang sama. Metodologi membicarakan hal-hal seperti sifat observasi, hipotesis, hukum, teori, susunan eksperimen dan sebagainya.

3. METAFISIKA

Metafisika adalah cabang filsafat mengenai yang ada. Aristoteles mendefinisikan metafisika sebagai ilmu mengenai yang ada sebagai yang ada, yang dilawankan dengan yang ada sebagai yang digerakkan dan yang ada sebagai yang dijumlahkan. Istilah metafisika sejak lama digunakan di Yunani untuk menunjukkan karya-karya tertentu Aristoteles. Maka, istilah metafisikapun berasal dari bahasa Yunani: meta ta physika yang berarti hal-hal yang terdapat sesudah fisika.

Dewasa ini metafisikan dipergunakan baik untuk menunjukkan filsafat pada umumnya maupun untuk menunjukkan cabang filsafat yang mempelajari pertanyaan-pertanyaan terdalam. Metafisika juga sering disamakan artinya dengan ontologi. Sebenarnya, ontologi adalah bagian dari metafisika. Secara sederhana metafisika dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat atau bagian pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan pertanyaan mengenai hakikat ada yang terdalam.

Pada umumnya orang mengajukan dua pertanyaan yang bercorak metafisika, misalnya : (1) Apakah saya ini tidak berbeda dengan batu karang? Apakah roh saya hanya merupakan gejala materi? (2) Apakah yang merupakan asal mula jagad raya? Apakah yang menjadikan pusat jagad raya dan bukannya suatu keadaan yang bercampur aduk? Apakah hakikat ruang dan waktu itu?
Pertanyaan jenis pertama termasuk ontologi, pertanyaan kedua termasuk kosmologi. Perkataan ―kosmologi‖ berasal dari perkataan Yunani, cosmos (alam semesta yang teratur) dan logos (penyelidikan tentang, azas-azas rasional dari). Jadi, kosmologi berarti penyelidikan tentang alam semesta yang teratur. Perkataan ontologi berasal dari perkataan Yunani ontos yang berarti yang ada dan logos yang berarti penyelidikan tentang. Jadi, ontologi diartikan sebagai penyelidikan tentang yang ada. Ontologi berusaha untuk mengetahui esensi yang terdalam dari yang ada, sedangkan kosmologi berusaha untuk mengetahui ketertibannya serta susunannya. Contoh pandangan ontologis adalah materialisme. Materialisme ialah ajaran ontologi yang mengatakan bahwa yang ada yang terdalam bersifat material. Evolusi sebagai teori kefilsafatan merupakan teori kosmologi, karena teori ini memberitahukan kepada kita bagaimana timbulmya ketertiban yang ada sekarang. Apakah kenyataan itu mengandung tujuan atau bersifat mekanis (artinya, bersifat teleologis atau tidak) merupakan suatu pertanyaan penting di bidang ontologi.

4. EPISTEMOLOGI

Menurut Kattsoff, epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan. Pertanyaan yang mendasar ialah: Apakah mengetahui itu? Apakah yang merupakan asal mula pengetahuan kita? Bagaimanakah cara kita membedakan antara pengetahuan dengan pendapat? Apakah yang merupakan bentuk pengetahuan itu? Corak-corak pengetahuan apakah yang ada? Bagaimanakah cara kita memperoleh pengetahuan? Apakah kebenaran dan kesesatan itu? Apakah kesalahan itu?

5. BIOLOGI KEFILSAFATAN

Biologi kefilsafatan membicarakan persoalan-persoalan mengenai biologi, menganalisa pengertian hakiki dalam biologi. Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai pengertian hidup, adaptasi, teleologi, evolusi dan penurunan sifat-sifat. Biologi kefilsafatan juga membicarakan tentang tempat hidup dalam rangka segala sesuatu, dan arti pentingnya hidup bagi penafsiran kita tentang alam semesta tempat kita hidup.

Seorang filsuf dapat menghubungkan bahan-bahan yang ditemukan oleh ilmuwan biologi dengan teori-teori yang dikemukakan untuk menerangkan bahan-bahan tersebut. Ia dapat menolong seorang ahli biologi untuk bersifat kritis, bukan hanya terhadap istilah-istilahnya, melainkan juga terhadap metode-metode dan teori-teorinya.


6. PSIKOLOGI KEFILSAFATAN

Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam bidang psikologi kefilsafatan adalah: Apakah yang dinamakan jiwa itu? Apakah jiwa tiada lain dari kumpulan jalur urat-urat syaraf, ataukah sesuatu yang bersifat khas? Apakah kita harus mengadakan pembedaan antara jiwa (mind) dengan nyawa (soul)? Apakah hubungan antara jiwa dan tubuh, bila kedua hal itu dianggap berbeda? Apakah yang dimaksud dengan ―ego‖? Apakah yang merupakan kemampuan-kemampuan yang menyebabkan ego itu berfungsi? Bagaimanakah susunan jiwa itu? Bagaimana halnya dengan perasaan dan kehendak? Apakah keduanya merupakan bagian dari jiwa ataukah merupakan kemampuan yang terpisah? Apakah akal itu dan bagaimana hubungannya dengan tubuh?

Demikianlah di dalam lapangan psikologi, seorang filsuf mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat hakiki. Dan apa yang pada suatu ketika dulu semuanya merupakan bagian filsafatm dibagi dalam dua lapangan psikologi, yaitu psikologi sebagai ilmu dan psikologi kefilsafatan. Kedua hal ini tidak pernah terpisah, melainkan hanya segi-segi yang berbeda dari masalah yang sama.


7. ANTROPOLOGI KEFILSAFATAN

Antropologi kefilsafatan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang manusia. Dimulai sejak abad kelima sebelum Masehi, setelah melalui penyelidikan yang lama, Socrates tampil ke depat dengan semboyannya: "Kenalilah dirimu sendiri!". Artinya, filsafat tidak cukup hanya membicarakan tentang alam saja, tetapi yang tak-kalah penting adalah bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang manusia itu sendiri. Apakah hakikat terdalam manusia itu ? Ada pilihan penafsiran apa sajakah mengenai hakikat manusia? Yang manakah yang lebih mendekati kebenaran?

Antropologi kefilsafatan juga membicarakan tentang makna sejarah manusia dan arah kecenderungan sejarah. Sejarah juga dikaji dalam hubungannya dengan ilmu-ilmu alam, atau dengan nafsu-nafsu atau dogma keagamaan, atau perjuangan untuk kelangsungan hidup. Telah banyak penjelasan yang diberikan mengenai hal ini.


8. SOSIOLOGI KEFILSAFATAN

Sosiologi kefilsafatan merupakan istilah lain untuk filsafat sosial dan filsafat politik. Di dalam filsafat sosial dan filsafat politik, biasanya dikemukakan pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat masyarakat dan hakikat negara, lembaga-lembaga yang terdapat di masyarakat dan hubungan manusia dengan negaranya. Jadi, kita mengadakan perenungan masalah sosiologi dan ilmu politik. Perenungan filsafati mengadakan pertanyaan-pertanyaan: Bagaimanakah praanggapan kedua ilmu tersebut mengenai metode-metode yang digunakan? Apa makna hakiki dari istilah-istilah yang digunakan? Masalah-masalah ideologi juga dipertanyakan. Misalnya, ideologi manakah yang lebih dapat diterima di masa depan dan ideologi manakah yang dapat menimbulkan malapetaka?

9. ETIKA

Di dalam melakukan pilihan, manusia mengacu kepada istilah-istilah seperti baik, buruk, kebajikan, kejahatan dan sebagainya. Istilah-istilah ini merupakan predikat-predikat kesusilaan (etik). Cabang filsafat yang membahas masalah ini adalah etika. Dalam kondisi yang bagaimanakah kita mengadakan tanggapan-tanggapan kesusilaan? Ukuran-ukuran apakah yang dipakai untuk menguji tanggapan-tanggapan kesusilaan?

Tujuan pokok etika adalah menemukan norma-norma untuk hidup dengan baik. Berkaitan dengan itu muncul pertanyaan-pertanyaan: Apakah yang menyebabkan suatu perbuatan yang baik itu adalah baik secara etik? Bagaimanakah cara kita melakukan pilihan di antara hal-hal yang baik? Itulah beberapa contoh pertanyaan di dalam penyelidikan etika.

10. ESTETIKA

Dua istilah pokok telah digunakan di dalam kajian filsafat, yakni "kebenaran" dan "kebaikan". Kebenaran merupakan tujuan yang hendak dicapai dalam pembicaraan kita tentang epistemologi dan metodologi. Kebaikan merupakan masalah yang diselidiki dalam etika. Pada hal-hal ini kita tambahkan unsur ketiga dari ketritunggalan besar yang mendasari semua peradaban, yakni "keindahan". Cabang filsafat yang membicarakan definisi, susunan dan peranan keindahan, khususnya di dalam seni, dinamakan estetika.

Pertanyaan-pertanyaan filsafati di dalam perbincangan estetika adalah: Apakah keindahan itu? Apa hubungan antara yang indah dengan yang benar dan yang baik? Apakah ada ukuran yang dapat dipakai untuk menanggapi suatu karya seni dalama rti yang objektif? Apakah fungsi keindahan dalam hidup kita? Apakah seni itu ? Apakah seni hanya sekedar reproduksi alam kodrat belaka, ataukah suatu ungkapan perasaaan seseorang, ataukah suatu penglihatan ke dalam kenyataan yang terdalam?

11. FILASAFAT AGAMA

Jika kita ingin mengetahui sesuatu di dalam kepercayaan agama tertentu, maka tanyalah kepada para ahli agama atau ulama-ulamanya. Sedangkan bagi seorang filsuf, ia akan membicarakan jenis-jenis pertanyaan yang berbeda mengenai agama. Pertama-tama ia mungkin akan bertanya: Apakah agama itu? Apakah yang dimaksud dengan istilah ―Tuhan‖ itu? Apakah bukti-bukti tentang adanya Tuhan itu sehat menurut logika? Bagaimanakah cara kita mengetahui Tuhan? Apakah makna ―eksistensi‖ bila istilah ini dipergunakan dalam hubungannya dengan Tuhan?

Filsafat agama tidak berkepentingan dengan apa yang orang percayai. Tetapi kepada makna istilah-istilah yang dipergunakan, keruntutan di antara kepercayaan-kepercayaan, bahan-bahan bukti bagi kepercayaan, dan hubungan antara kepercayaan agama dengan kepercayaan-kepercayaan yang lain. Yang erat hubungannya dengan kepercayaan agama adalah kepercayaan mengenai keabadian hidup. Meskipun masalah ini tidak monopoli milik agama, tetapi merupakan masalah terpenting bagi penganut-penganutnya.

Demikianlah pembahasan cabang-cabang filsafat sebagaimana dikemukakan oleh Louis O. Kattsoff. Tetapi, di samping cabang-cabang yang telah diuraikan tersebut, sebenarnya masih banyak cabang-cabang filsafat yang berkaitan dengan hal-hal khusus, disebut sebagai cabang filsafat khusus.

Kattsoff hanya membicarakan empat cabang filsafat khusus, yaitu antropologi kefilsafatan, biologi kefilsafatan, psikologi kefilsafatan dan filsafat agama.

Sebenarnya, ada banyak lagi cabang filsafat yang berkaitan dengan ilmu lain. Apabila filsafat berpaling perhatiannya pada sains, maka akan lahir filsafat sains. Apabila filsafat menguji konsep dasar hukum, maka lahirlah filsafat hukum. Apabila filsafat berhadapan dan memikirkan masalah-masalah hakiki pendidikan, maka lahirlah filsafat pendidikan (Uyoh Sadulloh, 2007:54).
×
Artikel Terbaru Update