T
|
eori pertumbuhan ekonomi dapat
diklasifikasikan atas dua aliran utama yaitu: (a) mazhab historis, dan (b)
mazhab analitis. Mazhab historis lebih menitikberatkan kepada permasalahan: Apa
yang terjadi? Sedangkan mazhab analitis memusatkan perhatiannya kepada
permasalahan: Kenapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi? Studi mengenai mazhab
historis ditempatkan dalam Bab 3 ini sedangkan mazhab analitis dalam Bab
4.
Mazhab historis
mengkaji pertumbuhan ekonomi dari sisi sejarahnya, yang dalam hal ini dapat
dibagi atas beberapa tahap, sehingga teori-teori ini disebut pula Teori
Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi. Teori ini berasal dari Jerman pada abad
XIX sebagai reaksi terhadap “sistem persaingan bebas” (laissez faire)
yang lahir dan berkembang di Inggris. Teori ini kemudian berkembang lebih
lanjut, dan dalam bab ini akan dibahas teori-teori mazhab historis yang
dikemukakan oleh: (a) Friedrich List, (b) Bruno Hildebrand, (c) Karl Bucher,
(d) Karl Marx, (e) Collin Clark, dan (f) W.W Rostow.
7.1 FRIEDRICH LIST (1844)
Friedrich List
sebenarnya adalah seorang penganut paham Laissez faire yang berpendapat
bahwa sistem atau paham ini dapat menjamin alokasi sumber daya yang optimal. Dengan kata-kata lain
perkembangan ekonomi hanya terjadi apabila dalam masyarakat terdapat kebebasan
dalam organisasi politik dan kebebasan perorangan.
Tetapi ia menghendaki adanya
proteksi pemerintah bagi industri-industri yang masih lemah. Suatu hal yang
dapat dimengerti karena dia menghendaki berkembangnya industri di Jerman yang
pada waktu itu masih jauh tertinggal dibandingkan dengan di Inggris.Dengan
demikian menurut Friedrich List perkembangan ekonomi yang sebenarnya tergantung
kepada peranan pemerintah, organisasi swasta dan lingkungan kebudayaan
masyarakat yang bersangkutan.
Friedrich
List meneliti tahap-tahap pertumbuhan ekonomi dari segi perkembangan teknik
produksi atau perilaku masyarakat dalam berproduksi. Tahap-tahap tersebut
adalah[1]:
(1)
Mengembara
(2)
Beternak
(3)
Pertanian
(4)
Pertanian dan industri rumah tangga
(manufaktur)
(5) Pertanian, industri manufaktur dan
perdagangan
Dalam masyarakat yang berada
pada tahap kelima tingkat kemajuan teknik produksi tersebut saling
tumpang tindih (overlapping), sehingga sulit menentukan batas diantara
tahap-tahap tersebut secara tegas.
7.1.1 Mengembara
Ini adalah bentuk kegiatan manusia
yang paling awal (primitif) dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
(berproduksi).Produk yang dibutuhkan oleh masyarakat pada tahap ini adalah
bahan makanan, yang jelas merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar bagi
suatu kehidupan. Bahan pangan ini dapat dibagi dua, yaitu: (i) yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan dan (ii) yang berasal dari hewan. Pangan nabati pada tahap
ini dapat diambil begitu saja dari alam tanpa perlu bersusah payah menanam dan
apalagi memprosesnya. Sementara pangan hewani diperoleh dengan cara berburu.
Bila bahan pangan di suatu daerah habis, maka mereka akan mencari yang lain di
tempat yang lain pula dengan membawa serta hewan yang masih mereka miliki atau
belum habis dimakan. Dengan demikian mereka mempunyai pola hidup mengembara
dan dengan tingkat ketergantungan yang sangat tinggi kepada alam.
7.1.2 Beternak
Dalam perkembangan selanjutnya hewan
yang mereka pelihara semakin banyak, baik karena berkembang biak maupun karena
hasil tangkapan baru. Pengalaman dan kebiasaan ini secara perlahan pada
akhirnya menumbuhkan usaha peternakan.
7.1.3 Bertani
Seiring dengan berjalannya waktu
jumlah penduduk kian meningkat dan oleh karena itu kebutuhannya, khususnya
kebutuhan akan bahan pangan juga meningkat, sehingga diperlukan jumlah bahan
pangan yang semakin banyak pula. Dengan demikian jumlah bahan pangan di suatu
lokasi menjadi semakin cepat habis, dibandingkan dengan periode sebelumnya.Hal
ini berarti bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangannya masyarakat tersebut
memerlukan route pengembaraan yang semakin jauh dan dengan frekuensi
yang semakin besar. Hal ini sudah jelas memerlukan tenaga dan energi yang
semakin besar pula, sementara daya tahan tubuh masyarakat pada waktu itu belum
berkembang dengan memadai terutama karena pengetahuan tentang kesehatan dapat
dikatakan sama sekali tidak ada. Oleh karena itu pola hidup mengembara
menemukan titik jenuhnya dan masyarakat tradisional tersebut terdorong untuk
memikirkan cara produksi alternatif. Maka lama-kelamaan mulai dikenal kehidupan
bercocok tanam (bertani) tradisional.Oleh karena pertanian dalam arti luas meliputi pula usaha
peternakan, maka tahap ketiga ini disebut pertanian.
7.1.4 Pertanian dan Industri Rumah Tangga
Seiring dengan perjalanan waktu
sektor pertanian berkembang dari pola perladangan berpindah-pindah kepada
pertanian menetap dengan teknik produksi yang semakin maju. Perkembangan ini
terutama sebagai hasil dari dinamika interaksi antara demand dan supply
barang kebutuhan pokok khususnya pangan. Dari sisi demand kebutuhan terhadap pangan terus
meningkat terutama karena peningkatan jumlah penduduk. Dari sisi supply
lahan pertanian adalah tetap, kalaupun meningkat maka peningkatannya akan
relatif kecil khususnya dibandingkan dengan peningkatan jumlah penduduk. Maka
satu-satunya peluang penting untuk menyeimbangkan demand dan supply
produk pertanian ini adalah dengan memperbaiki teknologi pertanian sehingga
menghemat pemakaian lahan.
Meskipun telah terdapat kemajuan yang berarti dalam sektor pertanian pada
taap ini, sektor pertanian tradisional, karen sifat produksinya yang banyak
bergantung kepada sifat-sifat alam, ternyata tidak dapat menyerap tenaga kerja
manusia secara penuh. Di
sektor pertanian ini terdapat, apa yang disebut dengan pengangguran
musiman (seasonalunemployment) . Seperti diketahui beberapa kegiatan
pokok dalam suatu usaha tani antara lain adalah : pembenihan, pembersihan
lahan, pengelolaan lahan sampai siap untuk ditanami, bertanam membersihkan
rerumputan yang tumbuh di sekitar tanaman (menyiang), memelihara/ mengatur
pengairan, melindungi tanaman dari ancaman ternak/ hewan lainnya seperti burung
dan babi, panen dan kemudian pasca panen. Diantara kegiatan-kegiatan tersebut
terdapat waktu senggang yang kadang-kadang relatif panjang, misalnya periode
antara sesudah bertanam atau menyiang sampai datangnya musim panen. Disamping
itu di beberapa daerah atau belahan bumi seperti di Eropa, Jepang dan Cina
bagian utara, karena kondisi cuaca dan iklim, maka kegiatan pertanian yang
normal hanya dapat dilakukan beberapa bulan saja dalam setahun. Maka dapat
dipahami bahwa waktu senggang ini dimanfaatkan oleh penduduk untuk melakukan
berbagai jenis pekerjaan lain dan yang terpenting diantaranya adalah membuat
berbagai produk kerajinan tangan untuk keperluan rumah tangga yang dilakukan di
rumah-rumah. Dengan demikian, lama kelamaan berkembanglah apa yang disebut
dengan industri rumah tangga (home industry). Produk-produk yang
dihasilkan antara lain:
(a) Barang anyaman seperti tikar, kain, renda, topi dan jala,
(b) Barang keramik/ tembikar seperti
periuk, piring, cawan, piring, panci, gelar dan tempayan,
(c)
Berbagai barang ukiran/ hiasan,
(d) Peralatan
pertanian dan/atau transportasi seperti: kapak, cangkul, pisau, parang, pedang,
bajak, gerobak, bendi dan pedati.
Pada tahap-tahap awal dari
perkembangannya industri rumah tangga ini adalah bersifat sambilan, berskala
keci dan banyak menggunakan tenaga manusia.Sementara itu produksinya juga hanya
untuk keperluan lokal atau daerah di sekitar produk itu dibuat. Perkembangan
industri rumah tangga ini pada akhirnya juga mendorong kemajuan di sektor pertanian
yaitu melalui perbaikan teknik produksi, sehingga perekonomian memasuki
memasuki tahap kedua yang bercirikan: pertanian yang semakin berkembang yang
dilengkapi dengan industri manufaktur berskala kecil.
7.1.5 Pertanian, Industri Manufaktur dan Perdagangan
Dalam jangka panjang, secara alamiah
masyarakat ternyata belajar dari pengalamannya, sehingga teknologi produksi,
baik di sektor pertanian, maupun di sektor rumah tangga, dari waktu ke waktu
terus diperbaiki. Jumlah produk yang dihasilkan semakin banyak, semakin beragam
dan semakin canggih dan dengan cara yang semakin efisien. Laju pertumbuhan
teknologi ini semakin dipacu dengan dikenalkannya sistem persaingan yang
mendorong berkembangnya spesialisasi baik antar pekerja maupun antar
negara.Perkembangan spesialisasi memperbesar tingkat interpendensi antar
pekerja dan antar negara dan oleh karena itu mendorong pertumbuhan sektor
perdagangan.Sebaliknya sektor perdagangan kembali merangsang perkembangan
unit-unit produksi dan konsumsi yang ada di dalam masyarakat baik dalam sektor
pertanian maupun dalam sektor manufaktur.
Siklus ini terus berlangsung
sehingga skala produksi, perdagangan dan konsumsi kian meningkat yang sekaligus
mengantar masyarakat tersebut kepada fase III dalam perekonomian yang bercirikan:
pertanian maju, industri skala besar dan perdagangan.