Pisang adalah jenis buah yang mudah kita
temukan di daerah sekitaran Pontianak, hasil panen buah yang melimpah terkadang membuat pisang
tak bernilai atau tak memiliki harga yang berarti. Manfaat buah pisang
diantaranya sebagai sumber tenaga karena mengandung gula,bermanfaat untuk ibu
hamil karena mengandung folat, baik untuk penderita liver, serta mengandung
vitamin C.
Olahan
pisang yang selama ini sering kita temui seperti pisang goreng, kiripik pisang,
kolak pisang, dan lepet pisang. Mungkin bagi sebagian orang yang telah bergelut
dalam usaha mengolah makanan yang berbahan dasar pisang belum merasakan keuntungan yang
berarti dari pisang tersebut. Namun ditangan Endah olahan makanan berbahan
dasar pisang tersebut bisa ia olah menjadi salai pisang goreng dan salai pisang
basah.
Untuk membuat pisang salai Endah memilihnya dari pisang awak (begitu
orang pontianak menyebutnya) karena teksturnya tetap lembut meski dijemur berlama-lama jika dibandingkan
dengan pisang nipah, terangnya. Endah saat di temui kediamannya, Jl. Karya, komp. Karya Indah I, B.16 , Kota
Baru ujung Pontianak, menuturkan bahwa usaha yang serius dirintisnya sejak
tahun 2005 itu kini bisa meraup omset sekitar 15 juta per bulan.
Awalnya ia
menekuni usaha membuat rempeye dan memperoleh untung yang lumayan, namun karena
tidak bisa mengatasi produksi seorang diri akhirnya ia berinisiatif untuk
beralih membuat pisang salai. Usaha pisang salai selain karena hobinya membuat
makanan juga terinspirasi dari mertua yang juga sebagai pengusaha pisang salai.
Menurut Endah, prospek usaha pisang salainya memiliki prospek yang bagus setiap
tahunnya. “ Yang memproduksi pisang salai pun masih belum banyak, sehingga
saingan usaha kita pun belum banyak”, ungkap Endah yang didampingi oleh
suaminya ketika saya wawancarai. Pisang salainya dibuat dengan menggunakan pisang
awak yang sudah masak dari pohon dan bukan karbitan. Karena menggunakan bahan
dasar pisang yang sudah masak, Endah mengalami kendala dalam proses
prosuksinya.
“Kendalanya dalam pengirisan, karena pisang yang sudah masak pasti
lebih lembut dan susah untuk mengirisnya tipis-tipis”. Hasilnya jelas saja berpengaruh pada jumlah
produksinya, Endah harus mengiris sendiri pisangnya, sedangkan proses
penjemuran, penggorengan, serta packing dikerjakan oleh lima orang karyawannya.
Kendala lain dalam proses produksinya juga dituturkan oleh Sofian, suami Endah.
Sofian menambahkan bahwa proses produksinya sangat berpengaruh oleh panas
matahari, jika bahan bakunya sudah cukup masak untuk diiris tetapi cuacanya
mendung atau hujan terpaksa produksinya ditunda dulu, karena pisang yang sudah
diiris akan berjamur jika tidak dijemur seharian penuh. Sedangkan untuk mendapatkan bahan bakunya tidak mengalami
kendala.
Kini salai pisang milik Endah yang bermerk “Sekar Jaya” diambil dari
nama anak bungsunya dan sudah dikenal
hampir di seluruh kota di Kalbar. Banjirnya pesanan tentu saja ketika
menjelang lebaran, biasanya Endah memasok pisang salainya ke luar kota dengan
menggunakan taksi atau bis. Ketika menjelang lebaran, untuk memenuhi permintaan
pelanggan Endah beserta karyawannya bisa memproduksi hingga 3000 kg pisang
awak.” Sebenarnya produksi bisa lebih banyak lagi kalau tidak terkendala oleh
SDM”, ungkap suaminya. Dalam proses penjualannya Endah tidak mengalami
kesulitan, karena selain ia memasok ke toko-toko langganan ia juga bekerjasama
dengan teman-teman UKM lainnya. Bahan baku yang didapatnya berasal dari daerah
Segedong dan Jeruju Besar yang dibelinya di pasar kapuas besar.