Merchandise
adalah produk-produk yang dijual peritel dalam gerainya, sedangkan merchandising adalah kegiatan pengadaan
barang-barang yang sesuai dengan bisnis
yang dijalani toko (produk berbasis makanan, pakaian, barang kebutuhan rumah, produk umum, dan
lain-lain, atau kombinasi) untuk disediakan dalam toko pada jumlah, waktu, dan
harga yang sesuai untuk mencapai sasaran toko atau perusahaan peritel (Ma’ruf,
2005).
”The merchandising consists of the activities involved in acquiring
particuler goods and or services and making them available at the places, time,
and prices, and in the quantity that will enable the retailer to reach its
goals” (Berman dan Evans dalam Sujana, 2005).
Artinya merchandising terdiri atas
aktivitas-aktivitas yang mencakup pengadaan barang dan jasa tertentu dan
membuatnya tersedia pada tempat, waktu, harga, dan dalam jumlah tertentu sesuai
dengan yang diharapkan oleh konsumen. Alma
(2005) menyatakan merchandising
adalah perencanaan yang berkenaan dengan memasarkan barang dan jasa yang tepat
pada tempatnya yang tepat, waktu yang tepat, jumlah yang tepat dan dengan harga
yang tepat.
Dari beberapa definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa merchandising
merupakan serangkaian kegiatan pengadaan produk dalam jumlah, waktu, harga
dan tempat yang tepat untuk mencapai tujuan perusahaan peritel.
(1). Manajemen Merchandise
Manajemen merchandise atau pengelolaan merchandise
berkaitan dengan pembelian atau pembelanjaan, penanganan, dan keuangannya.
Hal-hal yang berkenaan dengan manajemen merchandise
antara lain (Ma’ruf, 2005) : target pasar, jenis gerai, lokasi dimana gerai
berada, value chain, kemampuan
pemasok, biaya, kecenderungan mode produk (product
trend).
(2). Perencanaan Merchandise
a) Peramalan, dengan memperhatikan data-data
masa lalu, faktor siklus hidup produk, faktor musiman.
b) Inovasi, produk ritel harus diciptakan
secara inovatif. Pengertian inovatif adalah hal-hal baru baik dalam cara pakai,
fitur baru, model baru, penggunaan baru, ataupun produk yang sama sekali baru.
c) Assortment (keragaman) Produk
(a).
Wide/lebar, yaitu banyaknya variasi kategori produk
yang dijual.
(b). Deep/dalam, yaitu banyaknya item pilihan dalam
masing-masing kategori produk.
Aspek wide dan deep dapat
dijelaskan sebagai berikut :
(a). narrow (sempit) and
deep (dalam), yaitu sedikit kategori produk tapi masing-masing kategori
disediakan banyak pilihan, dilakukan oleh gerai seperti category killer.
(b). wide (lebar) and deep (dalam), yaitu banyak kategori produk jenis yang masing-masing
dengan banyak pilihan, dilakukan oleh gerai seperti hypermarket.
(c). wide (lebar) and
shallow (dangkal), yaitu banyak
kategori produk tapi masing-masing hanya tersedia sedikit pilihan, dilakukan
oleh gerai seperti general discounter.
(d). narrow (sempit) and shallow (dangkal), yaitu
sedikit kategori produk jenis yang masing-masing dengan sedikit pilihan,
dilakukan oleh gerai seperti convenience
store dan minimarket.
(3). Pelaksanaan Manajemen Merchandise
Manajemen merchandise dilaksanakan dengan cara-cara berikut ini (Ma’ruf, 2005)
:
a) mengumpulkan informasi : pihak pertama
yang dapat memberi informasi adalah pelanggan, dengan cara mencatat dan
meneliti keadaan demografi mereka dan perubahannya, gaya hidup, dan potensi
rencana belanja. Sumber lainnya adalah pemasok.
b) memilih dan berhubungan dengan pemasok,
yaitu : produsen, agen/distributor, dan perantara.
c) mengevaluasi : kehandalan, harga dan mutu
yang terbaik, waktu, pelayanan ekstra, informasi, etika, hubungan jangka
panjang, investasi, resiko.
d) mengevaluasi merchandise, ada tiga cara menguji yaitu memeriksa barangnya langsung,
sampling, dan deskripsi.
e) melakukan negosiasi.
f) melakukan pemesanan.
g) menerima dan menyimpan stok merchandise.
h) melakukan pesanan ulang.
i)
mengevaluasi
ulang.
Triyono (2006)
menyatakan bahwa merchandise
merupakan senjata inti
pertama yang menekankan pada persediaan, harga, kualitas, dan manfaat produk
bagi konsumen. Prinsip Quick Response (respons
cepat) terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan harus dapat dilaksanakan
dengan baik. Prinsip-prinsipnya, apa yang dibutuhkan pelanggan harus dapat
ditangkap dengan baik dan untuk memenuhinya, harus ditindaklanjuti dengan
langkah-langkah nyata. Oleh
karena itu, bagian pembelian harus rajin melihat kompetisi di luar.
Sumber:
Asep ST. Sujana. 2005. Paradigma Baru Dalam Manajemen Ritel Modern. Yogyakarta : Graha Ilmu.Buchari Alma. 2002. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Edisi Kedua. Bandung: CV. Alfabeta. Hendri Ma’ruf. 2005. Pemasaran Ritel. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sigit Triyono. 2006. Sukses Terpadu Bisnis Ritel Merchandising
Sampai Shrinkage. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.