Arti modern di sini
adalah penataan barang menurut keperluan yang sama dikelompokkan di bagian yang
sama yang dapat dilihat dan diambil langsung oleh pembeli, penggunaan alat
pendingin udara, dan adanya pramuniaga profesional (Ma’ruf, 2005). Keberadaan
bisnis ritel modern ditandai dengan
salah satu ciri, yaitu meningkatnya kebutuhan terhadap aplikasi teknologi
sistem informasi. Seperti misalnya penggunaan aplikasi sistem operasi toko
dengan komputer seperti : Point of Sales (POS), Electronic Data Interchange (EDI), dan EFT (Electronic Fund Transfer),
dimana aplikasi sistem tersebut diharapkan menunjang peningkatan efisiensi.
Pada tahun 2004, macam-macam ritel modern di Indonesia adalah.
- Minimarket: terjadi pertumbuhan sebanyak 1.800 buah selama 10 tahun sampai tahun 2002. luas ruang minimarket adalah antara 50 m2 sampai 200 m2.
- Convenience store: gerai ini mirip minimarket dalam hal produk yang dijual, tetapi berbeda dalam hal harga, jam buka, luas ruang, dan lokasi. Convenience store ada yang buka 24 jam dengan luas antara 200 m2 hingga 450 m2 dan berlokasi di tempat yang strategis. Sebagian produknya sedikit lebih mahal daripada yang dijual minimarket.
- Specialty store: Sebagian masyarakat lebih menyukai berbelanja di toko di mana pilihan produk tersedia lengkap sehingga tidak harus mencari lagi toko lain. Keragaman produk disertai harga yang bervariasi dari yang terjangkau hingga yang premium membuat specialty store unggul. Contoh specialty store adalah Electronik City dan Automall.
- Factory outlet.
- Distro atau distribution outlet.
- Supermarket: sebanyak 700 buah berdiri dalam kurun waktu 10 tahun sampai tahun 2002. Supermarket kecil mempunyai luas ruang antara 300 m2 sampai 1.100 m2, sedangkan supermarket besar mempunyai luas antara 1.100 m2 sampai 2.300 m2.
- Departement store atau toserba (toko serba ada) : gerai jenis ini mempunyai ukuran luas ruang yang beraneka, mulai dari beberapa ratus m2, hingga 2.000 m2 -3.000 m2.
- Perkulakan atau gudang rabat (semacam warehouse club).
- Superstore : mulai 2.300 m2 sampai 4.700m2.
- Hypermarket : luas ruang diatas 5.000 m2.
- Pusat belanja yang terdiri atas dua macam : mall dan trade centre. Mall memuat banyak gerai mulai dari toko (store) biasa sampai supermarket, departement store, amusement center, dan foodcourt. Trade center mirip mall tetapi tidak memiliki ruang publik seluas mall dan biasanya tidak tersedia departement store dan amusement center.
Istilah pusat perbelanjaan mulai populer digunakan
untuk menggantikan istilah one-stop
shopping yang dikenalkan pada dasawarsa 1980-an. Pusat perbelanjaan adalah
sekelompok lokasi usaha ritel dan usaha komersial lainnya yang direncanakan,
dikembangkan, dimiliki, dan dikelola sebagai satu properti tunggal (Neo dan
Wing, 2005). Sim, 1992 dalam Neo dan
Wing (2005) menyebutkan, sebuah pusat perbelanjaan dipandang sebagai properti
komersial yang memiliki multilantai untuk usaha ritel dan fasilitas
pendukungnya : seperti tempat rekreasi, restoran, hotel, layanan medis, kantor,
dan tempat tinggal. Pusat perbelanjaan menawarkan kenyamanan dengan menyediakan
banyak toko di bawah satu atap. Dengan demikian waktu perjalanan bagi para
pembelanja menjadi semakin pendek. Pusat perbelanjaan memadukan aktivitas belanja
dengan hiburan, karena tersedia tempat untuk belanja, bersosialisasi,
berjalan-jalan, dan makan.
Sumber:
Hendri Ma’ruf. 2005. Pemasaran
Ritel. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Lynda Wee Keng Neo dan Tong Kok
Wing. 2005. The 4 Rs of Asian Shopping
Centre Management. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.