Ragam bahasa yang dianggap memiliki gengsi dan wibawa yang tinggi adalah ragam bahasa orang yang berpendidikan. Karena, ragam orang yang berpendidikan kaidah-kaidahnya paling lengkap diuraikan jika dibandingkan dengan ragam bahasa yang lain. Oleh karena itulah sehingga ragam tersebut dijadikan tolok ukur bagi pemakaian bahasa yang benar atau bahasa yang baku.
Ragam bahasa baku menggunakan kaidah bahasa yang lebih lengkap dibandingkan dengan ragam tidak baku. Adapun ciri ragam baku adalah sebagai berikut.
- Memiliki sifat kemantapan dinamis. Bahasa baku harus memiliki kaidah dan aturan yang relatif tetap dan luwes. Bahasa baku tidak dapat berubah setiap saat.
- Kecendekiaan. Kecendekiaan berarti bahwa bahasa baku sanggup mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di pelbagai ilmu dan teknologi, dan bahasa baku dapat mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal.
- Keseragaman kaidah. Keseragaman kaidah adalah keseragaman aturan atau norma. Tetapi, keseragaman bukan berarti penyamaan ragam bahasa atau penyeragaman variasi bahasa (Depdikbud 1988).
Proses pembakuan bahasa terjadi karena keperluan komunikasi. Dalam proses pembakuan atau standardisasi itu salah satu variasi pemakaian bahasa dibakukan untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu yang variasi itu disebut bahasa baku atau bahasa standar. Namun perlu diingat, dengan adanya pembakuan bahasa atau bahasa Indonesia yang baku, bahasa Indonesia yang tidak baku tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya dalam komunikasi. Dengan demikian, pembakuan tidak bermaksud untuk mematikan variasi-variasi bahasa tidak baku.
Ragam tidak baku banyak mengandung unsur-unsur dialek dan bahasa daerah sehingga ragam bahasa tidak baku banyak sekali variasinya. Selain dialek, ragam bahasa tidak baku juga bervariasi dalam hal lafal atau pengucapan, kosa kata, struktur kalimat dan sebagainya. Untuk mengatasi keanekaragaman pemakaian bahasa yang merupakan variasi dari bahasa tidak baku maka diperlukan bahasa bahasa baku atau bahasa standar. Mengapa? Karena bahasa baku tidak hanya ditandai oleh kesergaman dan ketunggalan ciri-cirinya tetapi juga ditandai oleh keseragaman dan ketunggalan fungsi-fungsinya.
Pada situasi komunikasi bagaimanakah kita harus menggunkan bahasa Indonesia baku? Kridalaksana (1978) mengatakan bahwa bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa yang dipergunakan dalam:
(a) komunikasi resmi, yakni surat-menyurat resmi, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, penamaan dan peristilahan resmi, perundang-undangan, dan sebagainya (ingat kembali fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi);
(b) wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan karangan ilmiah;
(c) pembicaraan di depan umum yakni dalam ceramah, kuliah, khotbah; dan
(d) pembicaraan dengan orang yang dihormati yakni orang yang lebih tua, lebih tinggi status sosialnya dan orang yang baru dikenal.
Bagaimanakah ciri struktur (unsur-unsur) bahasa Indonesia baku? Ciri struktur (unsur-unsur) bahasa Indonesia baku diuraikan satu persatu seperti berikut.
a. Pemakaian awalan me- dan ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten.
Contoh:
Bahasa
Indonesia Baku
|
Bahasa
Indonesia Tidak Baku
|
- Ahmad melempar
mangga yang ada di depan rumahnya.
- Hama wereng menyerang padi petani yang
sudah mulai menguning.
- Anak itu sudah
mampu berjalan walaupun masih tertatih-tatih.
-
Kuliah sudah berjalan dengan
lancar.
|
- Ahmad lempar
mangga yang ada di depan rumahnya.
- Hama wereng serang
padi petani yang sudah mulai menguning.
- Anak itu sudah
mampu jalan walaupun masih tertatih-tatih.
- Kuliah sudah jalan
dengan lancar.
|
b. Pemakaian fungsi gramatikal (subyek, predikat, dan sebagainya secara eksplisit dan konsisten.
Contoh:
Bahasa
Indonesia Baku
|
Bahasa
Indonesia Tidak Baku
|
-
Direktur perusahaan itu pergi ke luar negeri.
|
-
Direktur perusahaan itu ke luar negeri.
|
c. Pemakaian fungsi bahwa dan karena (bila ada) secara eksplisit dan konsisten (pemakaian kata penghubung secara tepat dan ajeg)
Contoh:
Bahasa
Indonesia Baku
|
Bahasa
Indonesia Tidak Baku
|
- Ia tahu bahwa
anaknya tidak lulus.
- Ia tidak
percaya kepada semua orang, karena tidak
|
- Ia tahu
anaknya tidak lulus.
- Ia tidak
percaya kepada semua orang, tidak
|
d. Pemakaian pola frase verbal aspek + agen + verba (bila ada) secara konsisten (penggunaan urutan kata yang tepat)
Contoh:
Bahasa
Indonesia Baku
|
Bahasa
Indonesia Tidak Baku
|
- Maksud Anda
sudah saya pahami.
- Kiriman itu
telah kami terima.
- Pot bunga itu
akan kamu simpan di mana?
|
- Maksud Anda
saya sudah pahami.
- Kiriman itu
kami telah terima.
- Pot bunga itu
kamu akan simpan di mana?.
|
e. Pemakaian konstruksi sintesis (lawan analitis)
Contoh:
Bahasa
Indonesia Baku
|
Bahasa
Indonesia Tidak Baku
|
− Ia memberitahukan
bahwa besok ada pertemuan di sekolah.
− Istrinya
sedang mengikuti Program PJJ S1 PGSD.
− Ia selalu
membantu siswa membersihkan kelas sebelum pembelajaran dimulai.
− Menurut mereka,
pendidikan itu penting.
− Berapa harganya?
|
- Ia kasi tahu
bahwa besok ada pertemuan di sekolah.
- Dia punya
istri sedang mengikuti Program PJJ S1 PGSD.
- Ia selalu
membantu siswa bikin bersih kelas sebelum pembelajaran dimulai.
- Menurut dia
orang, pendidikan itu penting.
- Berapa dia
punya harga?
|
f. Pemakaian partikel kah, lah, dan pun secara konsisten
Contoh:
Bahasa
Indonesia Baku
|
Bahasa
Indonesia Tidak Baku
|
−
Bagaimanakah
memakai
alat itu?
|
-
Bagaimana cara pakai alat itu?
|
g. Pemakaian preposisi yang tepat
Contoh:
Bahasa Indonesia Baku
|
Bahasa Indonesia Tidak Baku
|
• Ia
mengirim surat ke pada saya.
• Buku
itu ada pada saya.
• Anak
itu pergi ke sekolah dengan temannya.
|
• Ia
mengirim surat ke saya.
• Buku
itu ada di saya.
• Anak
itu pergi ke sekolah sama temannya.
|
h. Pemakaian bentuk ulang yang tepat menurut fungsi dan tempatnya
Contoh:
Bahasa Indonesia Baku
|
Bahasa Indonesia Tidak Baku
|
· Semua
siswa diharapkan masuk ke kelas. Atau Siswa-siswa diharapkan masuk ke kelas.
|
· Semua
siswa-siswa diharap-kan masuk ke kelas.
|
i. Pemakaian unsur-unsur leksikal berikut berbeda dari unsur-unsur yang
menandai bahasa Indonesia baku
Contoh:
Bahasa Indonesia Baku
|
Bahasa Indonesia Tidak Baku
|
· Hari ini saya tidak
dapat mengikuti pertemuan.
|
·
Ini
hari saya tidak dapat mengikuti
pertemuan.
|
j. Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD)
Contoh:
Bahasa Indonesia Baku
|
Bahasa Indonesia Tidak Baku
|
· mesti
· mungkin
· panitia
· pihak
· asas
· teladan
· hewan
· dipukul
· tradisional
· universal
|
• musti
• mungking
atau mumkin
• panitya
• fihak
• azas atau
azaz
• tauladan
• khewan
• di pukul
• tradisionil
• universil
|
k. Pemakaian peristilahan resmi
Contoh:
Bahasa Indonesia Baku
|
Bahasa Indonesia Tidak Baku
|
•
acak
•
sahih
•
tataran
•
perangkat
•
masukan
•
keluaran
•
cendera
mata
•
peringkat
•
kawasan
|
•
random
•
valid
•
level
•
set
•
input
•
output
•
tanda
mata
•
ranking
•
area
|
l. Pemakaian kaidah yang baku
Contoh:
Bahasa Indonesia Baku
|
Bahasa Indonesia Tidak Baku
|
Hal itu sudah
kita pahami.
|
Hal itu sudah
dipahami oleh kita.
|