Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Contoh Analisis Jurnal Ilmah

Minggu, 12 Mei 2013 | 16:49 WIB Last Updated 2014-09-10T08:30:50Z
Analisis Jurnal Ilmah
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dengan Metode Eksperimen Pada Materi Getaran Dan Gelombang Kelas VIII di SMP N 1 Bangsal Mojokerto ”
Nama Peneliti : Septina
Universitas : UNESA( Universitas Negeri Surabaya)
Fakultas : pendidikan Fisika

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jurnal yang dianalisis berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Metode Eksperimen Pada Materi Getaran Dan Gelombang Kelas VIII di SMPN 1 Bangsal Mojokerto ”. Model kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) ini merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana siswa ditempat dalam team belajar beranggotakan 4 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin, dan suku. (http: // tulisansingkatimal @blogspot.com).

Sehingga di dalam pemilihan STAD cocok untuk mengajarkan tujuan-tujuan yang terdefinisikan dengan jelas seperti konsep-konsep sains dan juga ide utama dibalik STAD adalah untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang diperesentasikan guru. Dan juga metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievalusi oleh guru.

Tercapainya skor lebih dari 3 pada tiap pertemuan yang termasuk dalam kategori baik pada aspek penilaian, mengidentifikasikan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen, replikasi, dan juga kelas kontrol mulai dari tahap pendahuluan, kegatan inti, dan penutup dengan proses belajar mengajar yang terjadi di kelas telah berlangsung dengan baik. Hal ini karena perangkat pembelajaran yang diterapkan peneliti telah sesuai dengan terlaksana dengan baik pada setiap pertemuan. (jurnal halaman 5).

Berdasarkan uraian di atas nampak bahwa penerapan model pembelajran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen berpotensi meningkatkan hasil belajar siswa. Kesimpulannya adalah Judul dan isi ( hasil dan pembahasan) sudah tersinkronisasi dengan baik atau sudah saling berhubungan. Model kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) ini merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana siswa ditempat dalam team belajar beranggotakan 4 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin, dan suku. (http: // tulisansingkatimal @blogspot.com).

Sehingga di dalam pemilihan STAD cocok untuk mengajarkan tujuan-tujuan yang terdefinisikan dengan jelas seperti konsep-konsep sains dan juga ide utama dibalik STAD adalah untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang diperesentasikan guru. Dan juga metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievalusi oleh guru.

Tercapainya skor lebih dari 3 pada tiap pertemuan yang termasuk dalam kategori baik pada aspek penilaian, mengidentifikasikan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen, replikasi, dan juga kelas kontrol mulai dari tahap pendahuluan, kegatan inti, dan penutup dengan proses belajar mengajar yang terjadi di kelas telah berlangsung dengan baik. Hal ini karena perangkat pembelajaran yang diterapkan peneliti telah sesuai dengan terlaksana dengan baik pada setiap pertemuan. (jurnal halaman 5).

Berdasarkan uraian di atas nampak bahwa penerapan model pembelajran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen berpotensi meningkatkan hasil belajar siswa.


B. Rumusan Masalah

Secara khusus masalah penelitian ini dirumuskan ke dalam sub-sub masalah sebagai berikut ini :

- Bagaimana hasil hasil belajar siswa kelas VIII di SMP N 1 Bangsal Mojokerto melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen pada materi getaran dan gelombang ?

- Bagaimana aktivitas siswa kelas VIII di SMP N 1 Bangsal Mojokerto melalui kegiatan kegiatan belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen pada materi getaran dan gelombang ?

- Bagaimana respon siswa kelas VIII di SMP N 1 Bangsal Mojokerto melalui kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen pada materi getaran dan gelombang ?


C. Tujuan

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

- Mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas VIII di SMP N 1 Bangsal Mojokerto melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen pada materi getaran dan gelombang,

- Mendeskripsikan aktivitas siswa kelas VIII di SMP N 1 Bangsal Mojokerto melalui kegiatan kegiatan belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen pada materi getaran dan gelombang,

- Mendeskripsikan respon siswa kelas VIII di SMP N 1 Bangsal Mojokerto melalui kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen pada materi getaran dan gelombang.


D. Manfaat

Dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan psikomotorik maupun afektif bukan hanya kognitifnya saja. Sesuai didalam kurikulum yang berlaku saat ini.


E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Variable Penelitian

Sugiyono (2004:39) mengatakan, “ Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

a. Variabel bebas

Menurut Sugiyono (2004:39) ”variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Variabel bebas dalam peneilitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Metode Eksperimen.

b. Variabel Terikat

Menurut Sugiyono (2004:40) “ variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar siswa pada materi Pada Materi Getaran Dan Gelombang Kelas VIII di SMPN 1 Bangsal Mojokerto

2. Definisi Operasional

a. Model Pembelajaran Tipe STAD dengan metode eksperimen

Model Pembelajaran Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions )adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku dengan cara memberikan kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah ukuran tingkat keberhasilan siswa didalam mencapai ketuntasan materi pelajaran berupa skor yang diperoleh dari tes mengenai sejumlah materi pelajaran yang diajarkan. Hasil belajar yang dimaksud pada penelitan ini adalah skor yang diperoleh dalam mengerjakan soal-soal penelitian yang diberikan sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen.

c. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa didalam penelitian ini ialah kegiatan belajar yang dilakukan siswa ketika mengikuti proses pembelajaran dengan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen.

d. Respon Siswa

Respon siswa pada penelitian in dimaksudkan adalah tanggapan siswa terhadap sejumlah pertanyaan mengenai pembelajaran materi Getaran dan Gelombang dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen Jawaban ini berdasarkan pada pengamatan didalam proses pembelajaran.



F. HIPOTESIS

Hipotesis penelitian ini adalah hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran STAD dengan metode eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar siswa memalui penerapan model pembelajaran model STAD dengan metode demonstrasi dengan aktivitas berdiskusi dengan anggota kelompok dan siswa memberikan respon yang baik terhadap penerapan model pembelajaran STAD dengan metode eksperimen.





BAB II

KAJIAN TEORI



A. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:

- Untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama

- Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah

- Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.

- Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.



1. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

· Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.

· Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang.

· Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.







2. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif :


Fase

Indikator

Aktivitas Guru


1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa


2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan


3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi efisien


4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas


5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya


6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok.




B. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif di Kelas

Yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan model pembelajaran kooperatif di kelas, diantaranya:

1. Pilih pendekatan apa yang akan digunakan, misal STAD, Jigsaw, Investigasi Kelompok, dll.

2. Pilih materi yang sesuai untuk model ini

3. Mempersiapkan kelompok yang heterogen

4. menyiapkan LKS atau panduan belajar siswa

5. merencanakan waktu, tempat duduk yang akan digunakan.

Beberapa pendekatan pada model pembelajaran kooperatif dan perbandingannya:


Pendekatan
Unsur

STAD

Jigsaw

Kelompok Penyelidikan

Pendekatan Struktur


Tujuan Kognitif

Informasi akademik sederhana

Informasi akademik sederhana

Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri

Informasi akademik sederhana


Tujuan Sosial

Kerjasama dalam kelompok

Kerjasama dalam kelompok

Kerjasama dalam kelompok kompleks

Keterampilan kelompok dan sosial


Struktur Kelompok

Kelompok heterogen dengan 4-5 orang

Kelompok heterogen dengan 5-6 orang dan menggunakan kelompok asal dan kelompok ahli

Kelompok homogen dengan 5-6 orang

Kelompok heterogen dengan 4-6 orang


Pemilihan topik

Oleh guru

Oleh guru

Oleh siswa

Oleh guru


Tugas utama

Menggunakan LKS dan saling membantu untuk menuntaskan materi

Mempelajari materi dalam kelompok ahli dan membantu kelompok asal mempelajari materi

menyelesaikan inkuiri kompleks

Mengerjakan tugas yang diberikan baik social maupun kognitif


Penilaian

Tes mingguan, jenis tes biasanya berupa kuis

Bervariasi, misal tes mingguan, jenis tes biasanya berupa kuis

Menyelesaikan proyek dan menulis laporan.




C. Pengertian Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didasarkan pada alasan bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesama (Nurhadi 2003: 60)

Abdurrahman dan Bintoro (2000) dalam Nurhadi 2003 : 61 menyatakan Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait.

Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antara pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap coopartive learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan :

1. Saling ketergantungan positif

2. Tanggungjawab perseorangan

3. Tatap Muka

4. Komunikasi antar anggota

5. Evaluasi proses kelompok (Anita Lie, 1999 : 30)

Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa (Usman, 2002 : 30).Jadi pola belajar kelompok dengan cara kerjasama antar siswa dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan kreativitas siswa, pembelajaran juga dapat mempertahankan nilai sosial bangsa Indonesia yang perlu dipertahankan. Ketergantungan timbal balik mereka memotivasi mereka untuk dapat bekerja lebih keras untuk keberhasilan mereka, hubungan kooperatif juga mendorong siswa untuk menghargai gagasan temannya bukan sebaliknya.

Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif adalah :

· Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar

· Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang dan rendah.

· Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda.

· Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu (Ibrahim. dkk, 2000 : 6)

Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantungan satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam (Ibrahim, dkk, 2000 : 9). Sedangkan menurut Linda Lungren (1994 : 120) dalam (Ibrahim, dkk. 2000 : 18) ada beberapa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah, yaitu:

1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas

2. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

3. Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah

4. Memperbaiki kehadiran

5. Angka putus sekolah menjadi rendah

6. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar

7. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

8. Konflik antar pribadi berkurang

9. Sikap apatis berkurang

10. Pemahaman yang lebih mendalam

11. Motivasi lebih besar

12. Hasil belajar lebih tinggi

13. Retensi lebih lama

14. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Jadi, pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial yang penting, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis.



D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dkk di Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slaven dkk di Universitas Jhon Hopkins. Dalam terapan tipe jigsaw, siswa dibagi menjadi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen. Materi pelajaran diberikan pada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan. Anggota dari kelompok yang lain mendapat tugas topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut dengan kelompok ahli (Ibrahim, dkk. 2000 : 52).

Langkah-langkah model jigsaw dibagi menjadi enam tahapan, yaitu :

· Menyampaikan tujuan belajar dan membangkitkan motivasi

· Menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi disertai penjelasan verbal, buku teks, atau bentuk lain

· Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar

· Mengelola dan membantu siswa dalam belajar kelompok dan kerja di tempat duduk masing-masin

· Mengetes penguasaan kelompok atas bahan ajar

· Pemberian penghargaan atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa (Nurhadi dan Agus Gerrard, 2003 : 40)

Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa :

· Menyiapkan tujuan belajar dan membangkitkan motivasi

Beberapa aspek dari tujuan dan motivasi siswa tidak berbeda untuk pembelajaran model jigsaw. Guru yang berhasil memulai pelajaran dengan menelaah ulang, menjelaskan tujuan mereka dengan bahasa yang mudah dipahami, dengan menunjukkan bagaimana pelajaran itu terkait dengan pelajaran sebelumnya.

· Menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi disertai penjelasan verbal, buku teks atau bentuk-bentuk lain

Menyajikan informasi verbal secara jelas kepada siswa dan memberikan petunjuk bagaimana melakukannya. Petunjuk itu tidak akan diulang di sini. Bagaimanapun juga, penting untuk menggarisbawahi suatu perhatian singkat tentang penggunaan buku teks.

· Pemberian penghargaan atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa

Dalam pembelajaran kooperatif, guru harus hati-hati dengan cara menilai yang diterapkan di luar sistem penilaian mingguan yang baru diuraikan di atas. Konsisten dengan konsep struktur penghargaan kooperatif adalah penting bagi guru untuk menghargai hasil kelompok dua-duanya hasil akhir dan perilaku kooperatif yang menghasilkan suatu solusi dilema ini dengan memberikan dua evaluasi bagi siswa, satu untuk upaya kelompok dan satu untuk setiap sumbangan seseorang individu.



Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan, di antara kelebihannya, yaitu:

· Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain

· Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan

· Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya

· Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif

· Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain (Ibrahim, dkk. 2000 : 70).

Sedangkan kekurangannya, yaitu :

· Membutuhkan waktu yang lama

· Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang kurang pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang kurang pandaipun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya (Ibrahim, 2000 : 71).



E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division), tipe ini dikembangkan pertama kali oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins dan merupakan model pembelajaran kooperatif paling sederhana (Ibrahim dkk, 2000 : 6). Masing-masing kelompok memiliki kemampuan akademik yang heterogen (Depelovment MA Project, 2002 : 31), sehingga dalam satu kelompok akan terdapat satu siswa berkemampuan tinggi, dua orang kemampuan sedang dan satu siswa lagi berkemampuan rendah. Para guru pengguna metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui pengajian verbal maupun tertulis (Ibrahim, dkk, 2000 : 20).Kelebihan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:

· Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain

· Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan

· Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif

· Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain (Ibrahim, dkk. 2000 : 72).

Sedangkan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:

· Membutuhkan waktu yang lama

· Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang kurang pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang kurang pandaipun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya (Ibrahim, 2000 : 72).

· Tes , Siswa diberikan kuis dan tes secara perorangan. Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal kuis atau tes sesuai dengan kemampuannya. Pada saat mengerjakan kuias atau tes ini, setiap siswa bekerja sendiri bekerja sama dengan anggota kelompoknya.

· Penentuan Skor, Hasil kuis atau tes diperiksa oleh guru, setiap skor yang diperoleh siswa masukkan dalam daftar skor individual, untuk melihat peningkatan kemampuan individual. Rata-rata skor peningkatan individual merupakan sumbangan bagi kinerja percapaian hasil kelompok.

· Penghargaan terhadap kelompok, Berdasarkan skor peningkatan individu diperoleh skor kelompok. Dengan demikian, skor kelompok sangat tergantung dari sumbangan skor individu.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,yaitu antara empat antara enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,rasa tau suku yang berbeda.Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok,setiap kelompok akan memperoleh penghargaan atau reward,jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggungjawab individu terhadap kelompok dan ketrampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.

Strategi Pembelajaran Kooperatif bisa digunakan manakala :

- Guru menekankan pentingnya usaha kolektif,disamping usaha individual dalam belajar.

- Jika guru menghendaki selruh siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar

- Jika guru ingin menanamkan,bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya.

- Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.

- Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi mereka

- Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.

F. METODE EKSPERIMEN

Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.

1. Kelebihan Metode Eksperimen

a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku;

b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan; dan

c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

2. Kekurangan Metode Eksperimen

a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen;

b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran; serta

c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

BAB III

PROSEUDUR PENELITIAN





A. Metode dan Bentuk Penelitian

1. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada jurnal tersebut adalah penelitian eksperimen Menurut Sugiyono (2008: 107), penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Berdasarkan pengertian tersebut dengan melihat hasil penelitian dan analisis data yang digunakan pada jurnal ini dapat dikatakan bahwa penelitian ini sudah memenuhi kriteria penggunaan metode penelitian eksperimen.

2. Bentuk Penelitian

Bentuk dari desain peneliti ini menggunakan True Eksperimental ( eksperimen betul-betul )yaitu menggunakan randomized control group pretest posttest design dengan tiga kelas eksperimen (VIIIA, VIIIC, VIIIF) dan satu kelas kontrol (VIIIG). Salah satu ciri dari true eksperimental adalah bahwa sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok control yang diambil secara random dari populasi tertentu. Atau dapat dikatakan adanya kelompok control dan sampel dipilih secara acak / random. ( sugiyono 2008:112). Teknik random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel.

Pemilihan teknik secara random dikarenakan peneliti menjadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak. bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak.

Secara teori control group pretest posttest design mengambil sampel 2 kelas eksperimen dan 2 kelas control secara random berbeda dengan yang dilakukan oleh peneliti yang hanya mengambil sampel untuk kelas control satu kelas sedangkan untuk kelas eksperimen 3 kelas. Sehingga dapat dibedakan dengan mudah setelah diberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun desain penelitian ini adalah menggunakan desain control group pre-test post test seperti pada gambar 3.1 berikut.





E 01 X 02

K 03 X 04











Gambar 3.1 Desain Penelitian Control Group pre-test and post-test



Keterangan :

E = kelas eksperimen (kelompok yang menggunakan pembelajaran koopertif model Treffinger)

K = kelas kontrol (kelompok yang menggunakan pembelajaran konvensinal)

01 = hasil pre-test kelas eksperimen

02 = hasil post-test kelas eksperimen

03 = hasil pre-test kelas kontrol

04 = hasil post-test kelas kontrol

X = perlakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

(Arikunto, 2006:86)



B. Populasi dan sampel

1. Populasi

“Secara sederhana, populasi diartikan sebagai keseluruhan subyek penelitian” (Suharmi Arikunto, 2006: 130). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah sebagai keseluruhan objek penelitian sebagai sumber data yang akan diolah untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Untuk populasi dengan banyak elemen, pengukuran karakter populasi dilakukan melalui sejumlah elemen yang dipilih dari populasi tersebut dengan suatu metode tertentu. Cara pengambilan sejumlah elemen dari populasi ini disebut dengan sampling, dan elemen yang dipilih melalui cara ini disebut sebagai sampel (sample). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswa kelas VIII SMPN 1 Bangsal Mojokerto.

2. Sampel

Sedangkan untuk Sampel yang diambil peneliti adalah kelas VIII A, VIII B , VIII F dan VIII G. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling khususnya cluster sampling. Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan kelompok. Berbeda dengan teknik pemgambilan sampel acak yang distratifikasikan, dimana setiap unusur dalam satu kelompok memiliki karakterisitik yang homogen, maka dalam clusuter bisa saja terkandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau hehterogen. Teknik cluster sampling dapat ditempuh melalui dua cara yaitu dengn satu tahap atau dengan dua tahap. Jika semua kelompok yang ada dalam populasi diambil satu sampel, maka pengambilan cluster sampling hanya satu tahap. Tapi jika tidak semua kelompok pada populasi yang diambil, tapi hanya beberapa kelompok saja, maka prosedurnya menggunakan cluster sampling dua tahap.

Tahapan dalam tekinik cluster sampling atau area sampling adalah

a. Tahapan pertama : dari semua kelompok anggota populasi hanya dipilih beberapa kelompok sebagai sampel daerah secara acak.

b. Tahapan kedua : dari beberapa kelompok sampel daerah tersebut, tetapkan individu-individu mana yang menjadi sampel (secara acak). Misalnya dibidang pendidikan, akan ditentukan mana siswa kelas eksperimen dan siswa kelas control.

(http://www.buatskripsi.com/2011/02/langkah-cluster-sampling tahapan.html)

Dari penjelasan cluster random sampling tersebut, maka penelitian ini menggunakan teknik ini dengan memilih sampel kelas eksperimen dan control dari populasi kelas VIII SMP N 1 Bangsal Mojokerto. Yang mana tiga kelas diambil sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas control. Sampel kelas eksperimen terdiri atas kelas kelas VIII A, VIII B , VIII F sedangkan untuk kelas control hanya terdiri dari satu kelas VIII G. Pemilihan teknik ini karena cluster random sampling lebih menekankan kepada kelompok bukan individu yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh si peneliti.

C. Teknik dan alat pengumpul data

1. Teknik Pengumpul Data

Menurut Hadari Nawawi (2003:94-95), ada enam teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian yang terdiri dari :

a. Teknik observasi langsung

b. Teknik observasi tidak langsung

c. Teknik komunikasi langsung

d. Teknik komunikasi tidak langsung

e. Teknik pengukuran

f. Teknik studi dokumenter

Dari keenam teknik diatas, peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut :

a. Teknik observasi langsung

Yaitu cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang pelaksanaannya langsung pada tempat dimana suatu peristiwa, keadaan atau situasi sedang terjadi. Peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap proses belajar mengajar pada mata pelajaran IPA Terpadu di Kelas VIII di SMPN 1 Bangsal Mojokerto pada saat proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen.

b. Teknik komunikasi langsung

Yaitu cara mengumpulkan data yang mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka (face to face) dengan guru dan siswa, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut. Peneliti mengadakan wawancara kepada guru mata pelajaran IPA Terpadu Kelas VIII di SMPN 1 Bangsal Mojokerto



c. Teknik komunikasi tidak langsung

Yaitu cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengadakan hubungan tidak langsung atau dengan perantaraan alat, baik berupa alat yang sudah tersedia maupun alat khusus yang dibuat untuk keperluan itu. Dalam hal ini, peneliti menggunakan angket.

Angket disini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap keberhasilan dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Divisions) dengan metode eksperimen. Respon siswa yang diharapkan adalah model pembelajaran disukai, siswa lebih aktif, lebih mudah memahami materi fisika khususnya getaran dan gelombang sehingga siswa dalam pengerjaan soal-soal yang diberikan dapat dikerjaan dengan sangat baik.

d. Teknik pengukuran

Yaitu cara mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif untuk mengetahui tingkat atau derajat aspek tertentu dibandingkan dengan norma tertentu pula sebagai satuan ukur yang relevan. Peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa berupa evaluasi proses belajar pembelajaran dengan pada saat proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen pada materi getaran dan gelombang Kelas VIII di SMPN 1 Bangsal Mojokerto.

e. Teknik studi dokumenter

Yaitu cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen yang berhubungan dengan SMPN 1 Bangsal Mojokerto (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran).



2. Alat Pengumpul Data

a. Non Tes

1) Daftar cek yaitu pencatatan data yang dilakukan dengan menggunakan sebuah daftar yang memuat apa-apa atau gejala-gejala yang akan diamati yang terjadi di SMPN 1 Bangsal Mojokerto.

2) Pedoman interviu yaitu alat yang digunakan dalam pengumpulan data, dimana penulis akan mengadakan kontak langsung dengan guru mata pelajaran fisika kelas VIII SMPN 1 Bangsal Mojokerto. Penulis mengajukan sejumlah pertanyaan yang telah disusun secara lisan. Hasil interviu ini dijadikan sebagai bahan penunjang dalam mengambil keputusan hasil penelitian.

3) Angket/kuisioner merupakan alat pengumpulan data dari teknik komunikasi tidak langsung. Angket yaitu suatu alat pengumpulan data dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada responden yaitu siswa kelas VIII di SMPN 1 Bangsal Mojokerto. Angket ini bersifat terstruktur tertutup dan siswa hanya memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.

Alternaif jawaban terdiri dari 4 (empat) pilihan yaitu :

- Alternatif jawaban a dengan bobot nilai 4.

- Alternatif jawaban b dengan bobot nilai 3.

- Alternatif jawaban c dengan bobot nilai 2.

- Alternatif jawaban d dengan bobot nilai 1.

Respon siswa dapat dilihat dalam pengisian angket yang diberikan peneliti terhadap siswa.

b. Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda Tes tertulis ini bertujuan adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi getaran dan gelombang yang diberikan pada awal pembelajaran (pretest) dan akhir pembelajaran (posttest). Soal untuk pretest dan posttest adalah sama.

Pretest dilakukan untuk dapat menganalisis kemampuan awal siswa sehingga dapat dilakukan perlakuan agar kemampuan siswa lebih meningkat. Perlakuan yang dimaksud adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen.



D. Analisis Data

Adapun teknik yang digunakan dalam rencana pengolahan data adalah melalui perhitungan statistik inferensial. Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sample dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Teknik pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara random. Statistik ini disebut juga sebagai statistik probabilitas, karena kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan data sampel kebenaranya bersifat peluang dan memiliki taraf kesalahan tertentu. Peluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) dalam statistik ini disebut dengan taraf signifikasi (Sugiyono, 2009:151). Statisitik ini terdiri atas 2 jenis antar lain , statistic parametrik dan statistic non parametrik. Metode statistik dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu statistik parametrik dan statistik nonparametrik. Pengujian parametrik merupakan cara menguji hipotesis yang didasarkan pada beberapa asumsi:

1. Observasi sampel harus dipilih dari populasi yang dianggap memiliki distribusi normal.
dalam kasus pengujian beda 2 parameter atau lebih, populasi-populasi tersebut bukan saja dianggap memiliki distribusi normal tetapi juga memiliki varians yang sama (asumsi homoskedastisitas).

Keabsahan asumsi tersebut menentukan sejauhmana hasil uji parametrik tersebut berarti atau tidak. Sedangkan metode nonparametrik tidak pernah merumuskan asumsi mengenai populasi darimana sampelnya dipilih. Metode statistik yang digunakan pada statistik nonparametrik adalah yang berhubungan dengan data yang berbentuk ranking atau data kualitatif (skala nominal atau ordinal) atau data kuantitatif yang tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu statistik nonparametrik seringkali disebut dengan statistik bebas distribusi. Pada statistik nonparametrik, kita akan menguji karakteristik populasi tanpa menggunakan spesifik parameter. Oleh karena itu statistik uji ini disebut dengan statistik nonparametrik yaitu akan menguji apakah lokasi populasi berbeda dari pada menguji apakah rata-rata populasi berbeda. (http://digensia.wordpress.com/2012/02/23/pengertian-statistik-parametrik-dan nonparametrik/).

Dalam penelitian ini menggunakan uji parametrik karena didalam pengolahan data sampling dibuktikan terdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan sampel dalam penelitian ini yang mana kelas VIII A VIII B VIII F VIII G dianalisis hasil pre-test dengan menggunakan uji normalitas dan homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah semua sampling terdistribusi normal dan terbukti homogen sedangkan hasil posttest dianalisis dengan menggunakan uji-t dua pihak dan satu pihak.

Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Metode klasik dalam pengujian normalitas suatu data tidak begitu rumit. Berdasarkan pengalaman empiris beberapa pakar statistik, data yang banyaknya lebih dari 30 angka (n > 30), maka sudah dapat diasumsikan berdistribusi normal. Biasa dikatakan sebagai sampel besar. uji statistik normalitas yang dapat digunakan diantaranya Chi-Square.

Metode Chi Square

(Uji Goodness Of Fit Distribusi Normal)

Metode Chi-Square atau X2 untuk Uji Goodness of fit Distribusi Normal menggunakan pendekatan penjumlahan penyimpangan data observasi tiap kelas dengan nilai yang diharapkan

Keterangan :

X2 = Nilai X2

Oi = Nilai observasi

Ei = Nilai expected / harapan, luasan interval kelas berdasarkan tabel normal dikalikan N (total frekuensi) (pi x N)

N = Banyaknya angka pada data (total frekuensi)

Persyaratan Metode Chi Square (Uji Goodness of fit Distribusi Normal)
a. Data tersusun berkelompok atau dikelompokkan dalam tabel distribus frekuensi.
b. Cocok untuk data dengan banyaknya angka besar ( n > 30 )
c. Setiap sel harus terisi, yang kurang dari 5 digabungkan.



Signifikansi:
Signifikansi uji, nilai X2 hitung dibandingkan dengan X2 tabel (Chi-Square).
Jika nilai X2 hitung < nilai X2 tabel, maka Ho diterima ; Ha ditolak.
Jika nilai X2 hitung > nilai X2 tabel, maka maka Ho ditolak ; Ha diterima. (http://statistikian.blogspot.com/2013/01/uji-normalitas.html)

Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah Uji Homogenitas Variansi dan Uji Bartlett. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variabel X dan Y bersifat homogen atau tidak.
UJI HOMOGENITAS VARIANSI

Langkah-langkah menghitung uji homogenitas :

1. Mencari Varians/Standar deviasi Variabel X danY, dengan rumus :



2. Mencari F hitung dengan dari varians X danY, dengan rumus :



3. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel pada tabel distribusi F, dengan

· Untuk varians terbesar adalah dk pembilang n-1

· Untuk varians terkecil adalah dk penyebut n-1

· JikaFhitung < Ftabel, berarti homogeny

· JikaFhitung > Ftabel, berarti tidak homogen

Dari hasil penelitian data terdisribusi normal dan terbukti homogen. Yang berarti



Untuk postestnya dianalisis dengan menggunakan uji t dua pihak dan satu pihak untuk mengetahui bahwa hasil belajar siswa keals eksperimen lebih baik daripada kelas control. Uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

Apabila data berdistribusi normal maka digunakan statistik parametris yaitu dengan menggunakan test “t”. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

(1) Menghitung harga thitung menggunakan rumus:

thitung (Arikunto, 2010: 349)

Md = mean dari perbedaan pretest dengan posttest

xd = deviasi masing-masing subjek (d-Md)

∑X2d = jumlah kuadrat deviasi

N = subjek sampel deviasi

d.b. = ditentukan dengan N-1



(Arikunto, 2010: 350)

Keterangan:

- d merupakan gain

- N merupakan jumlah subjek

Untuk memperoleh dapat ditempuh dengan rumus berikut.

(Arikunto, 2010: 351)

(2) Mencari harga ttabel yang tercantum pada tabel nilai “t” dengan berpegang pada derajat kebebasan (db) yang telah diperoleh , baik pada taraf signifikansi 1 % ataupun 5 %. Rumus derajat kebebasan adalah db = N -1

Melakukan perbandingan antara thitung dan ttabel . Jika thitung lebih besar atau sama dengan ttabel maka Ho ditolak, sebaliknya Ha diterima atau disetujui yang berarti terdapat peningkatan pemahaman konsep secara signifikan. Jika thitung lebih kecil daripada ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak terdapat peningkatan pemahaman konsep secara signifikan. (Sudijono, 1999: 291) Uji-t menilai apakah mean (rata-rata) dan keragaman dari dua kelompok berbeda secara statistik satu sama lain. Analisis ini digunakan apabila kita ingin membandingkan mean dan keragaman dari dua kelompok data, dan cocok sebagai analisis dua kelompok rancangan percobaan acak. Dimana jika thitung > ttabel Hi diterima (signifikan) dan jika thitung < ttabel Ho diterima (tidak signifikan).uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5%. Hi disini adalah hipotesis yang diajukan dapat diterima, untuk Ho hipotesis ditolak.

Penelitian ini menganalisis kognitif siswa dengan memberikan pretest dan postest. Yang mana pretest di analisis dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas dan hasilnya terbukti terdistribusi normal dan terbukti data bersifat homogen. Sedangkan untuk postest dianalisis menggunakan uji t dua pihak dan satu pihak yang mana Uji satu pihak (uji 1-arah/one tail) digunakan untuk melakukan uji hipotesis ketika peneliti memiliki asumsi tambahan mengenai arah/kecenderungan dari suatu karakteristik. Namun, apabila peneliti tidak mempertimbangkan mengenai arah/kecenderungan dari karakteristik, maka uji dua pihak (uji 2-arah) sebaiknya digunakan. dan hasilnya rata-rata hasil belajar eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Kelas kontrol disini adalah diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi. Selain itu peneliti juga menganalisis aspek psikomotor dan afektif siswa menggunakan analisis uji t satu pihak dan dua pihak.

Dari hasil penelitian ini didapat nilai nilai t hitung selalu lebih besar dari t tabel sehingga dapat dikatakan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)dengan metode eksperimen dapat menngkatkan respon positif siswa.



BAB IV

PEMBAHASAN

Peneliti ini menghasilkan beberapa temuan diantaranya mengenai respon siswa setelah menerapkan salah satu model koperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Divisions ). Respon siswa dapat diketahui dari pengisian lembar angket respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen sebagai berikut:

1. Pembelajaran denggan menggunakan model pembelajaran koopertif tipe STAD dengan metode eksperimen sangat disukai

2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran koopertaif tipe STAD dengan metode eksperimen membuat lebih aktif dalam proses pembelajaran.

3. Pembelajaran dengan menggunkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD membuat lebih mudah memahami materi fisika khusunya getaran dan gelombang

4. Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode eksperimen membuat lebih mudah dalam memahami materi fisika khususnya getaran dan gelombang

5. Eksperimen/percobaan sesuai dengan pelajaran yang daiajarkan

6. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen membuat lebih mudah dalam menyelesaikan soal-soal dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru .

7. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode eksperimen membuat termotivasi untuk belajar dan berprestasi

8. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen membuat mudah dalam mengerjakan evaluasi pada materi getaran dan gelombang

9. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD denganmetode eksperimen terus digunakan untuk pembelajaran pada materi yang selanjutnya.

Berdasarkan analisis data dan pembahasan terhadap jurnal ilmiah pendidikan fisika, diperoleh bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran koopeartif tipe STAD dengan metode eksperimen lebih baik dari dari pembelajaran koopertif tipe STAD dengan metode demonstrasi.

BAB V

PENUTUP



1. KESIMPULAN

Hasil dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran STAD dengan metode eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar siswa memalui penerapan model pembelajaran model STAD dengan metode demonstrasi dengan aktivitas berdiskusi dengan anggota kelompok dan siswa memberikan respon yang baik terhadap penerapan model pembelajaran STAD dengan metode eksperimen.

2. SARAN

Dalam pembuatan jurnal ini terdapat kekurangan diantaranya tidak berdasarkan dalam penulisan menurut EYD misalnya dalam penulisan perkata, spasi kata hubung yang baik dan benar, dan penyesuaian pemilihan desain pretest posttest control group tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sampel kelas eksperimen dan control dipilih masing-masing 2 kelas. Sehingga dapat dibandingkan hasil penelitian lebih akurat. Oleh Karena itu sebaiknya peneliti lebih teliti dalam penulisan ataupun banyk membaca agar tidak terjadi kesalahan dalam pembuatan jurnal ilmiah pendidikan fisik
×
Artikel Terbaru Update