Proses Disosiatif
Dalam interaksi sosial yang terjadi di masyarakat,
untuk mencapai tujuan bersama, wujudnya dapat berupa kerja sama ataupun
pertentangan atau pertikaian. Kerja sama tidak serta merta selalu baik, tanpa
adanya keteraturan sosial di masyarakat, kerja sama pun akan mengalami
penyimpangan-penyimpangan atau menjadi tidak sehat dan bukan tidak mungkin
dapat menimbulkan permusuhan. Contohnya, jika Anda bekerja sama dalam tugas
kelompok dari guru, lalu teman yang Anda pilih selalu teman-teman berprestasi
di kelas, tanpa memperhatikan teman atau kesempatan kelompok lainnya, bukan
tidak mungkin teman atau kelompok lainnya akan merasakan ketidakadilan dan
antipati atau memusuhi Anda atau kelompok Anda. Demikian pula dengan
pertentangan, tidak selalu pertentangan itu buruk, jika terjadi dan selalu
merujuk pada keteraturan sosial serta tanpa kekerasan dan ancaman, bukan tidak
mungkin sebuah pertentangan akan menghasilkan sesuatu yang baik.
Dari uraian tersebut, kiranya perlu untuk Anda ketahui juga
mengenai bentuk-bentuk interaksi disosiatif. Walaupun proses sosial ini kurang
mendorong terciptanya keteraturan sosial, bahkan cenderung ke arah oposisi yang
berarti cara yang bertentangan dengan seseorang ataupun kelompok untuk mencapai
tujuan tertentu, ada juga manfaatnya demi tercipta suatu keteraturan sosial.
Proses disosiatif dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk sebagai berikut.
a. Persaingan
Persaingan (competition) adalah suatu proses sosial ketika
berbagai pihak saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan
tertentu. Persaingan terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang
jumlahnya sangat terbatas atau sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum.
Contohnya persaingan 12 besar para penyanyi dalam acara Akademi Fantasi
Indonesia (AFI) yang disiarkan salah satu stasiun televisi swasta.
Persaingan dilakukan dengan norma dan nilai yang diakui
bersama. Kecil kemungkinan persaingan menggunakan kekerasan atau ancaman.
Dengan kata lain, persaingan dilakukan secara sehat atau sportif. Misalnya,
dalam sepakbola dikenal istilah fair play. Hasil dari suatu persaingan akan
diterima dengan kepala dingin oleh berbagai pihak yang bersaing, tanpa ada rasa
dendam, karena sejak awal, tiap pihak telah menyadari akan ada yang menang dan
kalah. Oleh karena itu, persaingan sangat baik bagi Anda untuk meningkatkan
prestasi, misalnya untuk menjadi juara kelas.
Persaingan memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut.
- Menyalurkan
keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut dipenuhi, padahal
sulit dipenuhi semuanya secara serentak.
- Menyalurkan
kepentingan serta nilai-nilai dalam masyarakat, terutama yang menimbulkan
konflik.
- Menyeleksi
individu yang pantas memperoleh status dan peran yang sesuai dengan
kemampuannya.
b. Kontravensi
Kontravensi (contravention) adalah proses sosial yang
ditandai adanya ketidakpuasan, ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan
penyangkalan terhadap kepribadian seseorang atau kelompok yang tidak
diungkapkan secara terbuka. Kontravensi adalah sikap menentang secara
tersembunyi agar tidak sampai terjadi perselisihan secara terbuka. Penyebab
kontravensi antara lain perbedaan pendirian antara kalangan tertentu dengan
kalangan lain dalam masyarakat, atau bisa juga dan pendirian masyarakat, contoh
jenis ini adalah perang dingin. Perang dingin merupakan kontravensi karena
tujuannya membuat lawan tidak tenang atau resah. Dalam hal ini, lawan tidak
diserang secara fisik, tetapi secara psikologis. Melawan secara psikologis
merupakan hal yang tersembunyi (tidak terbuka).
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, terdapat lima
bentuk kontravensi, yaitu sebagai berikut.
- Kontravensi
umum, contohnya penolakan, perlawanan, protes, gangguan, dan mengancam
pihak lawan.
- Kontravensi
sederhana, contohnya menyangkal pernyataan orang di depan umum, dan memaki
melalui surat selebaran atau mencerca.
- Kontravensi
intensif, contohnya penghasutan, penyebaran desasdesus, dan memfitnah.
- Kontravensi
rahasia, contohnya pembocoran rahasia, khianat, dan subversi.
- Kontravensi
taktis, contohnya mengejutkan pihak lawan, provokasi, dan intimidasi.
Akibat positif dari adanya kontravensi yang mengarah pada
terjadinya keteraturan sosial, yaitu sebagai berikut.
- Dalam
diskusi ilmiah, dan seminar-seminar tentang permasalahan tertentu,
biasanya perbedaan pendapat justru diharapkan untuk melihat
kelemahan-kelemahan suatu pendapat sehingga dapat ditemukan pendapat atau
pilihan-pilihan yang lebih kuat sebagai jalan keluar suatu pemecahan masalah
yang diseminarkan tersebut.
- Menambah
rasa memiliki atau kesatuan yang kuat (solidaritas) dalam kelompok.
Misalnya, dengan adanya pertentangan antara suatu kelompok dan kelompok
lainnya, persatuan kelompok akan lebih kuat dari setiap anggotanya, bahkan
mereka merasa lebih erat dan siap berkorban demi kelompoknya untuk
menghadapi ancaman yang datang dari luar.
- Mendorong
adanya perubahan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan sehingga memiliki
sesuatu yang lebih benar dan baik lagi.
c. Pertikaian
Pertikaian merupakan bentuk lanjut dari kontravensi. Hal ini
disebabkan, di dalam pertikaian, perselisihan sudah bersifat terbuka.
Pertikaian terjadi karena semakin tajamnya perbedaan antara kalangan tertentu
dalam masyarakat. Semakin tajam perbedaan mengakibatkan amarah dan rasa benci
yang mendorong tindakan untuk melukai, menghancurkan, atau menyerang pihak
lain. Pertikaian jelas sekali mengarah pada disintegrasi antar individu ataupun
kelompok.
d. Konflik
Pertentangan atau konflik (conflict) adalah suatu perjuangan
individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang
pihak lawan yang disertai ancaman dan kekerasan. Pengertian konflik yang paling
sederhana adalah saling memukul (configere). Namun, konflik tidak hanya
berwujud pertentangan fisik semata. Dalam definisi yang lebih luas, konflik
diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih, yang di
dalamnya pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara
menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
Sebagai proses sosial, konflik dilatarbelakangi oleh
perbedaan yang sulit didamaikan. Perbedaan tersebut antara lain menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, dan keyakinan. Konflik merupakan
situasi wajar dalam setiap masyarakat. Bahkan, tidak ada satu masyarakat pun
yang tidak pernah mengalami konflik, entah dalam cakupan kecil ataupun besar.
Konflik dalam cakupan kecil, misalnya konflik dalam keluarga. Adapun konflik
dalam cakupan besar, misalnya konflik antar golongan atau antar kampung.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya konflik adalah
sebagai berikut.
- Perbedaan
individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
- Perbedaan
latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda
pula.
- Perbedaan
kepentingan antara individu dan kelompok, di antaranya menyangkut bidang
ekonomi, politik, dan sosial.
- Perubahan-perubahan
nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Konflik memiliki bentuk-bentuk khusus, di antaranya:
- konflik
pribadi,
- konflik
rasial,
- konflik
antar kelas sosial,
- konflik
politik dan konflik internasional.
Konflik kadang-kadang diperlukan dalam suatu kelompok atau
organisasi sosial. Adanya pertentangan dalam suatu kelompok atau organisasi
sosial merupakan hal biasa. Apabila dari pertentangan tersebut dapat dihasilkan
kesepakatan, akan terwujud integrasi yang lebih erat dari sebelumnya. Konflik
juga akan membawa akibat positif asalkan masalah yang dipertentangkan dan
kalangan yang bertentangan memang konstruktif. Artinya, konflik itu sama-sama
dilandasi kepentingan menjadikan masyarakat lebih baik.
Contohnya, konflik mengenai kebebasan informasi. Kalangan
yang satu menghendaki bebasnya informasi dengan alasan melatih masyarakat untuk
menyaring informasi secara mandiri. Kalangan yang lain menghendaki adanya lembaga
sensor karena khawatir adanya informasi yang tidak mendidik. Kedua kalangan
sama-masa menginginkan masyarakat yang semakin berkualitas.