Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pengertian Filsafat Pendidikan, Subjek/Objek Filsafat Pendidikan, Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Aliran Filsafat Pendidikan Modern

Minggu, 22 Januari 2023 | 18:42 WIB Last Updated 2023-03-30T13:45:56Z
Pendidikan yang diberikan harus didasarkan atas landasan pelaksanaan pendidikan, kebutuhan peserta didik serta tujuan yang hendak dicapai lewat proses pendidikan tersebut. Ketiga hal tersebut dalam kaca mata filsafat pendidikan dipengaruhi oleh berbagai aliran atau mazhab pendidikan yang telah dikenalkan dan dikembangkan oleh para ahli.



Kajian tentang berbagai aliran pendidikan tersebut berguna sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan para tenaga kependidikan. Hal ini sangat penting agar para tenaga kependidikan dapat memahami dan memberikan konstribusi terhadap dinamika pendidikan dalam sebuah kondisi masyarakat. Filsafat pendidikan adalah studi ihwal tujuan, hakikat dan isi yang ideal dari pendidikan.

A. Pengetian Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidik­an adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Artinya, filsafat pendidikan dapat menjelas­kan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya.

Dalam hal ini, filsafat, filsafat pendidikan, dan pengalaman kemanusiaan merupakan faktor yang integral.Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek­-aspek pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoal­an pendidikan secara praktis.

Filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengani realita, maka dikupaslan antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi landasan penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidik. Disamping itu, pengalaman pendidik dalam menuntut pertumbuhan danperkembangan anak akan berhubungan dan berkenalan dengan realita. 

Semuanya itu dapat disampaikan kepada flsafat untuk dijadikan bahan-bahan pertimbangan dan tinjauan untuk memperkembangkan diri. Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut :
  1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja
  2. Filsafat hendak memberikan pengetahuan/ pendiidkan atau pemahaman yang lebih mendalam dan menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu mendalam
  3. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus, mempersatukan dan mengkoordinasikannya
  4. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut pandangannya berlainan
Dalam menerapkan filsafat pendidikan, seoran guru sebagai pendidik dia mengharapkan dan mempunyai hak bahwa ahli-ahli filsafat pendidikan menunjukkan dirinya pda masalah pendiidkan pad aumumnya serta bagaimna amasalah itu mengganggu pada penyekolhan yang menyangkut masalah perumusan tujuan, kurkulum, organisasi sekolah dan sebagainya.Dan para pendidik juga mengahrapkan dari ahli filsafat pendiidkan suatu klasifikasi dari uraian lebih lanjut dari konsep, argumen dirinya literatur pendidikan terutam adalam kotraversi pendidikan sistem-sistem, pengjuian kopetensi minimal dan kesamaan kesepakatan pendidikan.

Brubacher (1950) mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan, dalam hal ini pendidikan : bahwa filsafat tidak hanya melahirkan sains atau pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dankearifan. Sedangkan filsafat pendidikan merupakan ilmu ayng pad ahakekantya jawab dari pertanyaa-pertanyaan yagn timbul dalam lapangan pendidkan. Oleh karen aberisfat filosofis, dengan sendirinya filsafat pendidikan ini hakekatnya adalah penerapan dari suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan.

B. Subjek/ Obyek Filsafat Pendidikan

Subjek filsfat adalah seseroang yang berfikir/ memikirkan hakekat sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Seperti halnya pengetahuan, Maka filsafat pun (sudut pandangannya) ada beberapa objek yang dikaji oleh filsafat

1.Obyek material yaitu segala sesuatu yang realitas
  • Ada yang harus ada, disebut dengan absoluth/ mutlak yaitu Tuhan Pencipta
  • Ada yang tidak harus ada, disebut dengan yang tidak mutlak, ada yang relatif (nisby), bersifat tidak kekal yaitu ada yang diciptakan oleh ada yang mutlak (Tuhan Pencipta alam semesta)
2. Obyek Formal/ Sudut pandangan

C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan

a. Tentang pengetahuan : logika yang memuat :

  • Logika formil yang mempelajari asas-asas atau hukum-hukun berpikir yang harus ditaati agar kita dapat berpikit dengan benar dan mencapai kebenaran. jadi bagaimana orang harus berpikir dengan baik dan aturan-aturan untuk itu. Hukum-hukum logika berlaku dan penting bagi semua ilmu pengetahuan lainnya pula, bagi filsafat merupakan alat yang harus dikuasai lebih dahulu.
  • Logika materiil kritik (epistimologi) yang memandang ilmu pengetahuan (materil) dan bagaimana isi ini dapat dipertanggungjawabkan. Jadi mempelajari perihal :
  1. Sumber dan asal pengetahuan
  2. Alat-alat pengetahuan
  3. Proses terjadinya pengetahuan
  4. Kemungkinan dan batas pengetahuan
  5. Kebenaran dan kekeliruan.
  6. Metode ilmu pengetahuan dan lain-lain.
  • Tentang Tuhan : Theodyca Hal inilah yang merupakan konsekuensi terakhir dari seluruh pandangan filsafat.Renungan tentang pengetahuan kita itu membuktikan bahwa manusia itu bukan sumber sari segala-segalanya, bukan sumber daripada segala pengetahuan. Singkatnya bahwa ia bukan yang mutlak, sebab itu harus dicari sumber yang terdalam dan sebab yang terakhir, yang mengatasi manusia sendiri dan dunia.

D. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan Modern

Sadulloh (2007: 158) menyatakan bahwa essensialisme suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap trend-trend progreif di sekolah-sekolah. Essensialisme, berpendapat bahwa kultur kita telah memiliki suatu inti pengetahuan umum yang harus diberikan di sekolah-sekolah dalam suatu cara yang sistematik dan berdisiplin. 

Essensialisme menekankan pada apa yang mendukung pengetahuan dan keterampilan yang diyakini penting yang harus diketahui oleh para anggota masyarakat yang produktif. Essensialisme bukan merupakan suatu aliran filsafat tersendiri, yang mendirikan suatu bangunan filsafat, malainkan suatu gerakan dalam pendidikan yang memprotes terhadap pendidikan progresivisme.Essensialisme mengadakan protes tersebut tidak menolak atau menentang secara keseluruhan pandangan progresivisme seperti halnya yang dilakukan perenislisme.

Pandangan Ontologi Essensialisme

Menurut Jalaludin & Idi (2007: 101) sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu konsepsi bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula.Ini berarti bahwa bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada.Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk kebahagiaan dunia dan akherat.Isi pengetahuannya mencakup, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia.Dan dalam perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola idealisme, realisme dan sebagainya.

Pandangan Epistemologi Essensialisme

Menurut Jalaludin & Idi (2007: 103) teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti epistomologi esensialisme. Sebab, jika manusia mampu menyadari bahwa realita sebagai mikrokosmos dan makrokosmos, maka manusia pasti mengetahui dalam tingkat atau kualitas apa rasionya mampu memikirkan kesemestiannya. Berdasarkan kualitas inilah manusia memproduksi pengetahuannya secara tepat dalam benda-benda, ilmu alam, biologi sosial, dan agama.
Pada kacamata realisme masalah pengetahuan, manusia adalah sasaran pandangan dengan penelaan bahwa manusia perlu dipandang sebagai mahluk yang padanya berlaku hukum-hukum yang mekanistik evolusionistis.Sedangkan menurut idealisme, pandangan mengenai pengetahuan ini bersendikan pada pengertian bahwa manusia adalah mahluk yang adanya merupakan refleksi dari Tuhan dan yang timbul dari hubungan antara makrokosmos dan mikrokosmos.

Pandangan Aksiologi Essensialisme

Jalaludin & Idi (2007: 105) menyatakan bahwa pandangan Aksiologi sangat dipegaruhi oleh ontologi dan epistemologi.Terhadap aliran ini nilai-nilai tergantung pada pandangan idealisme dan realisme sebab sebagaimana yang telah kita ketahui di atas bahwa esensialisme terbentuk dari kedua aliran tersebut.
  1. Teori Nilai Menurut Idealisme: menurut idealisme bahwa sikap, tingkah laku dan ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk. Penganut idealisme berpegang bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik jika banyak interaktif berada didalam dan melaksanakan hukum-hukum itu.
  2. Teori Nilai Menurut Realisme: menurut realisme, kualitas nilai tidak dapat ditentukan secara konseptual, melainkan tergantung dari apa atau bagaimana keadaannya bisa dihayatioleh subjek tertentu dan selanjutnya akan tergantung pula dari sikap subjek tersebut.

Filsafat Pendidikan Perennialime

Alwasilah (2008: 102) menyampaikan bahwa Perrenial berarti everlasting, tahan lama, atau abadi. Dalam sejarah peradaban manusia dikenal sejumlah gagasan besaryang tetap menjadi rujukan sampai kapan pun juga.Aliran ini mengikuti paham realisme, yang sejalan dengan Aristoteles bahwa manusia itu rasional.

Sekolah adalah lembaga yang didesain untuk menumbuhkan kecerdasan.Siswa seyogianya diajari gagasan besar agar mencintainya, sehingga mereka menjadi intelektual sejati. Akar filsafat ini datang dari gagasan besar Plato dan Aristoteles dan kemudian dari St. Thomas Aquinas yang sangat berpengaruh pada model-model sekolah Katolik.

Lazimnya ada dikenal dua aliran besar yaitu aliran Thomas Aquinas dan kemudian abad ke 20 aliran Mortimer Adler dan Robert Hutchins.Seperti halnya filsafat esen­sialisme, aliran ini pun kurang fleksibel dalam mengembangkan kurikulum.

Kaum perrenialis mendasarkan teorinya pada pandangan universal bahwa semua manusia memiliki sifat esensial sebagai makhluk rasional, jadi tidaklah baik menggiring dan mencocok hidung mereka ke penguasaan keterampilan vokasional.Ini semua berpotensi mengganggu perkembangan rasionalnya.

Pendidikan menurut filsafat ini mesti membangun sejumlah mata pelajaran yang umum bukan spesialis, liberal bukan vokasional, yang humanistik bukan teknikal. Dengan cara inilah pendidikan akan memenuhi fungsi humanistiknya, yakni pembelajaran secara umum yang mesti dimiliki manusia.

Referensi

  • Alwasilah, A. Chaedar. 2008. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung : UPI dan Rosdakarya.
  • Brubacher, John S. 1950. Modern Philosophy of Education. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc.
  • Jalaluddin, H dan Abdullah Idi. 2007. Filsafat pendidikan manusia,Filsafat dan pendidikan. Yogyakarta : AR-Ruzz Media
  • Sadulloh, Uyoh. 2007. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
×
Artikel Terbaru Update