Sebagian
besar guru, baik guru SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA menyatakan bahwa pada teknik
analisis data inilah bagian yang tersulit dalam PTK. Hal ini tidaklah 100%
benar, karena sebenarnya pada bagian inilah hal yang sangat mengasyikkan. Orang
akan bisa karena terbiasa, orang akan tidak bisa karena belum terbiasa.
Kata-kata itu nampaknya benar, artinya guru merasa tidak bisa melakukan
analisis data dalam PTK karena memang belum terbiasa.
Berbeda
dengan penelitian lainnya, maka analisis data dalam PTK bertujuan bukan untuk digeneralisasikan, melainkan untuk
memperoleh bukti kepastian apakah terjadi perbaikan, peningkatan, dan atau
perubahan sebagaimana yg diharapkan. Hal ini karena masalah yang diangkat dalam
PTK bersifat kasuistik, artinya masalah yang spesifik terjadi dan dihadapi oleh
guru yang melakukan PTK tersebut dan alternatif pemecahan masalah yang
dilakukan belum tentu akan memberikan hasil yang sama untuk kasus serupa. Oleh
karena itu ketika suatu PTK berhasil menunjukkan terjadinya perbaikan,
peningkatan, dan atau perubahan sebagaimana yg diharapkan, maka berarti
sekaligus peneliti (guru) telah berhasil menemukan model dan prosedur tindakan
yang memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah tersebut.
Jika guru yang lain memiliki masalah pembelajaran yang
sama atau hampir sama dengan guru yang telah berhasil melakukan PTK dengan
tindakan tertentu, maka dia dapat melakukan modifikasi terhadap prosedur
tindakan tersebut untuk disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, kedalaman
dan keluasan masalah, dan potensi sekolah (sarana prasarana dan fasilitas) yang
tersedia, agar tindakan yang dilakukan tepat dan efektif dalam memecahkan
masalah. Jika guru yang lain merasa bahwa permasalahan yang dihadapi persis
sama, maka dia dapat saja langsung mengikuti prosedur tindakan yang dilakukan
oleh guru yang telah berhasil tadi tanpa memodifikasi, namun hasil yang
diperoleh belum tentu sama, karena karakteristik peserta didik, kedalaman dan
keluasan masalah, lingkungan sekolah, dan berbagai faktor lain ikut menentuka
hasil PTK. Hal terpenting yang harus menjadi pegangan adalah bahwa dalam PTK,
baik prosedur tindakan, banyaknya siklus, instrumen pengumpul data, maupun
teknik analisis data bersifat fleksibel, tidak kaku seperti jenis penelitian
yang lain.
Bagaimana teknik analisis data dalam PTK sangat
tergantung pada data yang terkumpul. Seperti halnya penelitian jenis lain, data
dalam PTK dapat dikumpulkan dengan menggunakan berbagai instrumen penelitian
(alat monitoring), seperti: catatan harian,
lapangan, berkala, lembar observasi; pedoman wawancara; lembar angket/kuesioner,
soal prestasi; lembar masukan peserta didik (refleksi tindakan); tugas portofolio;
dokumen; lembar penilaian unjuk kerja, instrumen perekam gambar/suara (video);
dan lain-lain. Semua instrumen tersebut harus dipersiapkan secara baik dan
matang sebelum kita mulai melakukan PTK.
Analisis
data difokuskan pada sasaran/variabel/objek yang akan diperbaiki/ diting-katkan,
misalnya tentang kesiapan peserta didik dalam mengikuti pelajaran, frekuensi dan kualitas
pertanyaan, cara menjawab dan penalarannya, kualitas kerjasama kelompok, aktivitas,
partisipasi, motivasi, minat, konsep diri, berpikir kritis, kreativitas, kemandirian,
dan lain-lain. Data dapat berupa angka maupun non-angka (kalimat atau
kata-kata), yang dapat dianalisis deskriptif dan sajian visual yang
menggambarkan bahwa tindakan yang dilakukan dapat menimbulkan adanya perbaikan,
peningkatan, dan atau perubahan ke arah yang lebih baik jika dibandingkan
keadaan sebelumnya.
Pada umumnya analisis
kualitatif terhadap data PTK dapat dilakukan dengan tahap-tahap: menyeleksi,
menyederhanakan, mengklasifikasi, memfokuskan, mengorga-nisasi (mengaitkan
gejala secara sistematis dan logis), membuat abstraksi atas kesim-pulan makna
hasil analisis. Model analisis kualitatif yang terkenal adalah model Miles
& Hubberman (1992: 20) yang meliputi : reduksi data (memilah data penting,
relevan, dan bermakna dari data yang tidak berguna), sajian deskriptif (narasi,
visual gambar, tabel) dengan alur sajian yang sistematis dan logis, penyimpulan
dari hasil yg disajikan (dampak PTK dan efektivitasnya). Model analisis ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
BEBERAPA CONTOH
ANALISIS DATA DALAM PTK
Bagaimana
cara melakukan analisis data dalam PTK ? Jika hanya teoretis mungkin kita tidak
mempunyai gambaran yang jelas. Oleh karena itu berikut ini diberikan beberapa
contoh analisis data yang berupa hasil angket, observasi, dan tes.
PERMASALAHAN
1.
Pak Agus melakukan PTK untuk
meningkatkan minat peserta didiknya dengan menerapkan media instruksional
melalui 3 siklus pada peserta didik kelas XA SMA.. Setiap akhir siklus ia
mengambil data minat menggunakan lembar angket, Bagaimana cara menganalisis
data minat tersebut ?
PENJELASAN
Setiap kali kita akan melakukan
PTK, maka semua instrumen yang akan diguna-kan untuk mengambil data harus sudah
dipersiapkan. Pada kasus ini lembar angket minat harus
sudah dibuat sebelum PTK dimulai. Angket dapat dibuat sendiri, mengadopsi, atau
mengadaptasi, tetapi yang jelas setiap angket dibuat berdasarkan jabaran aspek
yang akan diteliti yang diambil dari teori. Sebagai contoh, berdasarkan
beberapa teori aspek-aspek minat meliputi:
Tabel 1. Kisi-kisi Butir Angket Minat
No.
|
Aspek
Minat
|
Nomor
Butir Angket
|
Jumlah
|
1.
|
Rasa senang
|
1, 2, 3, 4
|
4
|
2.
|
Perhatian
|
5, 6, 7, 8, 9, 10
|
6
|
3.
|
Rasa tertarik
|
11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18, 19, 20
|
10
|
4.
|
Rasa ingin tahu
|
21, 22, 23, 24
|
4
|
5.
|
Antusiasme /
Kemauan
|
25, 26, 27, 28, 29,
30
|
6
|
|
30
|
Data minat yang diambil setiap akhir siklus selanjutnya
dihitung skor totalnya untuk setiap peserta didik sesuai dengan skala yang
digunakan, misal dari sangat tidak setuju – tidak setuju - ragu-ragu – setuju -
sangat setuju. Selanjutnya skor diubah menjadi persentase (%). Untuk mengetahui
meningkat tidaknya minat, maka % minat setiap peserta didik diperbandingkan
dari siklus 1 – 2 – 3. Perbandingan minat
dapat dilakuKan karena instrumen minat yang digunakan sama. Sedangkan untuk
mengetahui peningkatan minat secara keseluruhan, maka dihitung rerata % minat
untuk setiap siklus. Jika kita ingin melihat kriteria minat tersebut sangat
baik atau sebaliknya, maka digunakan pedoman konversi data kuantitatif ke
kualitatif. Sebagai contoh (Robert Ebel L., 1972: 266):
Tabel 2. Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif
Persentase
Minat (Kuantitatif)
|
Kriteria
Minat (Kualitatif)
|
80 – 100
|
Sangat tinggi
|
60 – 79
|
Tinggi
|
40 – 59
|
Sedang
|
20 – 39
|
Rendah
|
0 - 19
|
Sangat rendah
|
PERMASALAHAN 2.
Untuk mengetahui efektif tidaknya LKS digunakan dalam
meningkatkan partisi-pasi peserta didik, seorang guru melakukan PTK yang
dirancang dalam 3 siklus. Pada setiap siklus, peneliti (sebagai observer) melakukan observasi/pengamatan
terhadap partisipasi setiap peserta didik dengan menggunakan lembar observasi
yang telah disiapkan. Lembar observasi berisi tentang jabaran konsep
partisipasi yang diturunkan dari teori yang diacu. Bagaimana cara menganalisis
data partisipasi yang diperoleh dari lembar observasi tersebut ?
PENJELASAN
Sama seperti minat, maka lembar observasi berisi
aspek-aspek partisipasi yang diacu dari teori lalu dijabarkan dalam butir-butir
pernyataan. Akan lebih baik sebagai observer
bukan hanya peneliti, tetapi mengajak beberapa rekan guru agar data observasi
lebih akurat, karena ada kontrol diantara observer
(ingat, indera kita sangat terbatas). Data partisipasi yang diperoleh
dianalisis seperti data angket.
PERMASALAHAN
3.
Seorang guru merasa bahwa prestasi belajar peserta
didiknya pada mata pelajaran yang diajarkan kurang memuaskan. Setelah ia amati
dari hari ke hari ternyata ia merasa bahwa anak didiknya kurang termotivasi
belajar hingga berakibat prestasinya rendah. Oleh karena itu ia kemudian
melakukan PTK dalam usaha meningkatkan prestasi belajar peserta didik, yaitu
dengan menerapkan “kuis berhadiah nilai” di setiap akhir pertemuan. Setiap awal
siklus ia melakukan pretes, kemudian di akhir siklus ia melakukan tes lagi
dengan lembar tes yang sama. Setelah melalui 3 siklus ia merasakan ada
peningkatan prestasi yang relatif memuaskan, sehingga ia mengakhiri PTK-nya.
Bagaimanakah cara ia mengolah dan menganalisis data prestasi tersebut hingga ia
tahu terjadi peningkatan prestasi belajar anak didiknya ?
PENJELASAN
Dalam PTK sebenarnya memang kita tidak boleh membatasi
siklus, karena siklus hanya dapat dihentikan ketika kita memperoleh data yang
sudah jenuh, artinya sudah tidak ada lagi peningkatan yang signifikan/bermakna
dari perlakuan yang kita berikan terhadap objek/variabel yang menjadi target
untuk ditingkatkan. Pada penelitian
ini, peneliti melakukan dalam 3 siklus, karena ia melihat peningkatan prestasi
peserta didik sudah memuaskan, menurut pertimbangan peneliti tersebut. Berbeda
dengan minat (melalui angket) dan partisipasi (melalui observasi) yang dapat
langsung diban-dingkan skor atau % antar siklus, maka prestasi tidak dapat
langsung diperbandingkan. Hal ini karena tes yang diujikan berisi materi yang
berbeda dari siklus ke siklus. Oleh karena itu kita harus melakukan pretes dan
postes, kemudian selisih pretes dan postes untuk setiap siklus per peserta
didik dapat dibandingkan. Ingat ! perbandingan hanya dilakukan terhadap selisih
pretes dan postes, bukan postes antar siklus! Perhatikan contoh ini:
Tabel 3. Rerata Nilai Pretes dan Postes pada Ketiga
Siklus
Topik
|
Siklus
|
Kenaikan
|
|||||
1
|
2
|
3
|
|||||
Pre
|
Pos
|
Pre
|
Pos
|
Pre
|
Pos
|
||
Karbohidrat
|
4,11
|
5,97
|
|
|
|
|
1,86
|
Protein
|
|
|
6,32
|
7,67
|
|
|
1,35
|
Enzim
|
|
|
|
|
6,14
|
8,09
|
1,95
|
Berdasarkan contoh tersebut, maka yang dapat dibandingkan
adalah kenaikan nilai untuk setiap siklus (kolom paling kanan), bukan rerata
postes pada akhir siklus.
BAGAIMANA MEMBERIKAN PEMBAHASAN TERHADAP HASIL PTK ?
Seperti
halnya penelitian jenis lain, maka pembahasan terhadap hasil PTK sebaiknya juga tidak terlalu banyak membahas
data-data yang tidak penting dan kurang berhubungan dengan fokus penelitian
kita. Pembahasan lebih ditekankan terhadap data yang sesuai dengan prediksi
awal kita, yaitu data yang menjadi bukti empirik adanya perbaikan, peningkatan,
dan atau perubahan seperti yang diharapkan.
Data lain yang memerlukan
pembahasan adalah jika ada data yang menyimpang atau menunjukkan kejanggalan
yang mencolok. Sebagai contoh, data pada Tabel 3 dimana pada siklus kedua
justru mengalami penurunan, padahal sebenarnya perubahan yang diharapkan adalah
adanya kenaikan. Pembahasan data-data yang mencolok harus disertai alasan/argumen
yang kuat, akan lebih baik lagi jika ada sumber acuan yang mendukung adanya
penyimpangan data tersebut.
Pembahasan
akan terasa lebih berat ketika peneliti sudah melakukan banyak siklus denan
rentang waktu yang relatif lama (misal satu semester) tetapi dari data yang
terkumpul tiap siklus belum menunjukkan adanya perbaikan, peningkatan, dan atau
peru-bahan seperti yang diharapkan. Jika terjadi demikian, maka guru harus
segera menghenti-kan PTK tersebut, karena hal ini berarti ada sesuatu yang
salah dari salah satu atau lebih komponen PTK yang dirumuskan. Kita mencoba mencermati
satu persatu bagian proposal PTK yang telah dibuat, mulai dari latar belakang
masalah, perumusan masalah, sampai pada alternatif tindakan yang dipilih. Berdasarkan
hal tersebut, maka akan ditemukan letak kesalahan atau kekurangtepatan PTK yang
dilakukan. Data-data dari PTK yang telah gagal memberikan hasil yang sesuai
dengan yang diharapkan sebaiknya tidak dibuang, karena sebenarnya itu dapat
dibuat laporannya jika kita dapat membahasnya.
Kita tidak perlu menyesali atau kecewa jika PTK yang
dilakukan gagal, karena kemungkinan gagal memang dapat terjadi mengingat yang
kita hadapi peserta didik de-ngan karakter dan sifat individual yang spesifik. Sebagai
contoh, jika kegagalan itu dise-babkan kesalahan dalam memilih alternatif
tindakan. Hal ini wajar saja, mengingat ketika PTK berlangsung situasi lapangan
dapat berubah secara tiba-tiba, sehingga kita kesulitan untuk tetap pada jalur
PTK yang telah direncanakan (Suwarsih Madya, 1994: 47).
Berkaitan dengan kegagalan yang demikian, maka seorang
peneliti PTK harus peka terhadap situasi dan sesegera mungkin melakukan perubahan
alternatif tindakan manakala alternatif tindakan yang dipilih sudah terlihat
tidak memberikan hasil yang diharapkan. Hal ini sah-sah saja dilakukan dalam
PTK mengingat PTK memiliki sifat fleksibilitas. Secara umum tidak ada satupun
peneliti yang menginginkan kegagalan dalam penelitiannya. Oleh karena itu
sebelum mulai penelitian, sudah seharusnya seorang peneliti mempertimbangkan
dan mencermati ulang semua hal yang berkaitan dengan penelitian tersebut,
termasuk mencermati kerelevanan antara masalah – teori – alternatif tindakan
yang ditetapkan. Mintalah pertimbangan, koreksi, dan atau sharing dengan pihak yang kita anggap kompeten mengenai seluk beluk
PTK, agar kita memperoleh masukan dan saran sebelum PTK dimulai. Lebih penting
lagi, guru harus tetap bersemangat dan menganggap kegagalan sebagai awal dari
keberhasilan dan cambuk untuk tetap maju.