A. PENGERTIAN HUSNUZAN
Husnuzan
secara bahasa berarti “berbaik sangka” lawan katanya adalah su’uzan yang
berarti berburuk sangka atau apriori dan sebagainya. Husnuzan adalah cara
pandang seseorang yang membuatnya melihat segala sesuatu secara positif,
seorang yang memiliki sikap husnuzan akan mepertimbangkan segala sesuatu
dengan pikiran jernih, pikiran dan hatinya bersih dari prasangka yang belum
tentu kebenaranya.
Sebaliknya
orang yang pemikirannya senantiasa dikuasai oleh sikap su’uzan selalu akan
memandang segala sesuatu jelek, seolah-olah tidak ada sedikit pun kebaikan
dalam pandanganya, pikirannya telah dikungkung oleh sikap yang menganggap orang
lain lebih rendah dari pada dirinya. Sikap buruk sangka identik dengan rasa
curiga, cemas, amarah dan benci padahal kecurigaan, kecemasan, kemarahan dan
kebencian itu hanyalah perasaan semata yang tidak jelas penyebabnya, terkadang
apa yang ditakutkan bakal terjadi pada dirinya atau orang lain sama sekali tak
terbukti.
Kembali kepada husnuzan, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
- Husnuzan kepada
Allah, ini dapat ditunjukan dengan sifat tawakal, sabar dan ikhlas dalam
menjalani hidup.
- Husnuzan kepada
diri sendiri, ditunjukan dengan sikap percaya diri dan optimis serta
inisiatif
- Husnuzan kepada
sesama manusia, ditunjukan dengan cara senang, berpikir positif dan sikap
hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga.
Kesimpulan , bahwa huznuzan atau berprasangka baik yaitu
bisiskan jiwa yg dapat diwujudkan melalui perilaku yakni ucapan dan perbuatan
kita sendiri.
B.
MACAM-MACAM HUSNUZAN
1.
Husnuzan Kepada Allah
Salah
satu sifat terpuji yang harus tertanam pada diri adalah adalah sifat husnuzan
kepada Allah, sikap ini ditunjukan dengan selalu berbaik sangka atas segala
kehendak allah terhadap hamba-Nya. Karena banyak hal yang terjadi pada kita
seperti musibah membuat kita secara tidak langsung menganggap Allah telah tidak
adil, padahal sebagai seorang mukmin sejati semestinya kita harus senantiasa
menganggap apa yang ditakdirkan Allah kepada kita adalah yang terbaik.
Seseorang
boleh saja sedih, cemas dan gundah bila terkena musibah, akan tetapi jangan
sampai berlarut-larut sehingga membuat dirinya menyalahkan Allah sebagai
Penguasa Takdir. Sikap terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan cara segera
menata hati dan perasaan kemudian menegguhkan sikap bahwa setiap yang
ditakdirkan Allah kepada hamba-Nya mengandung hikmah. Inilah yang disebut
dengan sikap husnuzan kepada Allah.
Sebagai seseorang mukmin yang meyakini bahwa Allah Maha Tahu atas apa yang terjadi terhadap hamba-Nya, karena itu kita semestinya berpikir optimis, yakin bahwa rahmat dan karunia yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan pernah putus. Sebagaimana Firman Allah Swt :
Sebagai seseorang mukmin yang meyakini bahwa Allah Maha Tahu atas apa yang terjadi terhadap hamba-Nya, karena itu kita semestinya berpikir optimis, yakin bahwa rahmat dan karunia yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan pernah putus. Sebagaimana Firman Allah Swt :
وَرَحْمَتِي
وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“Dan rahnat ku meliputi segala sesuatu” (Q.S.Al-A’raf : 156)
Sehubungan
dengan ayat ini, kita perlu ber-husnuzan kepada Allah dalam segala hal dan
keadaan, Allah Maha Tahu apa yang terbaik buat hamba-Nya, ketika kita senang
dan suka karena mendapatkan rezeki dan kenikmatan dari Allah, maka sebaliknya
saat kita dalam keadaan nestapa dan duka karena mendapatkan ujian dan cobaan
hendaknya tetap ber-husnuzan kepada Allah Swt., sebab semua yang diberikan oleh
Allah, baik berupa kenikmatan maupun cobaan tentu mengandung banyak hikmah dan
kebaikan. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam sebuah Hadits Qudis yang artinya
:
“Selalu menuruti sangkaan hamba ku
terhadap diriku jika ia berprasangka baik maka akan mendapatkan kebaikan dan
jika ia berprasangka buruk maka akan mendapatkan leburukan” (H.R.at-Tabrani dan
Ibnu Hiban).
2.
Husnuzan terhadap Diri Sendiri
Perilaku
husnuzan terhadap diri sendiri artinya adalah berperasangka baik terhadap
kemampuan yang dimilki oleh diri sendiri. Dengan kata lain, senantiasa percaya
diri dan tidak merasa rendah diri di hadapan orang lain. Orang yang memiliki
sikap husnuzan terhadap diri sendiri akan senantiasa memiliki semangat yang
tinggi untuk meraih sukses dalam setiap langkahnya. Sebab ia telah mengenali
dengan baik kemempuan yang dimilikinya, sekaligus menerima kelemahan yang ada
pada dirinya, sehingga ia dapat menetahui kapan ia harus maju dan tampil di
depan dan kapan harus menahan diri karena tidak punya kemampuan di bidang itu.
3.
Husnuzan terhadap Sesama Manusia
Husnuzan
terhadap sesama manusia artinya adalah berprasangka baik terhadap sesama dan
tidak meragukan kemampuan atau tidak bersikap apriori. Semua orang dipandang
baik sebelum terbukti kesalahan atau kekeliruannya, sehingga tidak menimbulkan
kekacauan dalam pergaulan. Orang yang ber-husnuzan terhadap sesama manusia
dalam hidupnya akan memiliki banyak teman, disukai kawan dan disegani lawan.
Husnuzan
terhadap sesama manusia juga merupakan kunci sukses dalam pergaulan, baik
pergaulan di Sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarkat. Sebab tidak ada
pergaulan yang rukun dan harmonis tanpa adanya prasangka baik antara satu
individu dengan individu lainnya.
C.
CONTOH PERILAKU HUSNUZAN
1.
Husnuzan kepada Allah dan Sabar Menghadapi Cobaan-Nya
Berprasangka
baik kepada Allah Swt. artinya menganggap qada dan qadar yang diberikan Allah
adalah hal yang terbaik untuk hamba-Nya, karena Allah Swt. bertindak terhadap
hamba-Nya seperti yang disangkakan kepada-Nya, kalau seorang hamba berprasangka
buruk kepada Allah Swt., maka buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut,
jika berprasangka baik kepada-Nya, maka baik pulalah prasangka Allah kepada
hamba-Nya.
Cara menunjukkan sikap husnuzan kepada Allah swt adalah :
a.
Senantiasa taat kepada Allah.
b.
Bersyukur apabila mendapatkan kenikmatan.
c.
Bersabar dan ikhlas apabila mendapatkan ujian serta cobaan.
d.
Yakin bahwa terdapat hikmah di balik segala penderitaan dan kegagalan.
2. Husnuzan kepada Diri Sendiri
Husnuzan
kepada diri sendiri adalah sikap baik sangka kepada diri sendiri dan meyakini
akan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Husnuzan kepada diri sendiri dapat
ditunjukkan dengan sikap gigih dan optimis. Gigih berarti sikap teguh
pendirian, tabah dan ulet atau berkemauan kuat dalam usaha mencapai sesuatu
cita-cita. Sedangkan optimis adalah sikap yang selalu memiliki harapan baik dan
positif dalam segala hal.
Manfaat
sikap gigih adalah :
1.
Membentuk pribadi yang tangguh
2.
Menjadikan seseorang teguh pendirian dan tidak mudah terpengaruh
3.
Menjadikan seseorang kreatif.
4.
Menyebabkan tidak gampang putus asa dan menyerah terhadap keadaan
5.
Berinisiatif, artinya pelopor atau langkah pertama atau senantiasa berbuat
sesuatu yang sifatnya produktif. Berinisiatif menuntut sikap bekerja keras dan
etos kerja yang tinggi. Adapun ciri-ciri orang penuh inisiatif adalah kreatif
dan tidak kenal putus asa
3. Husnuzan kepada Sesama Manusia
Husnuzan
kepada sesama manusia adalah sikap yang selalu berpikir dan berprasangka baik
kepada sesama manusia. Sikap ini ditunjukkan dengan rasa senang, berpikir
positif dan sikap saling menghormati antar sesama hamba Allah tanpa ada rasa
curiga, dengki dan perasaan tidak senang tanpa alasan yang jelas.
Nilai
dan manfaat dari sikap Husnuzan kepada manusia mengandung nilai dan manfaat
sebagai berikut :
a.
Hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik.
b.
Terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama.
c.
Selalu senang dan bahagia atas kebahagiaan orang lain.
D.
HIKMAH HUSNUZAN
Di
antara hikmah husnuzan adalah sebagai berikut :
- Menumbuhkan perasaan cinta kepada Allah, artinya melaksanakan perintah Allah dan Rasul serta menjauhi segala larangannya, melaksanakan jihad fisabillilah dan mencintai sesame manusia karena Allah.
- Menumbuhkan perasaan syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya.
- Menumbuhkan sikap sabar dan tawakal.
- Menumbuhkan keinginan untuk berusaha beroleh rahmat dan nikmat Allah
- Al – afwu (pemaaf)
- Al – wafa (menepati janji)
- Al – ‘iffah (memelihara kesucian diri)
- Al – haya’ (malu)
- Syaja’ah (gigih)
- As – sabru (sabar)
- Ar – rahmah (kasih sayang)
- At – ta’awwun (tolong menolong)
- Al – islah (damai)
- An – nazafah (memelihara kebersihan)
- Mendorong manusia mencapai kemajuan.
- Menimbulkan ketentraman.
- Menghilangkan kesulitan dan kepahitan.
- Membuahkan kreasi yang produktif dan daya cita yang berguna.
Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya
mengingatkan kepada kita:
اَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ اِيْمَانًا
اَحْسَنُهُمْ خَلْقًا (
رواه الترمذى)
Artinya: “Orang-orang mukmin yang
paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR Tirmidzi)
Sebenarnya orang yang sabar ialah
orang yang keras, yaitu keras dalam menguasai nafsu amarah.
Kesimpulan akhir dan saran :
Bagaimana
cara agar kita tetap ber-husnudzon (berprasangka baik) kepada Allah dan Allah
selalu memberikan yang terbaik untuk kita? Ketahuilah, kita harus memiliki
pemahaman dan keyakinan yang kuat bahwa Allah senantiasa menginginkan kebaikan
dan kemaslahatan bagi manusia dan alam semesta seluruhnya. Dalam berbagai ayat
dalam Al-Qur’an, Allah menyatakan bahwa segala kebaikan yang didapat oleh
manusia berasal dari Allah sedangkan segala keburukan yang menimpa manusia
adalah karena ulah perbuatan manusia itu sendiri.
Untuk itulah kita sebagai seorang muslim
untuk bisa menerapkan selalu berprasangka baik kepada Allah dan juga kepada
berprasangka baik kepada manusia dan kebaikan akan bisa selalu menyertai kita
semua Insya Allah.