A. Kisah Kaum Muhajirin
Kekejaman
demi kekejaman, penghinaan, penganiayaan yang dilakukan kaum kafir Quraisy
terhadap kaum muslimin yang berada di kota Makah semakin menjadi-jadi. Hal
seperti ini membuat kaum muslimin melakukan hijrah ke daerah lain misalnya ke
Habsyah. Akan tetapi walaupun demikian, masih banyak kaum muslimin yang tetap
bertahan di kota Makah dengan suatu keyakinan bahwa pertolongan Allah pasti
akan datang. Dengan demikian malah kaum muslimin semakin bertambah. Untuk
menghindari kekejaman yang berkelanjutan dari kaum kafir Quraisy dan Guna
mempertahankan keyakinan, akidah islamiyah, syari’atnya serta memperluas
jaringan dakwah islamiyah maka kaum muslimin melakukan hijrah atas perintah Rasulullah
SAW. Kaum yang berhijrah atas perintah rasul tersebut kita kenal dengan sebutan
kaum muhajirin. hijrah. Hijrah yang pertama dilakukan kaum muslimin yaitu ke
negeri Habsyah secara sembunyi- sembunyi dan berskala kecil. Disana para kaum
yang hijrah mendapatkan perlindungan dari Raja Najasi.
Nabi
Muhammad SAW, Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib berhijrah ke kota Yatsrib (Madinah)
secara diam-diam. Akan tetapi Allah SWT memberikan keberanian kepada Umar bin
Khattab hijrah secara terang-terangan dan memberitahukan kepada kaum kafir
Quraisy. Orang-orang yang berani menghalangi keberangkatan kaum muslimin ke
Madinah akan menghadapi keberanian Umar bin Khattab. Para penduduk menyambutnya
dengan hangat, dengan penuh kerinduan dan rasa hormat serta disambut dengan
nasyid yang artinya;
Telah muncul bulan purnama dari
Tsaniyatil Wadai’, kami wajib bersyukur selama ada yang menyeru kepada Tuhan
Wahai yang diutus kepada kami. Engkau telah membawa sesuatu yang harus kami
taati
Sejak
itulah kota Yatsrib namanya ditetapkan menjadi Kota Madinah dan kaum Muhajirin
menetap disana. Setelah menetap Nabi Muhammad SAW mulai mengatur strategi untuk
membentuk masyarakat Islam yang terbebas dari ancaman dan tekanan yaitu dengan
mempersaudarakan, mempertalikan hubungan kekeluargaan atara penduduk Madinah
dengan orang-orang yang ikut hijrah dari Makah. Rasulullah SAW mempersaudarakan
Abu Bakar dengan Kharijah Ibnu Zuhair Ja’far, Abi Thalib dengan Mu’az bin
Jabal, Umar bin Khatab dengan Ibnu bin Malik dan Ali bin Abi Thalib dipilih
untuk menjadi saudara beliau sendiri. Selanjutnya setiap kaum Muhajirin
dipersaudarakan dengan kaum Anshar dan persaudaraan itu dianggap seperti
saudara kandung sendiri. Kaum Muhajirin dalam penghidupan ada yang mencari
nafkah dengan berdagang dan ada pula yang bertani mengerjakan lahan milik kaum
Anshar.
B. Kisah Perjuangan Kaum Anshar
Kaum
Anshar semenjak mendengar keberangkatan nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya
yang akan hijrah ke Madinah banyak kaum Anshar yang menunggu kedatangan beliau
berkerumunan, berdiri berjajar di pinggiran kota Madinah untuk menjemputnya.
Urwah bin az Zubair berkata, “Kaum Muslimin di Madinah mengetahui kepergian
Rasulullah SAW dari Makah. Setiap pagi, mereka pergi ke al Haarah menunggu
kedatangan beliau hingga akhirnya mereka harus pulang karena teriknya matahari.
Suatu hari mereka terpaksa pulang setelah lama menunggu kedatangan beliau.
Ibnu
al Qayyim berkata, “Dan terdengarlah suara hiruk pikuk dan pekik takbir di
perkampungan bani “Amr bin Auf. Kaum muslimin memekikkan takbir sebagai
ungkapan kegembiraan atas kedatangan beliau dan keluar menyongsong beliau.
Mereka menyambutnya dengan salam kenabian, mengerumuni beliau sambil
berkeliling diseputarnya sementara ketenangan telah menyelimuti diri beliau dan
wahyupun turun. Allah SWT berfirman,
Arinya, Maka sesungguhnya Allah
adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang Mukmin yang baik ;
dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.” (At Tahrim : 4)
Saat
itu penduduk Madinah berangkat untuk menyambut. Moment yang istimewa yang tidak
pernah disaksikan oleh penduduk Madinah sepanjang sejarahnya. Orang-orang
Yahudi telah menyaksikan kebenaran berita gembira yang diinformasikan oleh
Habquq. Hari itu merupakan hari yang bersejarah dan amat agung. Rumah-rumah dan
jalan-jalan ketika itu bergemuruh dengan pekikan Takbir, Tahmid dan Taqdis
(penyucian). Putri-putri kaum Ansahr melantunkan bait-bait puisi sebagai
ekspresi kegembiraan dan keriangan.
Meskipun
kaum Anshar bukan orang yang serba berkecukupan namun masing-masing individu
berharap rumahnya disinggahi Rasulullah SAW beserta pengikutnya saat melewati
satu-per satu rumah kaum Anshar. Tokoh masyarakat Madinah pun berlomba-lomba
dalam kebaikan yaitu berupa menawarkan kesanggupannya untuk melindungi
Rasuluullah SAW beserta pengikutnya dengan segala daya dan upaya yang mereka
miliki. Kaum Anshar menerima dengan baik kaum muhajirin dan bersedia untuk
dipersaudarakan dan juga berani untuk berkorban untuk kaum muhajirin. Kaum
Anshar menyembut dengan baik kehadiran kaum Muhajirin dan menyambutnya seperti
menyambut saudaranya sendiri yang telah lama tidak bertemu.