Masih banyaknya anggapan dari kaum
skeptis bahwa teknologi hanya merusak lingkungan. Anggapan ini menantang para
ilmuwan untuk mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan. Setidaknya ada 10
jenis teknologi yang tergolong dapat mencegah bumi dari kehancuran.
Pertama, memproduksi minyak secara
alami.
Ada proses bernama
thermo-depolymerization, suatu proses yang sama dengan bagaimana alam
memproduksi minyak. Misalnya limbah berbasis karbon jika dipanaskan dan diberi
tekanan tepat, mampu menghasilkan bahan minyak. Secara alamiah proses ini membutuhkan
waktu jutaan tahun. Dari eksperiman yang sudah-sudah, kotoran ayam kalkun mampu
mem
produksi sekitar 600 pon petroleum.
Kedua, Menghilangkan garam dari air
laut.
PBB mencatat, suplai air bersih akan
sangat terbatas bagi miliaran manusia pada pertengahan abad ini. Ada teknologi
bernama desalinasi, yakni menghilangkan kadar garam dan mineral dari air laut
sehingga layak diminum. Ini merupakan solusi yang bisa dilakukan untuk mencegah
krisis air. Masalahnya, teknologi ini masih terlalu mahal dan membutuhkan
energi cukup besar. Kini para ilmuwan tengah mencari jalan agar desalinasi
dapat berlangsung dengan energi lebih sedikit. Salah satu caranya adalah dengan
melakukan evaporasi pada air sebelum masuk ke membran dengan pori-pori
mikroskopis.
Ketiga,
Tenaga Hidrogen.
Bahan bakar hidrogen dianggap
sebagai bahan bakar alternatif bebas polusi. Energi dihasilkan dari perpaduan
antara hidrogen dan oksigen. Problemnya adalah bagaimana hidrogen itu
dihasilkan. Molekul seperti air dan alkohol harus diproses dulu untuk
mengekstaksi hidrogen sehingga menjadi sel bahan bakar. Proses ini juga
membutuhkan energi besar. Namun setidaknya ilmuwan sudah mencoba membuat laptop
serta peranti lain dengan tenaga fuel cell.
Keempat, Tenaga surya.
Energi surya yang sampai di bumi
terbentuk dari photon, dapat dikonversikan menjadi listrik atau panas. Beberapa
perusahaan dan perumahan sudah berhasil menggunakan aplikasi ini. Mereka
memakai sel surya dan termal surya lain sebagai media pengumpul energi.
Kelima, Konversi Panas Laut
Media pengumpul tenaga surya
terbesar di bumi ini adalah air laut. Departemen Energi Amerika Serikat (AS)
menyebut, laut mampu menyerap panas surya setara dengan energi yang dihasilkan
250 miliar barel minyal per hari. Ada teknologi bernama OTEC yang mampu
mengkonversikan energi termal laut menjadi listrik. Perbedaan suhu antar
permukaan laut mampu menjalankan turbin dan menggerakan generator. Masalahnya,
teknologi ini masih kurang efisien.
Keenam, Energi gelombang laut.
Laut melingkupi 70 persen permukaan
bumi. Gelombangnya menyimpan energi besar yang dapat menggerakkan turbin-turbin
sehingga mengasilkan listrik. Problemnya agak sulit memperkirakan kapan
gelombang laut cukup besar sehingga memproduksi energi yang cukup. Solusinya
adalah dengan menyimpan sebagian energi ketika gelombang cukup besar. Sungai
Timur kota New York saat ini sedang menjadi proyek percobaan dengan enam turbin
bertenaga gelombanng air. Sedangkan Portugis justru sudah lebih dulu
mempraktikan teknologi ini dan sukses menerangi lebih dari 1500 rumah.
Ketujuh, Menanami atap rumah
Konsep ini diilhami dari Taman
Gantung Babilonia yang masuk dalam daftar Tujuh Keajaiban Dunia. Istana
Babilonia terdiri atas atap yang ditanami aneka flora, juga balkon dan
terasnya. Taman atap ini mampu menyerap panas dan mengurangi karbon dioksida.
Bayangkan jika burung-burung dan kupu-kupu berterbangan di sekitar rumah hijau
kita.
Kedelapan, Bioremediasi
Ada proses bernama bioremediasi,
yakni memanfaatkan mikroba dan tanaman untuk membersihkan kontaminasi. Salah
satunya adalah membersihkan kandungan nitrat dalam air dengan bantuan mikroba.
Atau memakai tanaman untuk menetralisir arsenik dari tanah. Beberapa tumbuhan
asli ternyata punya daedah untuk membersihkan bumi kita dari aneka polusi.
Kesembilan. Kubur barang-barang perusak
Karbon dioksida adalah faktor utama
penyebab pemanasan global. Energy Information Administration (EIA) mencatat, tahun
2030 emisi karbon dioksida mencapai 8000 juta metrik ton. Metode paling
sederhana untuk menekan kandungan zat berbahaya itu adalah dengan menguburkan
berbagai sumber penghasil CO2 seperti aneka limbah elektronik berbahaya. Namun
ilmuwan masih belum yakin bahwa gas berbahaya akan tersimpan aman. Tetap saja
kelak akan muncul imbas negatifnya bagi lingkungan.
Kesepuluh, Buku elektronik
Bayangkan, berapa ton kertas dan
berapa banyak pohon harus ditebang bagi seantero dunia jika kita semua harus
membeli koran, majalah, novel, buku pelajaran, buku tulis, kertas faks, sampai
tisu toilet. Buku elektronik atau surat elektronik yang lebih dikenal dengan
e-book dan email memberi kontribusi sangat berarti pada kelangsungan hidup.
Dengan teknologi itu, produksi kertas dapat ditekan, sehingga bahan kita tak
perlu menebang terlalu banyak pohon.