Oleh:
Anneke Heritaningsih Tupan
atupan@peter.petra.ac.id
BIPA FS-UK
PETRA
Abstrak
Lancar berbicara dalam Bahasa
Indonesia (BI) adalah kemampuan yang ingin dimiliki oleh setiap Penutur Asing
(PA) atau pembelajar yang belajar Bahasa Indonesia. Pernyataan ini tidak dapat
dipungkiri karena PA yang belajar BI ingin menggunakan bahasa yang sedang
dipelarinya untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat
mencapai keinginan tersebut, aspek keseharian dalam berinteraksi menjadi bagian
yang harus dicermati oleh para pengajar BIPA. Kenyataan dilapangan dapat
membuat PA ‘frustasi’ karena ragam BI yang dipelajarinya di kelas sering tidak
dapat digunakan sepenuhnya ketika mereka berinteraksi dengan para penutur asli.
Hal ini disebabkan karena ragam bahasa yang digunakan penutur asli, dalam
konteks pergaulan, kurang atau sama sekali tidak dapat dipahami PA. Kenyataan
ini adalah tantangan bagi pengajar BIPA untuk senantiasa mengupdate bahan ajarnya dengan menyisipkan berbagai latihan guna
menjembatani pembelajaran BI di kelas dengan ragam bahasa Indonesia yang
dijumpai di luar kelas. Makalah ini bertujuan membagikan pengalaman penulis
tentang peran dan fungsi ragam bahasa dalam pengajaran BIPA kepada sekelompok
mahasiswa Korea yang kuliah di UK Petra. Dalam pengajaran BIPA, penulis
menyisipkan pengajaran ragam bahasa Indonesia-Suroboyoan melalui beragam latihan menulis pesan melalui SMS dari
mahasiswa Korea kepada mahasiswa penutur asli.
- Pendahuluan
Banyak hal yang dapat
menentukan keberhasilan suatu kegiatan pengajaran BIPA, diantaranya motivasi
pembelajar, keahlian dan ketrampilan pengajar, metode pengajaran, dan
penyediaan materi ajar yang sesuai dengan tujuan pembelajar. Pada makalah ini
penulis membahas salah satu aspek saja,
yaitu perancangan materi ajar yang bermuatan ragam bahasa Indonesia-Suroboyoan dengan pendekatan komunikatif
integratif.
Mengapa ragam bahasa
Indonesia-Suroboyoan? Di Indonesia
terdapat banyak ragam bahasa, misalnya ragam Bahasa Indonesia resmi, ragam Bahasa
Indonesia lokal, ragam Bahasa Indonesia dialek Jakarta, ragam Bahasa Indonesia-Suroboyoan dst. Bila proses belajar BIPA
terjadi di luar negeri, mungkin cukup mengajarkan ragam Bahasa Indonesia baku
saja tetapi bila proses tersebut berlangsung di Indonesia, perlu
dipertimbangkan rancangan penyajian materi ragam Bahasa Indonesia nonbaku. Hal
ini dilakukan dengan mempertimbangkan dimana pembelajar (Penutur Asing/PA) belajar Bahasa Indonesia. Ragam bahasa
Indonesia-Suroboyoan dipilih karena
pembelajar belajar Bahasa Indonesia di Surabaya, di kampus Universitas Kristen
Petra. Dalam berinteraksi, pembelajar menggunakan bahasa Indonesia yang
dipelajarinya di kelas baik secara lisan maupun tertulis .
Kenyataan yang terjadi di lapangan
dapat membuat pembelajar ‘frustasi’ karena ragam Bahasa Indonesia yang
dipelajarinya di kelas sering tidak dapat digunakan sepenuhnya ketika mereka
berinteraksi dengan para penutur asli. Hal ini disebabkan karena ragam bahasa
yang digunakan penutur asli, dalam konteks pergaulan, adalah ragam bahasa
Indonesia-Suroboyoan yang kurang atau sama sekali tidak dapat dipahami
pembelajar. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi pengajar BIPA untuk
senantiasa mengupdate bahan ajarnya
dengan menyisipkan berbagai latihan, misalnya mengirim pesan melalui SMS, guna menjembatani pembelajaran Bahasa Indonesia
di kelas dengan ragam bahasa Indonesia-Suroboyoan
yang dijumpai di luar kelas.
B.
Pentingnya Perancangan Materi Ajar BIPA
dengan Pendekatan Komunikatif Integratif
Dalam
belajar bahasa asing dikenal empat macam kemahiran bahasa (four skills), yaitu
kemahiran mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Kemahiran mendengar dan
membaca bersifat reseptif, sedang kemahiran berbicara dan menulis bersifat
produktif. Penguasaan bahasa yang ideal mencakup keempat jenis kemahiran
tersebut, walaupun kenyataannya ada siswa yang cepat mahir berbicara tetapi
lemah dalam menulis atau sebaliknya (Lado, 1985).
Terkait retensi atau kemampuan mengingat kembali unsur-unsur bahasa yang sudah dipelajari, kemahiran membaca mempunyai derajat yang paling rendah. Seperti dilaporkan oleh Eskey (1986) pada umumnya pembelajar hanya 10% mengingat dari apa yang mereka baca, 20% dari apa yang mereka dengar, 30% dari apa yang mereka lihat, 50% dari apa yang mereka dengar dan lihat, 70% dari apa yang mereka katakan dan tulis, dan 90% dari apa yang mereka katakan seperti yang mereka lakukan. Mengingat rendahnya kemampuan mengingat dari apa yang mereka baca dan dengar dalam proses belajar bahasa asing, maka pelajaran membaca, mendengar, dan berbicara harus mendapat perhatian yang seksama.
Terkait retensi atau kemampuan mengingat kembali unsur-unsur bahasa yang sudah dipelajari, kemahiran membaca mempunyai derajat yang paling rendah. Seperti dilaporkan oleh Eskey (1986) pada umumnya pembelajar hanya 10% mengingat dari apa yang mereka baca, 20% dari apa yang mereka dengar, 30% dari apa yang mereka lihat, 50% dari apa yang mereka dengar dan lihat, 70% dari apa yang mereka katakan dan tulis, dan 90% dari apa yang mereka katakan seperti yang mereka lakukan. Mengingat rendahnya kemampuan mengingat dari apa yang mereka baca dan dengar dalam proses belajar bahasa asing, maka pelajaran membaca, mendengar, dan berbicara harus mendapat perhatian yang seksama.
Penggunaan
pendekatan yang tepat dan pemilihan bahan ajar yang fungsional memiliki peranan
yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran bahasa
asing. Seperti dijelaskan oleh Klippel (1987, p. 4) para pembelajar yang
termasuk lower-level cognitive skills
memerlukan materi pelajaran yang menekankan identifikasi bentuk; sedangkan para
pembelajar yang termasuk higher-level
cognitive skills memerlukan materi pelajaran yang menekankan interpretasi
makna. Oleh karena itu, dalam merancang materi
ajar BIPA yang ditujukan untuk lower-level cognitive skills, atau
disebut kelas
pemula, penulis memilih
materi ajar yang fungsional dan menggunakan pendekatan komunikatif integratif. Penggunaan pendekatan tertentu berkorelasi
dengan jenis kemahiran dan materi yang dipelajari. Kelas pemula ini biasanya
ditandai oleh kemampuan berkomunikasi secara minimal tentang materi yang
dipelajari,
Pendekatan komunikatif integratif adalah
pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang menekankan aspek komunikatif dan
integratif. Komunikatif diartikan sebagai pendekatan yang mengutamakan
pembelajar dalam menggunakan bahasa target untuk berkomunikasi secara aktif.
Hal in berarti bahwa fokus pembelajaran terletak pada penggunaan bahasa dalam
konteks kehidupan sehari-hari.
Sedangkan
yang dimaksud dengan integratif adalah keterpaduan penggunaan empat kemahiran
bahasa yaitu mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Dalam pendekatan
integratif, pembelajar juga dilibatkan dalam aktivitas di kelas dan di luar
kelas, baik dalam bentuk tugas terstruktur maupun dalam bersosialisasi dengan
masyarakat di sekitarnya. Dalam hal ini, pembelajar diberi latihan lisan di kelas dengan cara
bermain peran dan diberi tugas untuk berkomunikasi secara tertulis dengan
penutur asli dengan cara mengirim pesan melalui SMS. Pengalaman inilah yang
akan dibagikan penulis ketika mengajar mahasiswa Korea di kampus UK Petra,
mulai dari pemilihan materi, penyajian materi, pemberian tugas/latihan sampai
dengan pembahasan tugas.
C.
Pertimbangan Pemilihan Materi
Dalam memilih dan menentukan materi ajar,
penulis menggunakan beberapa aspek berikut ini sebagai bahan pertimbangan
1. Tujuan Pengajaran (umum, khusus, sasaran)
Merumuskan tujuan umum pengajaran Bahasa
Indonesia yang akan dicapai, yaitu dapat menguasai Bahasa Indonesia secara
komunikatif. Tujuan khusus adalah tujuan yang dikaitkan dengan bidang tertentu
dan sasaran adalah tujuan khusus yang lebih sempit lagi, misalnya dalam
batas-batas tertentu.
2. Aspek-aspek Linguistik
Materi ajar yang sudah ditentukan
dipilah-pilah dan diklasifikasikan berdasarkan satuan-satuan linguistik,
misalnya kosakata, fonologi, morfologi, frasa, klausa, sintaksis dan wacana.
3. Latar belakang pembelajar dan kebudayaan
Materi ajar yang dipilih dikaitkan dengan
latar belakang kondisi pembelajar, misalnya usia (anak2, remaja, dewasa),
tingkat pendidikan, kecenderungan minat pembelajar, kebudayaan pembelajar dan
kebudayaan Indonesia.
4. Jangka waktu yang dibutuhkan
Menentukan batasan dan jumlah materi ajar
harus disesuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan. Misalnya, untuk mencapai
tujuan tertentu dengan batasan dan jumlah materi tertentu dibutuhkan waktu 30
jam dengan rincian 2x tatap muka/minggu a’ 2 jam. Jadi waktu yang dibutuhkan
adalah 10 minggu.
5. Tempat berlangsungnya proses belajar
mengajar Bahasa Indonesia
Bila proses belajar mengajar Bahasa
Indonesia dilakukan di Indonesia, maka ragam bahasa setempat harus diperkenalkan
kepada pembelajar. Hal ini sangat penting untuk dilakukan agar pembelajar
merasakan langsung bahwa Bahasa Indonesia yang dipelajarinya di kelas sangat
berterima ketika digunakan untuk berinteraksi diluar kelas dengan penutur
asli/masyarakat.
6. Suasana percakapan
Suasana dan latarbelakang percakapan yang
diajarkan harus bervariasi, misalnya di pasar, di kantor, di toko, di Terminal
bis/stasiun/bandara atau pertemuan yang tidak terduga seperti di mall, di
restoran dst.
7. Penguasaan Bahasa Indonesia calon
pembelajar.
Apakah calon pembelajar sudah pernah
belajar Bahasa indonesia sebelumnya atau calon pembelajar belum pernah relajar
Bahasa Indonesia sama sekali.
D.
Penyajian Materi Ajar
Sesuai dengan pendekatan komunikatif integratif,
materi ajar disajikan dalam bentuk percakapan/dialog yang dalam proses belajar
mengajarnya mencakup empat kemahiran bahasa, yaitu mendengar, membaca,
berbicara, dan menulis. Percakapan sebagai materi ajar bisa dimulai dengan
membaca seperti yang disarankan oleh Nunan (1990) yaitu Guru memberi contoh dengan
membaca seluruh percakapan dan pembelajar mendengarkan/menyimak dengan seksama.
Setelah itu pembelajar diminta untuk bermain peran secara bergantian dengan
sesama temannya. Untuk megembangkan kosakata, pembelajar diminta untuk
mengganti kata kunci dengan kata-kata lain dengan memperhatikan unsur tata
bahasa (mencakup penjelasan struktur dan pelatihan pola struktur). Bentuk
materi pelatihan dapat disajikan dalam bentuk substitusi, pencocokan jalaban, pertanyaan
dll. Untuk kegiatan menulis, pembelajar diberi tugas untuk menyusun kata-kata
yang diacak menjadi sebuah kalimat atau berkomunikasi secara tertulis melalui
SMS dengan teman penutur asli yang telah diberi tugas untuk membantu
pembelajar.
Materi
ajar ini disajikan secara bertahap sesuai kebutuhan pembelajar sehingga dapat
langsung digunakan pembelajar untuk berinteraksi lisan atau tertulis dengan
sesama temannya dalam kehidupan seharí-hari. Biasanya pembelajar dibantu oleh
sesama mahasiswa, yaitu penutur asli yang diberi tugas pendampingan. Tujuan
pendampingan ini adalah agar pembelajar dapat beradaptasi dengan
lingkungannya dan menggunakan bahasa
yang dipelajarinya dalam komunitas mahasiswa penutur asli yang berbahasa
Indonesia dengan ragam bahasa Suroboyoan.
1. Pertemuan di kampus UK Petra
(Percakapan dibawah ini bisa dibaca dengan
saling bertukar peran, setelah itu pembelajar diberi tugas untuk mengganti
beberapa kata kunci dengan kata lain untuk menambah kosakata)
Woo Pyong :
Selamat Pagi
Herman :
Selamat Pagi
Woo Pyong :
Boleh saya bertanya?
Herman :
Silahkan. Mau Tanya apa?
Woo Pyong :
Dimana kelas Bahasa Indonesia?
Herman :
Oh, di lantai dua, Ruang B 201
Woo Pyong :
Terimakasih
Herman :
Sama-sama
Selamat Siang Kantin di pojok/di ujung
Selamat
Malam Kamar kecil di kiri/ di kanan
Terimakasih Sama-sama Boleh saya bertanya?
Makasih Kembali Boleh tanya, ya?
Boleh nanya, ya?
|
Pemahaman:
Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini dengan
singkat
a. Siapa yang bertanya kepada Herman?
b.
Sudah kenalkah Herman pada Woo
Pyong?
c. Apa yang ditanyakan Woo Pyong?
d. Mengapa Woo Pyong bertanya?
e. Apakah Woo Pyong orang baru di kampus UK
Petra
f. Dari mana Anda tahu kalau Woo Pyong orang
baru di kampus UK Petra?
g.
Dapatkah Herman membantu Woo
Pyong?
2. Pertemuan di Kelas Bahasa Indonesia
Woo
Pyong : Selamat Pagi, Pak
Guru : Selamat Pagi
Woo Pyong : Apakah ini
kelas bahasa Indonesia ?
Guru :
Ya, benar. Anda siapa?
Woo Pyong :
Saya Woo Pyong, dari Korea .
Saya mau belajar Bahasa
Indonesia
Guru : Oh, silahkan masuk. Saya
sedang menunggu Anda
Woo
Pyong : Terimakasih, Pak.
Saya mau makan
nasi/roti
minum air/teh/kopi
mandi
belajar bahasa
duduk
pulang
|
Saya mau
ke kampus
mall
kantin
supermarket
dokter
kamar kecil
|
Pemahaman:
Pilihlah
kata yang paling tepat untuk melengkapi kalimat berikut.
a.
Wo Pyong memberi ………………… kepada
seorang bapak
b.
Wo Pyong sedang mencari kelas
…………………….
c. Bapak Guru …………………. Wo Pyong ke dalam
kelas.
d. Bapak Guru sedang …………………….. Wo Pyong
e. Bapak Guru sudah ……………. kalau Wo Pyong
akan datang hari itu.
ucapan Bahasa
Korea Bahasa
Indonesia
menunggu mengetahui mempersilahkan
|
3.
Bacalah SMS berikut ini.
(Dengan bantuan guru, pembelajar membaca
dan memahami isi SMS. Kemudian guru mengecek pemahaman pembelajar dan setelah itu
pembelajar diminta untuk membuat jawaban atas SMS tersebut)
(a)
Jangan lupa, besok rapat pleno di T AV
501 jam 10. Bilang Aryo,
saya agak terlambat , ada kelas MPL – Ratih –
(J lp bsk d rpt pleno d T AV 501 j 10. Bil
aryo sy tlt d kls MPL – Ratih-)
|
(b)
Mbak, bilang ke ibu kos aku pulang malam, ada tugas terus rapat
PHMJ – Mega –
(mb, bil b kos aq pul
mlm d tgs trs rpt PHMJ – Mega-)
|
©
Selamat Ulang tahun, Maya. Ke? Jangan lupa ngajak aku kalo mau
nraktir – Dio –
(S ultah, Maya, ke? J lp
ngjk aq klo m nrkt – Dio-)
|
(d)
Mas, jemput saya di depan wartel aja,
ya. Jam 2 tepat. Jangan telat
- Nuri -
(ms, jmpt sy di dpn wrtl j
ya, j 2 tpt. J tlt – Nuri –)
|
Apa maksud dari SMS tersebut di atas? Isilah
bagian kalimat yang kosong berikut ini dengan kata yang tepat.
a. Ratih mau temannya tidak
.................... tentang rapat pleno besok.
b. Mega minta .................... kepada
temannya.
c. Dio mengucapkan
.................................... kepada Maya.
d. Nuri minta
...................................... di depan wartel jam 14:00.
4. Jawaban SMS pembelajar
(a)
Maaf, Ratih. Saya rapat terlambat. Ada
quiz sampai jam 11 (Mee Ding)
|
(b)
Ya, hati-hati. Terimakasih (Yoo Ming)
|
(c)
Terimakasih. Umur saya ke 20 (Sue Ling)
|
(d)
Baik. Jam 2 saya datang jemput.
Terimakasih (Woo Pyong)
|
5. Contoh SMS antar pembelajar dengan teman
penutur asli
Contoh:
Pyong, aq tunggu di kantin. Cepet, yo.
Selak abis makanan favmu.
- Agus -
|
Ya. Saya sedang
berjalan. Tolong pesan Selak
Abis. Enak, ya? Dingin? - Pyong
|
Ngawur, kon. Maksudku sate ayam favoritmu. Ayo cepetaaaan –
Agus
|
Catatan:
Dari jawaban SMS Pyong, tampak bahwa Pyong
kurang memahami isi SMS dari Agus. Ketika masalah ini didiskusikan di kelas,
diketahui bahwa ketidak mengertian Pyong disebabkan Agus menggunakan bahasa
Indonesia Suroboyoan. Untuk latihan
selanjutnya, guru membantu Pyong
memperkaya Bahasa Indonesianya dengan ragam bahasa daerah Surabaya.
6. Kata Tanya dalam Bahasa Indonesia
a. Kata Tanya untuk menanyakan tempat:
di mana, di manakah
ke mana, ke manakah
dari mana, dari manakah
b. Kata Tanya untuk menanyakan waktu:
bila, kapan, bilakah, kapankah
c.
Kata Tanya untuk menanyakan orang:
siapa, siapakah
e. Kata Tanya untuk menanyakan cara:
bagaimana, bagaimanakah
f. Kata Tanya untuk menanyakan alasan:
mengana, mengapakah
g. Kata Tanya untuk menanyakan sesuatu atau
keadaan:
apa, apakah
Berdasarkan
contoh materi ajar tersebut di atas dan cara penyajian yang dikemukakan, dapat
terlihat dengan jelas bahwa materi dan penyajiannya sangat dekat dengan
keberadaan kehidupan pembelajar seharí-hari (fungsional). Materi ajar ini
memang sengaja dirancang sedemikian rupa agar pembelajar dapat mempraktikan
langsung apa yang baru dipelajarinya di kelas dalam kebutuhannya berinteraksi
dengan teman-temannya di luar kelas. Penulis menggunakan metode langsung dalam
penyajian materi ajar BIPA, yaitu hanya menggunakan Bahasa Indonesia kecuali
dalam keadaan terpaksa, penulis menggunakan bahasa Inggris.
E.
Kesimpulan dan Saran
Dalam
merancang materi ajar BIPA, penggunaan materi ajar yang fungsional dengan
pendekatan komunikatif integratif memberikan hasil yang cukup menggembirakan.
Masukan yang diperoleh guru dari pembelajar melalui latihan yang diberikan di
kelas maupun di luar kelas, sebaiknya digunakan untuk memperkaya latihan
berikutnya. Dengan kata lain, selama proses belajar mengajar berlangsung maka
materi ajar selalu terbuka untuk dimodifikasi sesuai kebutuhan pembelajar.
Bantuan
yang diberikan kepada pembelajar berupa pendampingan oleh mahasiswa penutur
asli sangat bermanfaat. Ketika pembelajar mendapat kesulitan di luar kelas, ybs
dapat segera menghubungi mahasiswa pendamping yang ditunjuk dan mendapat
bantuan yang dibutuhkan tanpa harus menunggu atau merasa kebingungan terutama
ketika kesulitan yang dihadapi terkait ragam bahasa Indonesia-Suroboyoan. Penulis
menyarankan bahwa sebaiknya guru BIPA sedikitnya menguasai dua bahasa, yaitu
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
REFERENSI
Dubin, F, and D.E Eskey and W Grabe .
1986. Teaching Second Language: Reading for Academic
Purposes. Addison : Wesley Publishing Co.
Klippel, F. 1987. Keep Talking: Communicative Fluency activities for Language
Teaching. Cambridge :
Cambridge University Press.
Lado, R. 1985. Memory Span as
a Factor in Second Language Learning, dalam IRAL 3:23-129.
Nunan, D. 1990. Designing Tasks for Communicative Classroom.
Cambridge : Cambridge University
Press.