A.
Pengertian Diksi
atau Pilihan Kata
Pilihan kata atau
Diksi adalah pemilihan kata-kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita
ungkapkan. Diksi atau Plilihan kata mencakup pengertian kata-kata mana
yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan, dan
gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
B.
Fungsi
Diksi
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan
guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika
pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar
tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara
dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak
merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar
terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk
mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas
mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita
tersebut. Misalnya:
1.
Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak
salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
2.
Utuk mencapai target komunikasi yang efektif.
3.
Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
4.
Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat(sangat
resmi,resmi,tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar /pembaca.
5.
Mencegah perbedaan penafsiran
6.
Mencegah salah pemahaman
7.
Menciptakan komunikasi yang baik dan benar
C. Elemen diksi
1.
Fonem
Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil
dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukan perbedaan makna. Misalnya dalam
bahasa indonesia bunyi (k) dan (g) merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan
dalam kata ”cagar” dan “cakar”.
2.
Silabel
Suku kata atau silabel adalah unit pembentuk kata yang tersusun
dari satu fonem atau ukuran fonem. Misalnya kata wiki terdiri dari dua suku
kata wi dan ki. Silabel sering dianggap sebagai unit pembangun penologis kata
karena dapat mempengaruhi ritme dan artikulasi suatu kata.
3.
Konjungsi
Konjungsi kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan
bahasa yang sederajat : kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan
klausa, serta kalimat dengan kalimat. Contoh : dan,atau.serta.
4.
Nomina
Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama
dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan
5.
Verba
Verba atau kerja adalah kelas kata yang menyatakan suatu
tindakan,keberadaan,pengalaman,atau pengertian dinamis lainnya. Kata kerja
dibagi menjadi dua: 1. Kata kerja transitif
yang membutuhkan pelengkap atau objek,seperi memukul(bola), serta kata
kerja intransitif yang tidak membutuhkan pelengkap seperti lari.
6.
Infleksi
Infleksi adalah proses penambahan morpheme inpleksional kedalam
sebuah kata yang mengandung indikasi grametikal seperti
julah,orang,gender,tenses,atau aspek.
D.
Jenis Diksi
Jenis diksi menurut K Eraf,
(1996:89-108) adalah sebagai berikut:
a.
Denotasi
adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna itu menunjuk kepada
konsep, referen atau ide), denotasi juga merupakan batasan kamus atau definisi
utama suatu kata, sebagai lawan dari pada konotasi atau makna yang ada
kaitannya dengan itu. Denotasi mengacu pada makna yang sebenarnya.
b.
Konotasi
adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan, imajinasi atau
nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau asosiasi-asosiasi, dan
biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah kata disamping batasan
kamus atau definisi utamanya. Konotasi mengacu pada makna kias atau makna bukan
sebenarnya.
c.
Kata
Abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata abstrak sukar
digambarkan karena refensinya tidak dapat diserap dengan panca indera manusia.
Kata-kata abstrak merujuk pada kualitas (panas, dingin, baik, buruk), pertalian
(kuantitas, jumlah, tingkatan), dan pemikiran (kecurigaan, penetapan,
kepercayaan). Kata-kata abstrak sering dipakai untuk menjelaskan pikiran yang
bersifat teknis dan khusus.
d.
Kata
Konktit adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat atau
dirasakan oleh satu atau lebih dari panca indra. Kata-kata konkrit menunjuk
kepada barang yang aktual dan spesifik dalam pengalaman. Kata konkrit digunakan
untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam fikiran pembaca melebihi kata-kata
yang lain.
e.
Kata
Umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang luas. Kata-kata
menujuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan kepada keseluruhan.
f.
Kata
Khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus
dan konkrit. Kata khusus memperlihatkan kepada objek yang khusus.
g.
Kata
Ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam
tulisan-tulisan ilmiah.
h.
Kata
Populer adalah kata-kata yang umum dipakali oleh semua lapisan masyarakat, baik
oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan.
i.
Jargon
adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam
bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia atau kelompok-kelompok khusus
lainnya.
j.
Kata
Siang adalah kata-kata nonstandar yang informal, yang disusun secara khas,
bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata siang juga merupakan
kata-kata yang tinggi atau murni.
k.
Kata
Asing adalah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih di
pertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa aslinya.
l.
Kata
Serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan wujud atau
struktur bahasa indonesia.
Tarigan (1985:61) mengemukakan
bahwa ragam konotasi dibagi menjadi 2 macam, yaitu konotasi baik dan konotasi
tidak baik.
1.
Konotasi
Baik
Kata-kata
yang merupakan konotasi baik dan oleh sebagian masyarakat dianggap memiliki
rasa yan lebih enak, sopan, akrab dan tinggi.
2.
Konotasi
Tidak Baik
Berarti
kata-kata yang oleh sebagian masyarakat dianggap memiliki nilai rasa tidak
sopan, tidak pantas, kasar, dan dapat menyinggung perasaan orang lain.
E.
Ketepatan Pilihan Kata/Diksi
Persoalan
pendayagunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua persoalan pokok, ketepatan
pemilihan kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau barang yang akan diamanatkan,
dan kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata tadi. Ketepatan pilihan
kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan
yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan
oleh penulis.
F.
Persyaratan Ketepatan Diksi
- Sarat untuk mendapatkan ketepan diksi:
- Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi
- Membedakan kata-kata yang hampir bersinonim
- Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya
- Menghindari kata-kata ciptaan sendiri
- Waspada terhadap penggunaan akhiran asing
- Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan
secara idiomatis
- Membedakan kata umum dan kata khusus
- Memperhatikan perubahan makna
- Memperhatikan kelangsungan pilihan kata
G. Kata
Umum dan Kata Khusus
Kata
umum dan kata khusus dibedakan berdasarkan luas tidaknya cakupan makna yang
dikandungnya. Bila sebuah kata mengacu kepada suatu kepada suatu hal atau
kelompok yang luas bidang lingkupnya maka kata itu disebut kata umum. Bila
ia mengacu kepada perngarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret maka
kata-kata itu disebut kata khusus. Dengan demikian semakin khusus sebuah
kata atau istilah, semakin dekat titik persamaan atau pertemuan yang dapat
dicapai antara penulis dan pembaca; sebaliknya semakin umum sebuah istilah,
semakin jauh pula titik pertemuan antara penulis dan pembaca. Dalam ilmu
semantik, kata umum yang mencakup sejumlah istilah khusus ini disebut superordinal
sedangkan istilah-istilah khusus yang dicakupnya disebut hiponim.
a.
Kata Khusus
(i) Nama Diri
(i) Nama Diri
Pada
umumnya, kita sepakat bahwa semua nama diri adalah istilah yang paling khusus,
sehingga menggunakan kata-kata tersebut tidak akan menimbulkan salah paham.
Bahwa nama diri ini merupakan kata khusus, tidak boleh disamakan dengan kata
yang denotatif. Kata khusus memang pada dasarnya memiliki denotasi yang tinggi
tingkatnya.
(ii) Daya Sugesti Kata Khusus
Kata-kata yang kongkret dan khusus dengan demikian menyajikan lebih banyak informasi kepada para pembaca. Memberi informasi yang jauh lebih banyak sehingga tidak mungkin timbul salah paham. Tetapi di samping memberi informasi yang jauh lebih banyak itu, kata khusus juga memberi sugesti yang jauh lebih mendalam.
(ii) Daya Sugesti Kata Khusus
Kata-kata yang kongkret dan khusus dengan demikian menyajikan lebih banyak informasi kepada para pembaca. Memberi informasi yang jauh lebih banyak sehingga tidak mungkin timbul salah paham. Tetapi di samping memberi informasi yang jauh lebih banyak itu, kata khusus juga memberi sugesti yang jauh lebih mendalam.
b. Kata
Umum
(i) Gradasi Kata Umum
(ii) Kata-kata Abstrak
(i) Gradasi Kata Umum
(ii) Kata-kata Abstrak
G.
Penggunaan Kata Umum dan Khusus
Kata Indria
Kata Indria
Tetapi
seringkali terjadi bahwa hubungan antara satu indria dengan indria yang lain
dirasakan begitu rapat, sehingga kata yang sebenarnya hanya dikenakan kepada
suatu indria dikenakan pula pada indria lainnya. Gejala semacam ini disebut sinestesia.
Peraba : dingin, panas, lembab, basah, kering, dan sebagainya
Perasa : pedas, pahit, asam, dan sebagainya
Penciuman : asam, tajam, pedis, kohong, dan sebagainya
Pendengaran : dengung, deru, ringkik, kicau, dan sebagainya
Penglihatan : pijar, teja, sabur, kabur, dan sebagainya
Peraba : dingin, panas, lembab, basah, kering, dan sebagainya
Perasa : pedas, pahit, asam, dan sebagainya
Penciuman : asam, tajam, pedis, kohong, dan sebagainya
Pendengaran : dengung, deru, ringkik, kicau, dan sebagainya
Penglihatan : pijar, teja, sabur, kabur, dan sebagainya
H.
Perubahan Makna
a.
Terjadinya Perubahan Makna
Perubahan
makna terjadi karena kata tidak bersifat statis. Dari waktu ke waktu makna kata
dapat mengalami perubahan. Untuk menjaga agar pilihan kata selalu tepat maka
setiap penutur bahasa harus selalu memperhatikan perubahan-perubahan makna yang
terjadi.
b.
Macam-Macam Perubahan Makna
Perluasan Arti
Perluasan Arti
Adalah
suatu perubahan makna yang dialami sebuah kata yang tadinya mengandung suatu
makna yang khusus, tetapi kemudian meluas sehingga melingkupi sebuah kelas
makna khusus, tetapi kemudian meluas sehingga melingkupinsebuah kelas makna
yang lebih umum, misal: kata berlayar dulu dipakai dengan pengertian
bergerak di laut dengan menggunakan layar, sekarang berarti semua tindakan
mengarungi lautan atau perairan dengan mempergunakan alat apa saja disebut
berlayar
Penyempitan
Arti
Sebuah
proses yang dialami sebuah kata dimana makna yang lama lebiah luas cakupannya
daripada makna yang baru. Misalnya kata pala yang tadinya berarti buah
pada umumnya, sekarang hanya dipakai untuk menyebutkan jenis buah tertentu.
Ameliorasi
Suatu
proses perubahan makna dimana arti yang baru dirasakan lebih tinggi atau lebih
baik nilainya dari arti yang lama. Kata wanita dirasakan nilainya lebih
tinggi dari kata perempuan.
Peyorasi
Adalah
proses perubahan makna sebagai kebalikan dari ameliorasi. Arti yang baru
dirasakan lebih rendah nilainya dari arti yang lama. Kata bini dianggap
tinggi pada zaman lampau, sekarang dirasakan sebagai kata yang kasar.
Metafora
Perubahan
makna karena persamaan sifat antara dua objek. Merupakan pengalihan semantik
berdasarkan kemiripan persepsi makna. Kata matahari, putri malam (untuk
bulan), pualu (empu laut) semuanya dibentuk berdasarkan metafora.
Metonimi
Poses
perubahan makna terjadi karena hubungan yang erat antara kata-kata yang
terlibat dalam suatu lingkungan makna yang sama, dan dapat diklasifikasikan
menurut tempat atau waktu, menurut hubungan isi dan kulit, hubungan antara
sebab dan akibat. Gereja berarti tempat ibadah umat kristen, tetap
dipakai juga untuk mengacu persekutuan umat kristen. Penemuan-penemuan yang
sering disebut penemunya juga merupakan contoh metonimi, misalnya ohm,
ampere, watt.
H.
Kelangsungan Pilihan Kata
Suatu
cara untuk menjaga ketepatan pilihan kata adalah kelangsungan. Kelangsungan
pilihan kata adalah teknik memilih kata yang sedemikian rupa, sehingga maksud
atau pikiran seseorang dapat disampaikan secara tepat dan ekonomis.
Kelangsungan dapat terganggu bila seorang pembicara atau pengarang
mempergunakan terlalu banyak kata untuk suatu maksud yang dapat diungkapkan
secara singkat, atau mempergunakan kata-kata yang kabur yang bisa menimbulkna
ambiguitas (makna ganda)