Bila kita membicarakan tentang pengetahuan yang sistematis, pasti ada kejelasan mengenai objeknya. Objek dibedakan menjadi dua macam, yaitu objek material dan objek formal. Setiap ilmu mempunyai objek material dan objek formal masing-masing. Demikian pula halnya dengan filsafat. Sering orang mengatakan bahwa salah satu perbedaan antara ilmu empiris dan filsafat adalah karena objeknya ini.
Objek material filsafat meliputi segala sesuatu yang ada. Segala sesuatu itu adalah Tuhan, alam dan manusia. Bandingkanlah dengan ilmu empiris dan ilmu agama. Objek ilmu empiris hanya manusia dan alam. Ilmu empiris tidak mempermasalahkan atau mengkaji tentang Tuhan, tetapi ilmu-ilmu agama (teologi) sebagian besar berisi kajian tentang ketuhanan ditinjau dari perspektif dan interpretasi manusia terhadap wahyu atau ajaran para Nabi. Ilmu filsafat mengkaji tentang alam, manusia dan Tuhan. Sepanjang sejarah filsafat, kajian tentang alam menempati urutan pertama, kemudian disusul kajian tentang manusia dan Tuhan. Pada abad pertengahan di Eropa ketika filsafat menjadi abdi teologi, banyak kajian-kajian filsafati tentang Tuhan. Setelah masuk zaman modern, fokus kajian filsafat adalah manusia.
Objek formal (sudut pandang pendekatan) filsafat adalah dari sudut pandang hakikatnya. Filsafat berusaha untuk membahas hakikat segala sesuatu. Hakikat artinya kebenaran yang sesungguhnya atau yang sejati, yang esensial, bukan yang bersifat kebetulan. Sebagai contoh dapat dikemukakan di sini. Manusia sebagai objek kajian ilmu dan filsafat dapat dikaji dari berbagai sudut pandang. Manusia dapat dikaji dari sudut interaksinya dalam hidup bermasyarakat. Inilah sudut pandang sosiologi. Manusia juga dapat ditinjau dari sisi kejiwaannya. Inilah sudut pandang psikologi. Manusia dapat ditinjau dari perilakunya dalam memenuhi kebutuhan hidup yang cenderung tidak terbatas dihadapkan dengan benda-benda yang terbatas. Inilah sudut pandang ilmu ekonomi. Tetapi, manusia dapat pula dibahas dari sudut pandang yang hakiki. Inilah sudut pandang filsafat. Pertanyaan mendasar adalah: ―Siapakah manusia itu sebenarnya?‖. Ada berbagai macam jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Salah satu jawaban yang terkenal dari Aristoteles bahwa manusia adalah animal rationale (binatang yang berpikir).
Objek material filsafat meliputi segala sesuatu yang ada. Segala sesuatu itu adalah Tuhan, alam dan manusia. Bandingkanlah dengan ilmu empiris dan ilmu agama. Objek ilmu empiris hanya manusia dan alam. Ilmu empiris tidak mempermasalahkan atau mengkaji tentang Tuhan, tetapi ilmu-ilmu agama (teologi) sebagian besar berisi kajian tentang ketuhanan ditinjau dari perspektif dan interpretasi manusia terhadap wahyu atau ajaran para Nabi. Ilmu filsafat mengkaji tentang alam, manusia dan Tuhan. Sepanjang sejarah filsafat, kajian tentang alam menempati urutan pertama, kemudian disusul kajian tentang manusia dan Tuhan. Pada abad pertengahan di Eropa ketika filsafat menjadi abdi teologi, banyak kajian-kajian filsafati tentang Tuhan. Setelah masuk zaman modern, fokus kajian filsafat adalah manusia.
Objek formal (sudut pandang pendekatan) filsafat adalah dari sudut pandang hakikatnya. Filsafat berusaha untuk membahas hakikat segala sesuatu. Hakikat artinya kebenaran yang sesungguhnya atau yang sejati, yang esensial, bukan yang bersifat kebetulan. Sebagai contoh dapat dikemukakan di sini. Manusia sebagai objek kajian ilmu dan filsafat dapat dikaji dari berbagai sudut pandang. Manusia dapat dikaji dari sudut interaksinya dalam hidup bermasyarakat. Inilah sudut pandang sosiologi. Manusia juga dapat ditinjau dari sisi kejiwaannya. Inilah sudut pandang psikologi. Manusia dapat ditinjau dari perilakunya dalam memenuhi kebutuhan hidup yang cenderung tidak terbatas dihadapkan dengan benda-benda yang terbatas. Inilah sudut pandang ilmu ekonomi. Tetapi, manusia dapat pula dibahas dari sudut pandang yang hakiki. Inilah sudut pandang filsafat. Pertanyaan mendasar adalah: ―Siapakah manusia itu sebenarnya?‖. Ada berbagai macam jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Salah satu jawaban yang terkenal dari Aristoteles bahwa manusia adalah animal rationale (binatang yang berpikir).