Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan cabang filsafat yang berusaha untuk memahami pendidikan secara lebih mendalam, menafsirkannya dengan menggunakan konsep-konsep umum yang dapat menjadi petunjuk atau arah bagi tujuan-tujuan dan kebijakan pendidikan. Sebagai cabang filsafat, pemikiran filsafati terhadap pendidikan juga mempunyai ciri spekulatif, preskritif, dan analitik.
Filsafat dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, karena filsafat mengandung hal-hal yang seharusnya dilaksanakan di dalam praktik pendidikan, demikian pula praktik pendidikan dapat menjadi bahan pemikiran reflektif mengenai pendidikan.
Manfaat belajar filsafat pendidikan lebih bersifat manfaat teoritis, bukan praktis-teknis, yaitu agar para peserta didik (mahasiswa) terbiasa untuk memahami persoalan hakiki pendidikan secara kritis, terbuka dan reflektif.
Hal-hal yang menjadi kajian filsafat pendidikan sangat luas cakupannya. Berikut adalah beberapa kajian utama filsafat ini menurut Rukiyati & Purwastui (2015, hlm. 21).
Sementara itu teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-prinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat, merumuskan metode praktik pendidikan atau proses pendidikan yang menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan sendiri tergantung dari kebutuhan. Bisa jadi tujuan pendidikan adalah tujuan pendidikan nasional (mencetak generasi penerus bangsa yang baik), instruksional (khusus terhadap keterampilan tertentu), hingga ke tujuan pendidikan institusional (pendidikan militer, dokter, akademisi, dsb).
Filsafat dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, karena filsafat mengandung hal-hal yang seharusnya dilaksanakan di dalam praktik pendidikan, demikian pula praktik pendidikan dapat menjadi bahan pemikiran reflektif mengenai pendidikan.
Manfaat belajar filsafat pendidikan lebih bersifat manfaat teoritis, bukan praktis-teknis, yaitu agar para peserta didik (mahasiswa) terbiasa untuk memahami persoalan hakiki pendidikan secara kritis, terbuka dan reflektif.
Hal-hal yang menjadi kajian filsafat pendidikan sangat luas cakupannya. Berikut adalah beberapa kajian utama filsafat ini menurut Rukiyati & Purwastui (2015, hlm. 21).
- Merumuskan secara tegas sifat hakiki pendidikan
- Merumuskan hakikat manusia sebagai subjek dan objek pendidikan.
- Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan
- Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan.
- Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan)
- Merumuskan sistem nilai dan norma atau isi moral pendidikan yang menjadi tujuan pendidikan.
Tujuan Filsafat Pendidikan
Tujuan filsafat pendidikan dapat ditinjau dari tujuan filsafat dan pendidikan itu sendiri. Filsafat diantaranya memiliki tujuan untuk mengkritisi suatu kepercayaan dan sikap yang telah dijunjung tinggi, mendapatkan gambaran keseluruhan, analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.Sementara itu teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-prinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat, merumuskan metode praktik pendidikan atau proses pendidikan yang menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan sendiri tergantung dari kebutuhan. Bisa jadi tujuan pendidikan adalah tujuan pendidikan nasional (mencetak generasi penerus bangsa yang baik), instruksional (khusus terhadap keterampilan tertentu), hingga ke tujuan pendidikan institusional (pendidikan militer, dokter, akademisi, dsb).
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki setiap orang, baik potensi fisik, potensi cipta, rasa, maupun karsanya. Tujuan diadakannya adalah agar potensi-potensi tersebut menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Secara umum, tujuan dari pendidikan ialah bisa membimbing seorang anak menjadi lebih dewasa agar dapat berdiri sendiri (mandiri) dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat.
Selain itu, menurut Amka (2019) tujuan filsafat pendidikan meliputi:
Secara umum, tujuan dari pendidikan ialah bisa membimbing seorang anak menjadi lebih dewasa agar dapat berdiri sendiri (mandiri) dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat.
Selain itu, menurut Amka (2019) tujuan filsafat pendidikan meliputi:
- Dengan berfikir filsafat seseorang bisa menjadi manusia, lebih mendidik, dan membangun diri sendiri.
- Seseorang dapat menjadi orang yang dapat berfikir sendiri.
- Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan pandangan yang sintesis pula sehingga seluruh pengetahuan merupakan satu kesatuan.
- Hidup seseorang dipimpin oleh pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tersebut, sebab itu mengetahui pengetahuan-pengetahuan terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup diri sendiri.
- Bagi seorang pendidik, filsafat mempunyai kepentingan istimewa karena filsafatlah yang memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang mengenai manusia, seperti misalnya ilmu mendidik.
Aliran Filsafat Pendidikan
Ada banyak aliran filsafat yang tumbuh seiring dengan perkembangan zaman. Filsafat pendidikan terbagi ke dalam beberapa aliran. Berikut adalah aliran-aliran dalam filsafat pendidikan.
Perenialisme
Merupakan aliran filsafat pendidikan yang melihat ke belakang, percaya bahwa kebijaksanaan abadi dari spiritualisme, tradisi, dan agama berbagi satu satu kebenaran metafisik yang universal di mana semua pengetahuan, ajaran dan nilai yang baik telah tumbuh.Essensialisme
Essensialisme merupakan aliran yang ingin kembali pada kebudayaan-kebudayaan warisan sejarah yang telah terbukti keunggulannya dan kebaikannya bagi kehidupan manusia. Essensialisme percaya bahwa pendidikan yang baik dan benar terdiri dari pembelajaran keterampilan dasar (membaca, menulis, berhitung), seni, dan ilmu pengetahuan. Semua hal tesebut telah terbukti berguna untuk manusia di masa lalu, sehingga terdapat keyakinan bahwa hal inilah akan berguna pula pada kehidupan di masa yang akan datang (Gutek dalam Rukiyati & Purwastuti, 2015, hlm.44). Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang dapat memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas (Jalaludin & Idi, 2015, hlm.100).Progressivisme
Bagi kaum progressif, tidak ada realitas yang absolut, kenyataan adalah pengalaman transaksional yang selalu berubah (progresif). Dunia selalu berubah dan dinamis, sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum-hukum ilmiah hanya bersifat probabilitas dan tidak absolut. Progressivisme percaya bahwa pengetahuan mengenai dunia ini hanyalah sebatas sebagaimana dunia ini dialami oleh manusia dan Itulah yang dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan (sains) untuk kita semua.Progresivisme adalah suatu aliran filsafat pendidikan yang memiliki pemikiran mengenai perubahan pelaksanaan pendidikan menjadi lebih maju. Pemikiran ini memberikan perubahan yang cukup besar dalam dunia pendidikan.
Progresivisme dalam pendidikan hadir dan memberikan pengaruh berupa mengubah praktik pendidikan yang otoriter demokratis menjadi lebih menghargai potensi dan kemampuan anak, serta mendorong untuk dilaksanakannya pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik.
Filsafat progresivisme berfokus pada peningkatan kemampuan peserta didik melalui pengalaman, kemampuan diri/kemandirian, dan lain-lain. Aliran filsafat ini memiliki nilai-nilai tertentu, salah satunya adalah kebebasan nilai.
Penerapan prinsip kebebasan nilai ini bisa dilihat dari peserta didik yang memiliki kebebasan untuk memilih jurusan, kebebasan pendidikan yang sesuai dengan minat dari peserta didik itu sendiri, serta masih banyak lagi penerapan kehidupan dengan menggunakan filsafat progresivisme.
Tujuan dari aliran progresivisme dalam pendidikan ialah ingin mengubah praktik pendidikan yang selama ini terkesan otiriter menjadi demokratis dan lebih menghargai potensi dan kemampuan anak, serta mendorong untuk dilaksanakannya pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik.
Progresivisme dalam pendidikan hadir dan memberikan pengaruh berupa mengubah praktik pendidikan yang otoriter demokratis menjadi lebih menghargai potensi dan kemampuan anak, serta mendorong untuk dilaksanakannya pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik.
Filsafat progresivisme berfokus pada peningkatan kemampuan peserta didik melalui pengalaman, kemampuan diri/kemandirian, dan lain-lain. Aliran filsafat ini memiliki nilai-nilai tertentu, salah satunya adalah kebebasan nilai.
Penerapan prinsip kebebasan nilai ini bisa dilihat dari peserta didik yang memiliki kebebasan untuk memilih jurusan, kebebasan pendidikan yang sesuai dengan minat dari peserta didik itu sendiri, serta masih banyak lagi penerapan kehidupan dengan menggunakan filsafat progresivisme.
Tujuan dari aliran progresivisme dalam pendidikan ialah ingin mengubah praktik pendidikan yang selama ini terkesan otiriter menjadi demokratis dan lebih menghargai potensi dan kemampuan anak, serta mendorong untuk dilaksanakannya pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik.
Rekonstruksionisme Sosial
Aliran ini menaruh perhatian yang besar pada hubungan antara kurikulum sekolah dan perkembangan politik, sosial, dan ekonomi suatu masyarakat. Rekonstruksionisme menganggap bahwa dunia dan moral manusia mengalami degradasi di sana-sini sehingga perlu adanya rekonstruksi tatanan sosial menuju kehidupan yang demokratis, emansipatoris dan seimbang. Keadaan yang timpang dan hanya menguntungkan salah satu belahan dunia harus diatasi dengan merekonstruksi pendidikan untuk memajukan peradaban. Untuk menjamin keberlangsungan hidup manusia dan untuk menciptakan peradaban yang lebih memuaskan, manusia harus menjadi insinyur sosial, yaitu orang yang mampu merancang jalannya perubahan dan mengarahkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara dinamis untuk mencapai tujuan yang diinginkan.Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah suatu aliran filsafat pendidikan yang berfokus pada pengembangan dan peningkatkan perkembangan logika dan konseptual dari setiap peserta didik. Dasar pemikiran dari aliran ini adalah manusia mengkonstruksi dan menginterpretasikannya berdasarkan pengalamannya, dan beberapa pemikiran lainnya.
Fokus dari konstruktivisme adalah melihat bagaimana setiap orang mengkonstruksi dan menginterpretasikan pengalamannya tersebut. Olehe sebab itu, teori konstruktivisme berpandangan bahwa dalam proses belajar, siswa yang harus mendapat penekanan.
Siswa yang harus aktif dalam mengembangkan pengetahuan, bukan guru atau orang lain. Kreativitas dan keaktifan siswa membantu siswa menjadi orang yang kritis menganalisis suatu hal karena siswa berpikir dan bukan meniru saja.
Di samping itu, guru maupun tenaga pendidik dalam pandangan konstruktivisme bukan mengajarkan siswa, melainkan membantu seseorang agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya lewat kegiatannya terhadap fenomena dan objek yang ingin diketahui.
Fokus dari konstruktivisme adalah melihat bagaimana setiap orang mengkonstruksi dan menginterpretasikan pengalamannya tersebut. Olehe sebab itu, teori konstruktivisme berpandangan bahwa dalam proses belajar, siswa yang harus mendapat penekanan.
Siswa yang harus aktif dalam mengembangkan pengetahuan, bukan guru atau orang lain. Kreativitas dan keaktifan siswa membantu siswa menjadi orang yang kritis menganalisis suatu hal karena siswa berpikir dan bukan meniru saja.
Di samping itu, guru maupun tenaga pendidik dalam pandangan konstruktivisme bukan mengajarkan siswa, melainkan membantu seseorang agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya lewat kegiatannya terhadap fenomena dan objek yang ingin diketahui.
Pedagogi Kritis
Salah satu unsur pokok dari aliran ini adalah keharusan untuk memandang sekolah sebagai ruang publik yang demokratis. Sekolah didedikasikan untuk membentuk pemberdayaan diri dan sosial. Dalam arti ini, sekolah adalah tempat publik yang memberi kesempatan bagi peserta didik agar dapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya. Sekolah bukan sekedar perluasan tempat kerja atau sebagai lembaga garis depan dalam persaingan pasar internasional dan kompetisi asing.Anarkisme Utopis: Ivan Illich
Illich, tokoh utama aliran ini, mengatakan bahwa tujuan utama pendidikan adalah perombakan/pembaharuan berskala besar dan segera di dalam masyarakat, dengan cara menghilangkan persekolahan wajib. Sistem persekolahan formal yang ada harus dihapuskan sepenuhnya dan diganti dengan sebuah pola belajar sukarela dan mengarahkan diri sendiri; akses yang bebas dan universal ke bahan-bahan pendidikan serta kesempatan-kesempatan belajar mesti disediakan, namun tanpa sistem pengajaran wajib (O’neil dalam Rukiyati & Purwastuti, 2015, hlm. 79).Eksistensialisme
Eksistensialisme menjadi salah satu ciri pemikiran filsafat abad 20 yang sangat mendambakan adanya otonomi dan kebebasan manusia yang sangat besar untuk mengaktualisasikan dirinya. Dari perspektif eksistensialisme, pendidikan sejatinya adalah upaya pembebasan manusia dari belenggu-belenggu yang mengungkungnya sehingga terwujudlah eksistensi manusia ke arah yang lebih humanis dan beradab. Beberapa pemikiran eksistensialisme dapat menjadi landasan atau semacam bahan renungan bagi para pendidik agar proses pendidikan yang dilakukan semakin mengarah pada keautentikan dan pembebasan manusia yang sesungguhnya.Humanistik
Humanistik adalah aliran filsafat pendidikan yang membuat proses belajar-mengajar dengan pendekatan yang lebih humanis dibandingkan aliran lain.
Salah satu pemikiran humanistik dalam proses pendidikan adalah seorang tenaga pengajar perlu memahami kebutuhan setiap peserta didik karena setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
Aliran humanistik juga percaya bahwa setiap orang memiliki untuk mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan mengancam diri yang berbeda dengan orang lain.
Salah satu penerapan nilai humanistik dalam pendidikan adalah memfokuskan peserta didik untuk berpikir kritis secara induktif serta, mementingkan pengalaman individu dalam proses belajar layaknya sistem Confluent Education, Open Education dan Cooperative Education.
Salah satu pemikiran humanistik dalam proses pendidikan adalah seorang tenaga pengajar perlu memahami kebutuhan setiap peserta didik karena setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
Aliran humanistik juga percaya bahwa setiap orang memiliki untuk mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan mengancam diri yang berbeda dengan orang lain.
Salah satu penerapan nilai humanistik dalam pendidikan adalah memfokuskan peserta didik untuk berpikir kritis secara induktif serta, mementingkan pengalaman individu dalam proses belajar layaknya sistem Confluent Education, Open Education dan Cooperative Education.
Referensi
- Amka. (2019). Filsafat Pendidikan. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
- Jalaluddin & Idi. (2015). Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan Edisi Revisi. Malang: Rajawali Press.
- Rukiyati & Purwastuti, A. (2015). Mengenal Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
- Widodo, S.A. (2015). Pendidikan dalam Perspektif Aliran-Aliran Filsafat. Yogyakarta: Idea Press.
- Zaprulkhan. (2012). Filsafat Umum: Sebuah Pendekatan Tematik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.