Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pembelajaran Berdeferensiasi Sebagai Pembelajaran yang Berpihak Pada Siswa (Peserta Didik)

Kamis, 26 Januari 2023 | 21:28 WIB Last Updated 2023-03-30T13:44:13Z

Peserta didik sebagai manusia yang sedang dalam proses belajar tentunya memiliki karateristik yang berbeda-beda. Hal ini membuat penyerapan terhadap pembelajaran juga berbeda-beda. Tentunya kelas bisa kita anggap sebuah miniatur dunia sosial yang terdiri bermacam-macam jenis lapisan atau keunikan yang perlu kita atur, pilah dan dikelompokkan sedemikian rupa agar tujuan yang ingin dicapai mudah untuk diproses hingga sesuai harapan.



Pengertian Pembelajaran Berdeferensiasi

Tugas pendidik sesuai yang diamanatkan oleh Ki hajar Dewatara adalah berusaha mengantarkan keunikan anak teebut untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya sesuai dengan kodrat mereka masing-masing.

Sebagai salah satu jalan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diamanatkan undang-undang dan sesuai dengan pernyataan Ki hajar Dewantara maka diperlukan sebuah proses pembelajaran yang dapat mengakomodir semua keunikan anak tersebut.

Menurut Tomlinson (1999:14). Pembelajaran berdeferensiasi merupakan sebuah keputusan masuk akal yang diambil oleh pendidik dengan berorientasikan pada kebutuhan peserta didik.

Pembelajaran berdiferensiasi (differenciated instructions) merupakan implementasi pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik sesuai konsep merdeka belajar.

Tomlinson (2000) menyatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap peserta didik.

Berdasarkan pendapat Tomlinson di atas pembelajaran yang berdasarkan pada kebutuhan peserta didik adalah pembelajaran berdeferensiasi.

Pembelajaran Berdiferensiasi juga merupakan bentuk usaha pendidik untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu peserta didik.

Pembelajaran berdeferensiasi memiliki tujuan pembelajaran yang disusun secara jelas, dimana tujuan tersebut perlu difahami oleh pendidik maupun peserta didik. Pendidik merespon semua kebutuhan peserta didik, sehingga mereka dapat terlayani.

Pembelajaran berdiferensiasi atau Developmentally Appropriate Practice (DAP) juga merupakan pembelajaran anak sesuai tahap perkembangan dan lingkungan yang selaras dengan kebutuhan dan kemampuan anak.

Pembelajaran berdiferensiasi dapat diartikan pembelajaran yang di dalamnya terdapat serangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis oleh pendidik agar mampu mengakomodir seluruh kebutuhan peserta didik yang berbeda di dalam kelas atau lingkungan sekolah.

Dalam pembelajaran ini pendidik hanya sebagai fasilitator dan tidak lagi sebagai tokoh paling utama dalam pembelajaran dalam kelas dan peserta didik tidak hanya sebagai penerima yang tidak aktif dalam pembelajaran, tetapi para peserta didik bertanggung jawab untuk atas pembelajaran mereka sendiri.

Pembelajaran berdeferensiasi juga mampu menciptakan lingkungan yang nyaman bagi peserta didik sehingga mampu mengundang peserta didik untuk belajar dan bekerja keras. Serta memiliki manajemen kelas yang efektif, dan penilaian yang berkelanjutan.

Sesuai dengan penjelasan di atas pembelajaran berdiferensiasi wajib berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar peserta didik dan pendidik dituntut untuk merespon kebutuhan belajar tersebut dengan cara yang sistematis. Untuk itu pendidik perlu memahami kebutuhan peserta didik.

Untuk itu, pada pembelajaran berdiferensiasi, perlu persiapan atau strategi pembelajaran yang tepat dari pendidik baik meliputi diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk dengan mengacu pada aspek pemetaan kebutuhan belajar peserta didik.

Diferensiasi Konten

Berhubungan dengan apa yang diajarkan pada peserta didik dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar peserta didik baik itu dalam aspek kesiapan belajar, aspek minat peserta didik dan aspek profil belajar peserta didik atau kombinasi dari ketiganya.

Diferensiasi Proses

Dalam kegiatan ini pendidik perlu memahami apakah peserta didik akan belajar secara berkelompok atau mandiri. Pendidik menetapkan jumlah bantuan yang akan diberikan pada peserta didik-peserta didik. Siapa sajakah peserta didik yang membutuhkan bantuan dan siapa sajakah peserta didik yang membutuhkan pertanyaan pemandu yang selanjutnya dapat belajar secara mandiri. Semua hal tersebut harus dipertimbangkan dalam skenario pembelajaran yang akan dirancang.

Diferensiasi Produk

Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukan pada pendidik. Produk adalah sesuatu yang ada wujudnya bisa berbentuk karangan, tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya.

Dasar Pemetaan Kebutuhan Belajar Pseserta Didik

Sebagai pendidik, tentunya dipahami bahwa jumlah peserta didik yang diajar di dalam kelas memiliki keberagaman tersendiri karena sejatinya setiap peserta didik memiliki keunikannya masing-masing.

Dengan keunikan tersebut, pendidik bertindak sebagai fasilitato ragar peserta didik mampu memproses ide atau informasi yang diperolehnya serta mampu mengembangkan suatu produk sesuai dengan kemampuan peserta didiknya masing-masing.

Sebagai contoh di level SMA Negeri dengan grade A dimana jumlah peserta didiknya 1500 orang, seorang pendidik mata pelajaran mungkin harus mengampu peserta didik lebih dari 500 peserta didik. Sementara di level TK atau SD, mungkin pendidik hanya mengampu kurang dari 50 orang. Untuk mengatasi masalah itu, pendidik mapel di SMA harus berkolaborasi dengan rekan sejawat c.q pendidik BP/BK, wali kelas para wakasek serta orang tua peserta didik.

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan solusi bagi permasalahan terkait pembelajaran di kelas yang berpihak kepada kepentingan peserta didik. Untuk itu pendidik harus mampu memetakan kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar peserta didiknya yang mungkin tingkat kompleksitasnya berbeda di masing tingkatan.
 
Pembelajaran berdiferensiasi dirancang,dilaksanakan dan dinilai untuk memenuhi kebutuhan individual peserta didik dengan memperhatikan dasar pemetaan atau aspek yang mendasari kebutuhan belajar peserta didik dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang meliputi tiga hal yaitu Kesiapan Belajar (readiness), Minat Belajar (learning interest), dan Profil Belajar (learning profiles).

Kesiapan Belajar Peserta didik

Sebelum mempelajari materi atau topik, pendidik perlu memetakan kebutuhan peserta didik. Dalam hal ini, pendidik harus mendiagnosa kesiapan belajar peserta didik. Misalnya, pada diferensiasi konten, ada peserta didik yang sudah siap mempelajari materi yang di dalamnya terdapat masalah berupa tantangan atau kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS).

Kesiapan belajar merupakan kemampuan awal yang dimiliki peserta didik untuk menerima ketrampilan yang baru. Ada juga peserta didik yang mungkin masih perlu mempelajari hal-hal yang mendasar dalam memahami materi. Tentunya, perbedaan kognitif dari peserta didik membantu pendidik untuk mempersiapkan bahan ajar, cara atau strategi yang dapat mengakomodir kebutuhan tersebut dalam pembelajaran.

Jumlah bantuan atau dukungan yang diberikan pendidik kepada peserta didik menyesuaikan dengan tingkat kesiapan belajar peserta didik itu sendiri. Banyak cara untuk memahami kesiapan belajar peserta didik.

Menurut Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik, kita harus menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Demikian juga dengan kesiapan peserta didik kita harus melakukan asessmen untuk mengetahui kesiapan belajar peserta didik.

Minat Belajar Peserta didik

Hal lain yang perlu dilakukan sebelum melakukan pembelajaran berdiferensiasi adalah pendidik perlu memetakan peserta didik berdasarkan minat belajarnya.

Minat adalah keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang peserta didik untuk menerima pengetahuan yang baru. Minat merupakan motivator seseorang untuk memulai belajar atau bekerja. Minat yang datang dari diri sendiri dapat mengoptimalkan pemahaman seseorang pada hal baru.

Sebagai contoh, ada peserta didik yang senang belajar seni, olah raga, sains atau bidang-bidang tertentu. Dalam hal ini, pendidik harus siap untuk memfasilitasi kebutuhan peserta didik tersebut. Pendidik dapat memberikan pilihan kepada peserta didiknya untuk belajar sesuai dengan minatnya, misalnya dalam menghasilkan produk.

Dalam diferensiasi produk, peserta didik menghasilkan produk sebagai bentuk pencapaian tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan minat belajar peserta didik masing-masing. Peserta didik diberikan kebebasan dalam belajar.

Peserta didik bebas menghasilkan produk baik berupa teks atau tulisan seperti artikel, narasi, karangan atau bentuk produk lain yang sesuai minat belajarnya seperti audio, video, poster, mind mapping dan lainnya baik secara individu maupun secara berkelompok selama produk tersebut merujuk pada indikator atau standarisasi minimum penilaian.

Profil Belajar Peserta didik

Profil belajar peserta didik merupakan cara peserta didik ketika belajar dalam menerima hal yang baru. Profil belajar merupakan gaya belajar bagaimana peserta didik memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu: visual, kinestetis dan audiovisual.

Pemetaan kebutuhan peserta didik berdasarkan profil belajar peserta didik lebih kepada bagaimana peserta didik belajar sesuai dengan gaya belajarnya yang beragam atau bervariasi. Misalnya pada diferensiasi proses, untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar visual maka pada proses pembelajaran pendidik dapat memberikan materi dengan menggunakan media berupa gambar-gambar, tampilan slide power point, grafik dan sebagainya yang membantu peserta didik dalam belajar dan mengaitkan konsep satu dengan yang lainnya sesuai dengan kehidupan sehari-hari. 

Demikian pula, untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori maka pendidik dapat memberikan materi menggunakan atau diiringi dengan musik.


Dengan ketiga dasar pemetaan tersebut, pendidik akan mampu merancang pembelajaran berdiferensiasi dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai, yaitu mampu mengakomodir segala perbedaan dari peserta didik, apa yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam belajar dan apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya serta bagaimana pendidik dapat merespon seluruh kebutuhan belajar peserta didik yang berbeda tersebut.

Bagaimana kita dapat melaksankan pembelajaran yang berdeferensiasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik dan mencapai hasil pembelajaran yang optimal?

Pendidik memiliki peran untuk mendukung penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Adapun peran yang dimaksud adalah Menjadi Pemimpin Pembelajaran, Menggerakan Komunitas Praktisi, Menjadi mentor bagi pendidik lain, Mendorong kolaborasi antar pendidik serta Mewujudkan kepemimpinan peserta didik.

Pendidik harus memiliki visi untuk melakukan perubahan positif dalam pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik (pembelajaran berdiferensiasi) dengan strategi pendekatan IA (Inkuiri Apresiatif) yaitu pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Perubahan positif yang dilakukan melalui pembelajaran berdiferensiasi.

Pendekatan IA merupakan manajemen perubahan yang biasa dilakukan lebih menitikberatkan pada masalah apa yang terjadi dan apa yang salah dari proses tersebut untuk diperbaiki. Hal ini berbeda dengan IA yang berusaha fokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi.

Pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti bahwa pendidik harus melakukan kegiatan yang berbeda dalam membuat perencanaan pembelajaran atau menyusun beberapa perencanaan pembelajaran.

Pembelajaran deferensiasi dapat berjalan dengan hasil yang optimal apabila kita pada tahap awal melakukan assesmen diagnostic terlebih dahulu.

Assesmen diagnostic dapat dilakukan dengan melihat rapor anak pada tingkat terdahulu, membuat angket untuk diisi peserta didik taupun orang tua, wawancara dengan peserta didikdan pendidik pada kelas sebelumnya, ataupun dapat juga dengan membuat asesmen pada setiap materi yang akan diajarkan.

Hasil asesmen yang telah diperoleh digunakan untuk menentukan proses pembelajaran selanjutnya. Dapat dengan menggunakan pembelajaran bedeferensiasi konten, proses maupun produk tergantung pada materi yang akan disampaikan ataupun kesiapan dari peserta didik. 

Dengan menyediakan sumber belajar, media belajar dan kegiatan belajar yang beragam dapat mengakomodir kesiapan, minat ataugaya belajar anak yang berbeda-beda. Pembelajaran berdeferensiasi apabila dilaksanakan dengan benar maka tujuan pembelajaran yang diamanatkan Ki Hajar Dewantara pun dapat tercapai dengan optimal.

Dalam melakukan praktek pembelajaran berdiferensiasi tentunya harus dilakukan secara efektif dan efisien, mempertimbangkan modal, usaha dan waktu yang digunakan.

Melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi dengan efektif dan efisien juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sebagai pendidik, tentu memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan atmosfer lingkungan belajar yang memungkinkan peserta didik untuk berada dalam kondisi jauh dari rasa takut, berani dan tampil percaya diri dalam mengungkapkan ide atau pendapat, senang dalam berkolaborasi, berpartisipasi aktif dalam diskusi, menyukai tantangan atau hal-hal baru sehingga peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna.

Pembelajaran berdiferensiasi membentuk budaya positif di sekolah. Budaya positif dalam konteks ini dapat didefinisikan sebagai nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak kepada peserta didik agar peserta didik dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Budaya positif tidak dapat berdiri sendiri dalam membentuk budaya ajar (learning culture) akan tetapi terintegrasi dalam pembelajaran berdiferensiasi.

Dalam hal ini, berbagai pendekatan dilakukan oleh pendidik terhadap konten, proses dan produk dalam pembelajaran berdiferensiasi untuk menumbuhkan motivasi peserta didik agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Demikian pula, umpan balik, evaluasi dan refleksi secara berkelanjutan agar pendidik pun menjadi pembelajar sepanjang hayat. Jika pembelajaran berdiferensiasi ini dilakukan dengan efektif dan efisien maka semua peserta didik akan merasa aman dan nyaman dalam belajar serta pemenuhan kebutuhan peserta didik dapat terwujud, tidak akan ada peserta didik yang merasa diistimewakan atau sebaliknya. 

Implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini juga akan memberikan kemudahan bagi pendidik dalam memetakan dan mengakomodir seluruh kebutuhan peserta didik untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan dan perubahan zaman yang selalu berubah.

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan pendidik dalam mengembangkan pembelajaran berdiferensiasi sebagai berikut:

Berpusat pada peserta didik (student-centered learning)

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajarn yang berpusat pada peserta didik. Artinya, pembelajaran direncanakan dengan cermat dan strategis dengan berdasar pada upaya memahami peserta didik secara utuh, serta menempatkan gaya, intelegensi, kemampuan awal, dan berbagai cara belajar peserta didik sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran (Gregory dan Chapman, 2002: 35).

Berpusat pada kurikulum (curriculum-centered learning)

Pembelajaran berdiferensiasi tidak mengubah konsep dan tujuan kurikulum. Pembelajaran ini lebih menekankan kreativitas dalam menyelaraskan perangkat pembelajaran.

Diferensiasi materi pembelajaran (diferrenciated-content)

Diferensiasi materi pembelajaran berarti materi pembelajaran yang diberikan tidak bersifat sama rata untuk semua peserta didik. Oleh sebab itu, pendidik harus mampu menyeleksi materi pembelajaran sesuai dengan minat, pengetahuan awal, dan gaya belajar peserta didik.

Referensi:

  1. Dewantara, K. H. (1977). Karya Ki Hajar Dewantara. Yogyakarta: Majelis Luhur. Persatuan Taman Siswa.
  2. Gregory, G. H., & Chapman, C. (2007). Differentiated Instructional Strategies. Thousand Oaks, CA Corwin Press
  3. Tomlinson C. (1999). The differentiated classroom: Responding to the needs of all learners. Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development.
  4. Tomlinson C. (2001). Reconcilable Differences: Standards-based Teaching and Differentiation.. Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development.


×
Artikel Terbaru Update