Pengalihan
dari BBM ke bahan bakar alternatif merupakan langkah yang tepat untuk
menghadapi kelangkaan BBM. Namun masyarakat sudah ketergantungan akan
penggunaan BBM sebagai bahan bakar utama. Salah satu bahan bakar alternatif
pengganti BBM selain listrik dan gas adalah Briket.
Briket adalah bahan bakar yang terbuat dari arang (sekam, bakau, dan batok kelapa) dengan proses penghancuran, pengadonan, pencetakan dan pemanggangan (oven). Briket memiliki beberapa bentuk seperti balok, segi lima, dan lain-lain. Briket sendiri dapat dipergunakan sebagai bahan pemanas ruangan serta bahan bakar untuk memasak. Kalimantan Barat merupakan Propinsi yang memiliki banyak bahan pokok untuk pembuatan briket seperti banyaknya perkebunan kelapa, hutan bakau, dan pertanian padi. Briket sangat cocok untuk dijadikan usaha unggulan di wilayah Kalbar.
Sebagai contoh usaha briket yang dilakoni oleh Awang Adriansyah. Usaha ini sudah mulai digeluti oleh beliau sejak tahun 2005 yang berawal dari ketertarikan akan limbah bekas pembuatan kopra dan belum dimanfaatkan secara optimal. “Bahan baku yang terbuat dari arang dihancurkan/ digiling hingga menjadi tepung atau bubuk kemudian dimasukan ke mesin pengaduk(mixer) ditambah perekat yang terbuat dari tapioca hingga menjadi adonan.” Ungkap Awang menjelaskan. Selanjutnya adonan tersebut dipress system ulir dan sistem press hidrolit hingga menjadi cetakan. Cetakan yang sudah jadi dipanggang dengan menggunakan oven hingga menjadi briket yang berkualitas. “Dalam memanggang harus dilihat kebersihan dan dijaga panasnya”. Tambah Awang. Dalam pemanggangan, Awang memegang kendali langsung karena tingkat kualitas dari briket itu ditentukan dalam proses pemanggangannya. Tidak hanya itu untuk menciptakan briket yang berkualitas beliau selalu memberikan pemahaman kepada karyawannya agar dalam proses pembuatan briket sesuai dengan ketentuan.
Pelanggan lokal untuk briket yang Awang kelola berasal dari berbagai daerah seperti Pontianak, singkawang, sintang, dan sosok serta pulau Jawa. Sedangkan di pasar internasional Awang mengekspor ke Arab Saudi sebanyak 54 ton, Pancis sebanyak 24 ton, dan akan mengirim 23 ton ke Korea Selatan. Rata-rata briket yang di ekspor terbuat dari bahan arang batok kelapa karena memiliki kualitas terbaik dari bahan yang lainya. Briket yang dijual di pasar local harga Rp2.500/kg. (Jalur Borneo Magzine/ AGUS HERNUDIN
Briket adalah bahan bakar yang terbuat dari arang (sekam, bakau, dan batok kelapa) dengan proses penghancuran, pengadonan, pencetakan dan pemanggangan (oven). Briket memiliki beberapa bentuk seperti balok, segi lima, dan lain-lain. Briket sendiri dapat dipergunakan sebagai bahan pemanas ruangan serta bahan bakar untuk memasak. Kalimantan Barat merupakan Propinsi yang memiliki banyak bahan pokok untuk pembuatan briket seperti banyaknya perkebunan kelapa, hutan bakau, dan pertanian padi. Briket sangat cocok untuk dijadikan usaha unggulan di wilayah Kalbar.
Sebagai contoh usaha briket yang dilakoni oleh Awang Adriansyah. Usaha ini sudah mulai digeluti oleh beliau sejak tahun 2005 yang berawal dari ketertarikan akan limbah bekas pembuatan kopra dan belum dimanfaatkan secara optimal. “Bahan baku yang terbuat dari arang dihancurkan/ digiling hingga menjadi tepung atau bubuk kemudian dimasukan ke mesin pengaduk(mixer) ditambah perekat yang terbuat dari tapioca hingga menjadi adonan.” Ungkap Awang menjelaskan. Selanjutnya adonan tersebut dipress system ulir dan sistem press hidrolit hingga menjadi cetakan. Cetakan yang sudah jadi dipanggang dengan menggunakan oven hingga menjadi briket yang berkualitas. “Dalam memanggang harus dilihat kebersihan dan dijaga panasnya”. Tambah Awang. Dalam pemanggangan, Awang memegang kendali langsung karena tingkat kualitas dari briket itu ditentukan dalam proses pemanggangannya. Tidak hanya itu untuk menciptakan briket yang berkualitas beliau selalu memberikan pemahaman kepada karyawannya agar dalam proses pembuatan briket sesuai dengan ketentuan.
Pelanggan lokal untuk briket yang Awang kelola berasal dari berbagai daerah seperti Pontianak, singkawang, sintang, dan sosok serta pulau Jawa. Sedangkan di pasar internasional Awang mengekspor ke Arab Saudi sebanyak 54 ton, Pancis sebanyak 24 ton, dan akan mengirim 23 ton ke Korea Selatan. Rata-rata briket yang di ekspor terbuat dari bahan arang batok kelapa karena memiliki kualitas terbaik dari bahan yang lainya. Briket yang dijual di pasar local harga Rp2.500/kg. (Jalur Borneo Magzine/ AGUS HERNUDIN