a.
Kontruktivisme
Kontruktivisme yaitu mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya, (dalam Sumiati dan Asra, 2009: 14). Menurut
Rosalin (2008: 6) berpendapat bahwa
kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam
struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pembelajaran melalui pendekatan kontekstual pada
dasarnya mendorong siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya melalui proses
pengamatan dan pengalamannya. Siswa didorong untuk mampu mengkontruksi
pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata.
b.
Menemukan (Inquiry)
Menemukan adalah bagian inti dari kegiatan pembelajaran
kontekstual. Piaget (dalam Rosalin, 2008: 61),
mengemukakan bahwa
“Metode inquiry merupakan
metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi tertentu untuk melakukan
eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan
sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban sendiri serta
menghubungkan penemuan yang satu dengan yang lain, membandingkan apa yang
ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain”.
c. Bertanya (Questioning).
Bertanya adalah salah satu strategi utama dalam
pembelajaran CTL. Menurut Rosalin (2008: 55), bertanya merupakan kegiatan guru
untuk mendorong dan menilai tingkat kemampuan berpikir peserta didik.
d.
Masyarakat belajar (Learning
Community)
Menurut Sumiati dan Asra (2009: 16),
masyarakat belajar, yaitu menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam
kelompok). Hasil belajar
dapat diperoleh dari hasil sarring dengan orang lain, antar teman, antar
kelompok, yang sudah tahu memberitahu yang sudah tahu, yang punya pengalaman
berbagi pengalaman dengan orang lain. Masyarakat belajar adalah masyarakat yang
saling membagi.
e.
Permodelan (Modeling)
Permodelan yaitu menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, (Sumiati dan
Asra, 2009: 16). Siswa akan lebih mudah memahami dan menerapkan proses dan hasil
belajar jika dalam pembelajaran guru menyajikan dalam bentuk model, bukan hanya
berbentuk lisan. Model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa dan dapat didatangkan dari luar. Penggunaan
model akan membantu dalam pemahaman gejala dari suatu konsep yang abstrak.
f.
Refleksi (Reflection)
Refleksi
adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang
apa-apa yang sudah kita lakukan pada masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa
yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang baru atau
revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Menurut Sumiati dan Asra (2009: 17),
refleksi yaitu melakukan refleksi akhir pertemuan pembelajaran. Refleksi ini
merupakan ringkasan dari pembelajaran yang telah disampaikan guru. Siswa
mengungkapkan, lisan atau tulisan, apa yang telah mereka pelajari.
g.
Penilaian
sebenarnya (Authentic Assessment).
Sumiati dan Asra (2009: 17), menjelaskan penilaian sebenarnya yaitu melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Penilaian bisa dengan cara guru memberikan pertanyaan berdasarkan isi
pelajaran. Tugas guru adalah menilai sejauh mana keberhasilan pembelajaran.