Pulau Kalimantan atau yang dikenal dengan sebutan Pulau Borneo, memilki banyak keunikan yang belum banyak di publikasi. Baik dari segi alam, budaya, sejarah dan bagian kehidupan lainnya. Hal ini disebabkan penduduk pulau ini, terlambat dalam pengetahuan. Mungkin karena sistem pendidikan yang dibangun tidak tepat untuk negara yang memilki banyak pulau seperti Indonesia ini. Namun tidak memudarkan kami sebagai penduduk pulau ini untuk terus berkreasi dan menambah wawasan serta membagikannya kepada masyarakat dunia, walau itu adalah hasil jerih payah aktivis yang peduli dengan pulau kami. Ini adalah salah satu hasil jerih payah mereka yang saya kutip dari berbagai sumber yaitu tentang hewan langka dari pulau Kalimantan.
1. Kucing Merah Hutan Borneo
Kucing Merah (Pardofelis badia) di wilayah hutan lindung Kalabakan, Sabah, Malaysia, tertangkap kamera. | Oliver Wearn/SAFE Project |
Dengan menggunakan kamera jebak, ilmuwan berhasil memotret beberapa spesies kucing langka di dunia yang mendiami wilayah Borneo. Salah satu spesies kucing yang tertangkap kamera adalah kucing merah (Pardofelis badia).
Spesies kucing dengan ekor panjang dan bulu berwarna kemerahan itu pernah tertangkap kamera pada tahun 2003. Namun, setelahnya, jenis kucing itu sempat diklasifikasikan sebagai hewan punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Foto yang didapatkan pada tahun 2009 dan 2010 kemudian menegaskan masih eksisnya spesies itu. Di lokasi yang sama, ilmuwan juga mendapatkan foto empat jenis kucing langka lainnya, yaitu macan dahan Kalimantan (Neofelis diardi), kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis), kucing hutan kepala datar (Prionailurus planiceps), serta kucing batu (Pardofelis marmorata). Tiga dari empat jenis kucing itu dikategorikan terancam oleh IUCN.
Foto kucing merah didapatkan dari hasil studi ilmuwan Zoological Society of London dan Imperial College London di hutan lindung Kalabakan, Sabah, Malaysia. Ilmuwan mengungkapkan, masih banyak yang belum diketahui tentang spesies kucing merah. Hewan itu sangat pemalu dan kepadatan populasinya rendah. Menurut perkiraan, populasi jenis itu di alam liar kurang dari 2.500 individu dewasa. Pada 12 tahun ke depan, populasinya diperkirakan akan turun 20 persen.
2. Gajah Pygmy
Gajah Pygmy. Sumber Foto: www.theacehglobe.com |
Gajah borneo berukuran kecil, yang sering disebut Gajah pygmy dan bernama ilmiah Bornean pygmy elephant, diperkirakan bukanlah gajah asli dari Borneo. Sebuah publikasi terbaru yang dilansir World Wild Fund for Nature (WWF) melaporkan, bahwa populasi gajah tersebut kemungkinan merupakan ras gajah Jawa terakhir yang secara tidak sengaja berhasil diselamatkan dari kepunahan oleh Sultan Sulu beberapa abad yang lalu.
Asal-usul Gajah pygmy, yang populasinya tersebar dari ujung timur laut hingga ke jantung Pulau Borneo tersebut, sejak lama menjadi misteri. Tampilan dan perilaku gajah ini berbeda dengan gajah Asia lainnya. Para ilmuwan pun mempertanyakan mengapa mereka tidak tersebar ke bagian lain dari Pulau Borneo.
Namun laporan yang baru dipublikasikan WWF (18/4) mendukung keyakinan masyarakat lokal yang selama ini percaya bahwa gajah-gajah tersebut dibawa ke Borneo beberapa abad yang lalu oleh Sultan Sulu – sekarang adalah Filipina, Kemudian diterlantarkan di hutan Borneo. Gajah-gajah Sulu tersebut kemudian dianggap berasal dari Jawa.
3. Binatang Hantu (Tarsius bancanus)
Tarsius bancanus |
Hewan ini dapat ditemukan di hutan dataran rendah di Sumatera bagian tenggara, Bangka, Belitung, Kalimantan dan Kepulauan Natuna. Hewan kecil ini berukuran kira-kira sebesar tikus, panjang tubuhnya 340-400 mm. Ekornya ramping sepanjang 165-200 mm dan tidak berbulu kecuali pada bagian ujungnya. Rambutnya halus seperti wol, tebal pada bagian punggung, pinggirnya halus dan semakin tipis pada bagian tenggorokan dan perut. Warna rambut terang kemerahan dan makin kemerahan pada di kepala dengan coklat kekuningan pada lengan dan dahi bawah. Merupakan hewan karnivora. Binatang bermata besar ini memakan ketam kecil, laba-laba, kadal, atau serangga dan binatang kecil lainnya.
4.Ular Misterius.
HUTAN belantara Kalimantan yang belum terjamah manusia memang menyimpan sejuta misteri. Terutama mengenai binatang melata jenis ular. Beberapa waktu lalu seekor ular raksasa yang tertangkap foto saat meliuk-liuk di Sungai Baleh (termasuk Kuching, Malaysia) dan ular sebesar drum yang berpapasan dengan longboat di Kutai Barat Kalimantan Timur. Kini di kalangan pengguna internet dihebohkan lagi dengan adanya penemuan ular berkepala sepuluh dan foto bangkai ular raksasa yang diangkat menggunakan eskavator. Konon, ular berkepala sepuluh ditemukan di Kota Waringin Barat Kalimantan Tengah. Sedangkan foto bangkai ular raksasa menurut informasi yang beredar ditemukan oleh para pekerja tambang di wilayah Tanah Hulu dekat Kota Bangun Kalimantan Timur.
Foto ini di ambil pada tahun 2007 di Kabupaten Kutai Timur Propinsi Kalimantan Timur tepatnya di daerah Kecamatan Bengalon di pinggiran hutan sungai bengalon. Ular yang di temukan ini hanya melingkar di pohon saja karena sangat besar dan hanya menunggu mangsa saja yang lewat untuk di lilit dan di terkam. Di Kalimantan Barat, khususnya di daerah Kapuas Hulu dulu sering ditemukan ular sebesar ini. Namun pada waktu dulu kamera sangat terbatas. Sekarang akan sulit ditemukan seiring hutan-hutan di Kalimantan kian terkikis akibat pembabatan hutan untuk perkebunan sawit. Selain itu, ada juga penemuan spesies baru yang belum ditemukan di tempat lain. Yakni seekor ular ‘cantik’ yang selalu menyembunyikan kepalanya jika merasa terancam. Ular ini tidak berbahaya dan mirip dengan jenis ular susu (milk snake) dari Amerika.
Berbagai spekulasi tentang adanya ular raksasa di Kalimantan menjadi perdebatan di kalangan internasional. Ada yang percaya dan ada juga yang menyangsikannya. Meski demikian, sejumlah ilmuan tertarik untuk melakukan penelitian di tanah borneo ini.
5. Pesut
Pesut. Foto: andimanwno.files.wordpress.com |
Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang berlumpur). Tubuh Pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat dibagian bawah – tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada paruh. Sirip dada lebar membundar.
Panjangnya mencapai 1 m dengan berat mencapai 10 kg saat bayi, dan dapat mencapai 2,3 m dengan berat mncapai 130 kg saat dewasa. Dahulu pesut pernah ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi sekarang pesut menjadi satwa langka. Kecuali di sungai Mahakam, di tempat ini habitat Pesut Mahakam dapat ditemukan ratusan kilometer dari lautan yakni di wilayah kecamatan Kota Bangun, kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat hewan pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai di perairan Sungai Mahakam, Danau Semayang, dan Danau Melintang.
Populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama makin sibuknya lalu-lintas perairan sungai Mahakam, serta tingginya tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan terancam akibat terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.
6. Barbourula Kalimantanensis
Diakui oleh para ilmuwan sebagai kodok tidak berparu-paru pertama di dunia. Hewan yang langka ini bernapas seluruhnya melalui kulit. Tanpa paru-paru memungkinkan hewan ini untuk memiliki bentuk yang lebih aerodinamik untuk membantunya bermanuver di sungai-sungai Kalimantan yang deras.
7. Eirmotus Insignis
Ikan sepanjang 1,5 inchi ini memiliki gerakan yang lambat dan lembut, merupakan salah satu jenis ikan dari 17 ikan baru yang ditemukan di kalimantan. Ikan ini jika di daerah Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat dikenal dengan sebutan Ikan Ulang Uli. Ikan ini banyak di temukan di daerah sungai kapuas. Biasa ikan ini di tangkap sebagai ikan hias dan cukup susah ditangkap karena hanya ditemukan di daerah-daerah tertentu.
Sebenarnya masih banyak hewan langka di Kalimantan dan tidak ada di belahan dunia lainnya. Perlu penelitian dan pencarian lanjut. Namun semakin tergerusnya hutan yang ada di Kalimantan membuat hal tersebut hampir tidak mungkin untuk dilanjutkan. Sumber: dari berbagai referensi