Jumlah penduduk Indonesia yang terus
bertambah tidak dibarengi ketersediaan pangan. Lahan pertanian yang sempit
makin disesaki bangunan, ruko atau perumahan. Potret itu memacu terjadinya
kelaparan dan kekurangan gizi sekalipun Indonesia sempat dijuluki negara
agraris yang mampu swasembada pangan. Hingga kini, pemerintah belum serius
membuat kebijakan terkait masalah serius yang dihadapi kaum petani Indonesia,
lahan pertanian yang kian kritis. Petani sendiri masih manja dengan subsidi
pupuk dan pestisida kimia dari pemerintah.menurut
Penelitian Dr Ir Ni Luh Kartini, MS “menyebut, beberapa lokasi pertanian, bahan
organik tanah hanya kurang dari 1%. Padahal, secara normal minimal 5%.
“Tanah-tanah pertanian tidak lama lagi akan menjadi kawasan gurun jika petani terus
menggunakan pupuk dan pestisida kimia,”
Selain itu, penggunaan bibit unggul yang terus digembar-gemborkan pemerintah
tidak lebih hanya membuat rakus pemakaian pupuk dan pestisida kimia. Minimal
ada 14 jenis unsur hara yang selama ini dibutuhkan tanaman tidak cukup hanya
diberi pupuk buatan. Masyarakat justru tidak menghargai alam yang telah memberi
aneka unsur hara dan berorientasi pada materi (uang), bukan pada proses dan
keberlanjutan alam. Hasil penelitian World Health Organization (WHO) pada tahun
1994 diungkapkan 20% air susu ibu sudah terkontaminasi pestisida. Hal itu
berdampak pada penurunan kecerdasan anak. Masalah tersebut belum termasuk
pengawetan, pewarna, penyedap makanan dan udara yang tercemar. Sementara Prof
Dr Ir Dewa Ngurah Suprapta, M.Sc menilai, “pertanian berkelanjutan yang
memperhitungkan kelestarian alam justru menjadi impian masyarakat secara
global. Pertanian dengan menggunakan semaksimal mungkin faktor alam, baik
berupa pupuk, pestisida, sarana produksi maupun keamanan lingkungan. “Pertanian
tersebut secara fisik, ekologis maupun ekonomis harus menguntungkan petani”.
Kalimantan Barat, yang memiliki kekayaan
alam yang melimpah serta memiliki lahan yang sangat luas di bandingkan dengan
provinsi lain harus memiliki sesuatu formula baru dalam menunjang penghidupan
masyarakat khususnya di bidang pertanian.
Teknologi (EM) Effective Microorganisms salah formula baru yang dapat di
kembangkan di tanah KAL-BAR. Apa yang dimaksud Teknologi (EM) Effective
Microorganisms?
EM merupakan kultur campuran dari microorganisms yang menguntungkan bagi
pertumbuhan tanaman. EM diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan
kergaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang
selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas
produksi tanaman. Disamping diterapkan pada tanah dan tanaman, EM juga dapat
diterapkan dalam pengolahan limbah untuk mempercepat penguraian air limbah,
memperbaiki tanah dasar tambak untuk mempercepat pertumbuhan ikan dan udang,
disemprotkan pada kandang ternak untuk menghilangkan polusi bau pada limbah
ternak, dicampurkan pada air minum dan makanan ternak untuk memperbaiki
mikroorganisme yang ada dalam perut ternak sehingga pertumbuhan dan produksi
ternak menjadi meningkat. Mikroorganisme yang terdapat di dalam EM terdiri
dari: Lactobacillus (bakteri asam laktat), bakteri fotosintetik, Actinomycetes,
Strepmyces sp, dan ragi. EM meningkatkan fermentasi limbah dan sampah organik,
meningkatkan ketersediaan nutrisi terhadap tanaman serta menekan aktivitas
serangga hama dan mikroorganisme patogen.
Cara kerja EM telah dipublikasikan secara ilmiah yang menunjukan bahwa EM dapat
(a) menekan pertumbuhan patogen tanah, (b) mempercepat fermentasi limbah dan
sampah organik, (c) meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada
tanaman, (d) meningkatkan aktivitas mikroorganisme indogenus yang
menguntungkan, seperti ; Mycorhiza, Rhizobium, bakteri pelarut, fosfat, dll.
(e) Memfiksasi nitrogen, (f) Mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia.
Dengan cara tersebut EM dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pathogen yang
selalu merupakan masalah pada budidaya monokultur dan budidaya tanaman
sejenissecara terus menerus (continuous cropping). EM memfermentasikan
sisa-sisa pakan dan kulit udang/ikan pada tanah dasar tambak, sehingga gas
beracun (metan, dan H2S, Mercaptan, dll) dan panas pada tanah dasar tambak
menjadi hilang, untuk selanjutnya udang/ikan dapat hidup dengan baik. Dengan
cara yang sama EM juga memfermentasikan limbah dan kotoran ternak, hingga
lingkungan kandang menjadi tidak bau, ternak tidak mengalami stress sehingga
nafsu makannya meningkat. EM yang diminumkan dengan dosis 1 : 1000 pada minuman
ternak, hidup dalam usus ternak, berfungsi untuk menekan populasi mikroorganisme
pathogen di dalam usus sehingga ternak menjadi sehat. Hasil penelitian telah
membuktikan bahwa pemberian EM sebanyak 4 kali pada tanaman setahun, contohnya
padi, sayur, palawija, dll. Dari minggu pertama sampai menggu keenam, dalam
interval waktu 7-10 hari, dapat memperpanjang efektivitas EM. Pada tanaman
tahunan, seperti karet, kopi, panili, anggur, dll, EM diaplikasikan secara
kontinyu dalam interval waktu 3-4 minggu.
Hal tersebut dapat menjamin populasi EM yang tinggi di dalam tanah sampai
tanaman melewati periode kritis akibat stres lingkungan (kekeringan, kepanasan,
gulma, patogen). Dalam periode kritis tersebut, tanaman paling banyak
kehilangan kemampuan produksinya. Akan tetapi, dengan perlakuan EM, tanaman
akan melewati periode kritis dengan baik, penampakan tanaman menjadi tegar,
sehat dan tahan terhadap stres lingkungan.
Kombinasi perlakuan EM dan pupuk organic (pupuk kandang, pupuk hijau, kompos,
dll) akan mempercepat perkembangan populasi EM di dalam tanah, sehingga
efektivitasnyapun meningkat. EM terdiri dari 5 (lima) jenis mikroorganisme
utama, yaitu bakteri fotosintetik, ragi, Lactobacillus, Actinomycetes dan
Streptomyces, yang bekerja secara sinergis (saling menunjang) untuk menyuburkan
tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. (a) Bakteri fotosintetik berfungsi
untuk mengikat nitrogendari udara bebas,memakan gas-gas beracun dan panas dari
hasil proses pembusukan, sehingga polusi di dalam tanah menjadi berkurang. (b)
Ragi berfungsi untuk memfermentasi bahan organik tanah menjadi senyawa-senyawa
organic (dalam bentuk alkohol, gula, dan asam amino) yang siap diserap oleh
perakaran tanaman. (c) Lactobacillus berfungsi untuk memfermentasi bahan
organik menjadi senyawa-senyawa asam laktat yang dapat diserap oleh tanaman.
(d) Actinomycetes dan Streptomyces berfungsi untuk menghasilkan senyawa-senyawa
antibiotik yang bersifat toksik terhadap patogen/penyakit, serta dapat
melanjutkan ion-ion fosfat dan ion-ion mikro lainnya. Selain itu teknologi EM
juga sebagai cara pembuatan pupuk Kompos yang dibuat dengan teknologi disebut
Bokashi. Bahan bakunya dapat terdiri baerbagi bahan organic, seperti misalnya
jerami padi, pupuk kandang, dedak.(Di terbitkan Oleh Majalah Jalur Kalbar/WAHYU SETIAWAN )