1. Pengertian
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) menurut Rusman (2010: 202), merupakan
“Bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen”. Sementara
menurut (Isjoni, 2009: 15) “Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
siswa kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok
heterogen”.
Isjoni (2009: 23) menyatakan bahwa :
Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini
banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada
siswa (Student Orianted), terutama
untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang
tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli
yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam
berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.
Anita Lie
(Isjoni, 2009: 23) menyebutkan bahwa :
Pembelajaran Kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu
sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur, lebih jauh
dikatakan, pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah berbentuk
kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk
mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli diatas belajar
dengan model Kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani
mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman dan saling memberikan
pendapat (Sharing idea). Selain itu
dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal atau pemecahan
masalah. Oleh sebab itu, pembelajaran Kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan
karena siswa dapat bekerjasama dan saling tolong-menolong mengatasi tugas yang
dihadapinya.
2. Unsur-unsur
Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson (Anita Lie, 2008: 31) mengatakan
bahwa 5 unsur pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
a.
Saling ketergantungan positif yakni
sifat yang menunjukkan saling ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam
kelompok secara positif.
b.
Tanggung jawab perseorangan yakni
bahwa setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk
menyelasaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok.
c.
Tatap muka yakni bahwa setiap
kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
d.
Komunikasi antar anggota yakni dalam
berdiskusi atau kerjasama diperlukan adanya komunikasi antar anggota.
e.
Evaluasi proses kelompok merupakan
proses perolehan jawaban permasalahan yang dikerjakan oleh kelompok secara
bersama-sama.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh
para ahli pendidik. Hal ini di karenakan berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Slavin (Rusman, 2010: 205) dinyatakan bahwa :
1.
Penggunaan pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap
toleransi, dan menghargai pendapat orang lain;
2.
Pembelajaran kooperatif dapat
memenuhi kebutuhan siswa dalam berfikir kritis, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.
Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif
diharapkan mampu meningkatkan kulitas pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa
unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : 1) Saling
ketergantungan positif, 2) Tanggung jawab perseorangan, 3) Tatap muka, 4)
Komunikasi antar anggota, 5) Evaluasi proses kelompok.
3. Karakteristik Model
Pembelajaran Kooperatif
Rusman (2010: 207) mengatakan bahwa karakteristik atau
ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)
Pembelajaran secara tim
Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat siswa belajar. Setiap
anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2)
Didasarkan pada manajemen kooperatif
Manajemen
kooperatif mempunyai tiga fungsi, yaitu: (a) fungsi manajemen sebagai
perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan, (b) fungsi manajemen sebagai organisasi, fungsi
manajemen sebagai kontrol.
3)
Kemauan untuk bekerjasama
Keberhasilan
pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh
karenanya prinsip kebersamaan atau kerjasama perlu ditekankan dalam
pembelajaran kooperatif.
4)
Keterampilan bekerjasama
Kemampuan
bekerjasama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran
secara berkelompok.
4. Prosedur
Pembelajaran Kooperatif
Rusman (2010: 212) mengatakan bahwa prosedur atau
langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat
tahap, yaitu sebagai berikut :
a.
Penjelasan Materi, tahap ini
merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa
belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa
terhadap pokok materi pelajaran.
b.
Belajar kelompok, tahapan ini
dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam
kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
c.
Penilaian, penilaian dalam
pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan
secara individu atau kelompok.
d.
Pengakuan tim, adalah penetapan tim
yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian
diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk
terus berprestasi lebih baik lagi.
5. Penataan Ruang
Kelas Kooperatif
Dalam metode pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning), penataan ruang
kelas perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu. Bangku perlu ditata
sedemikian rupa sehingga semua siswa bisa melihat guru/papan tulis dengan
jelas, bisa melihat rekan-rekan kelompoknya dengan baik, dan berada dalam
jangkauan kelompoknya dengan merata. Kelompok bisa dekat satu sama lain, tetapi
tidak mengganggu kelompok yang lain dan guru bisa menyediakan sedikit ruangan
kosong di salah satu bagian kelas untuk kegiatan lain (AnitaLie, 2008: 52).
Adapun kemungkinan beberapa model penataan bangku yang
bisa dipakai:
1)
Meja tapal kuda : meja
berkelompok di ujung meja
2)
Meja panjang : siswa
berkelompok di ujung meja
3)
Penataan tapal kuda :
siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
4)
Meja labolatorium :
tugas individu dan tugas kelompok melibatkan kursi.
5)
Meja kelompok : siswa
berkelompok dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan.
6)
Klasikal : siswa dalam
satu kelompok ditempatkan berdekatan.
7)
Meja berbaris : dua kelompok
duduk berbagi satu meja
8)
Bangku individu dengan
meja tulisnya.
Penataan Ruang Kooperatif Kagan (Anita Lie, 2007:53)