1. Pengertian Kreatifitas Belajar
Kreativitas adalah hasil dari interaksi
antara individu dan lingkungannya seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan dimana ia berada dengan demikian baik berubah di dalam individu maupun
di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif
(Munandar, 1995 : 12).
Kreatifitas juga diartikan sebagai
kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan
maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya
(Supriyadi, 1994 : 7).
Secara psikoligis, belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. “belajar juga adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2).
Ahli pendidikan modern merumuskan bahwa
belajar adalah suatu bentuk pertmbuhan
atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah
laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Aqib, 2003 : 42). Belajar
merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia dan berlangsung
seumur hidup (Rohadi, 2003 : 4). Dengan demikian belajar merupakan usaha yang
dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah
prilakunya, jadi hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan prilaku yang
relatif permanen pada diri orang yang belajar.
Tornace dan Myres dikutip oleh Triffinger
(1980) dalam Semiawan dkk (1987:34) berpendapat bahwa belajar kreatif adalah
“menjadi peka atausadar akan masalah, kekuarangan-kekurangan, kesenjangan dalam
pengetahuan, unsur-unsur yang tidak ada, ketidak harmonisan dan sebagainya.
Mengumpulkam informasi yang ada, membataskan kesukaran, atau menunjukkan
(mengidentifikasi) unsur yang tidak ada, mencari jawaban, membuat hipotesis,
mengubah dan mengujinya, menyempurnakan dan akhirmnya mengkomunikasikan
hasil-hasilnya” .
Sedangkan proses belajar kreatif menurut
Torance dan Myres berpendapat bahwa proses belajar kreatif sebagai :
“keterlibatan dengan sesuatu yang berarti, rasa ingin tahu dan mengetahui dalam
kekaguman, ketidak lengkapan, kekacauan, kerumitan, ketidakselarasan,
ketidakteraturan dan sebagainya.
Kesederhanaan dari struktur atau
mendiagnosis suatu kesulitan dengan mensintesiskan ionformasi yang telah
diketahui, membentuk kombinasi dan mendivergensi dengan menciptakan
alternatif-alternatif baru, kemungkinan-kemungkinan baru, dan sebagainya.
Mempertimbangkan, menilai, memeriksa, dan menguji kemungkinan-kemungkinan baru,
menyisihkan, memecahkan yang tidak berhasil, salah dan kurang baik, memilih
pemecahan yang paling baik dan membuatnya menarik atau menyenangkan secara
estesis, mengkonunikasi hasi-hasilnya kepada orang lain” (Semiawan, DKK. 1987 :
35).
Dengan demikian dalam belajar kreatif harus
melibatkan komponen-komponen pengalaman belajar yang paling menyenangkan dan
paling tidak menyenangkan lalu menemukan bahwa pengalaman dalam proses belajar
kreatif sangat mungkin berada di antara
pengalaman-penglaman belajar yang sangat menenangkan, pengalama-pengalaman yang
sangat memberikan kepuasan kepada kita dan yang sangat bernilai bagi kita.
Jadi kreativitas belajar dapat diartikan
sebagai kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa
kemampuan mengembangkan kemampuan
formasi yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang berupa
pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya.
Refinger (1980 : 9-13) dalam Conny Semawan
(1990:37-38) memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting.
- Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
- Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
- Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
- Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.
Sebagaimana halnya dengan pengalaman
belajar yang sangat menyenangkan, pada belajar kreatif kita lihat secara aktif
serta ingin mendalami bahan yang dipelajari. Dalam proses belajar secara
kreatif digunakan proses berfikir divergen (proses berfikir ke macam-macam arah
dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaian) dengan proses berfikri
konvergen (proses berfikir yang mencari jawaban tunggal yang paling tepat)
berfikir kritis.
Gagasan-gagasan yang kreatif, hasil-hasil
karya yang kreatif tidak muncul begitu saja, untuk dapat menciptakan sesuatu
yang bermakna dibutuhkan persiapan. Masa seorang anak duduk di bangku sekolah
termasuk masa persiapan ini karena mempersiapkan seseorang agar dapat
memecahkah masalah-masalah. Demikianlah semua data (pengalaman) memungkinkan
seorang mencipta, yaitu dengan mengabung-gabungkan (mengkombinasikan) menjadi
sesuatu yang baru.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh seorang guru yang professional dalam menyusun program pembelajaran yang
dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar yaitu :
1. Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif
a.
Memberikan Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang
menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu
diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku
apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang
berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan
meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih
terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan
sebanyak mungkin untuk itu diberikan
pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan
terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
b.
Pengaturan Fisik
Membagi siswa dalam kelompok untuk
mengadakan diskusi kelompok.
c.
Kesibukan Dalam Kelas
kegiatan belajar secara kreatif sering
menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara siswa oleh karena itu
guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan dan
sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus dapat membedakan kesibukan
yang asyik sert suara-suara yang produktif yang menunjukkan bahwa siswa
bersibuk diri secara kreatif.
d.
Guru sebagai Fasilitator
Guru dan anak yang berbakat lebih berperan
sebagai fasilitator dari pada sebagai pengarah yangmenentukan segalagalanya
baigsiswa. Sebagai fasilitator gurumendorong siswa (memotivator) untuk
menggabungkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Guru harus terbuka
menerima gagasa dari semua siswa dan gur harus dapat menghilangkan ketakutan,
kecemasan siswa yang dapt menghambat dan pemecahan masalah secara keatif
(Munandar, 1992 : 78-81).
2. Mengajukan dan mengundang pertanyaan
Dalam proses belajar mengjar, diperlukan
keterampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa maupun dalam
mengundang siswa untuk bertanya.
a.
Tehnik Bertanya
Pertanyaan yang merangsang pemikiran
kreatif adalah pertanyaan semacam divergen atau terbuka. Pertanyaan semacam ini
membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan
hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka.
Dengan mengajukan pertanyaan, guru
memperoleh informasi yang berharga dan berguna untuk :
- Menimbulkan minat dan motivasi siswa untuk berperan serta aktif.
- Menilai persiapansiswa ddan sejauh mana siswa telah menguasai bahan yang diberikan sebelumnya.
- Mengulang kembali dan meringkas apa yang telah diajarkan.
- Membantu siswa melihat hubungan-hubungan baru.
- Merangsang pemikiran kritis dan pengembangan sikap bertanya
- Merangsang siswa untuk mencari sendiri pengetahuan tambahan
- Menilai pencapaian tujuan dan sasaran belajar (Munandar, 1999 : 84)
b.
Metode Diskusi
Dalammetode dikusi, peran guru dangat
menentukan keberhasilan, guru berperan sebagai pasilitator yang mengenalkan
masalah kepada siwa dan memberikan informasi seperlunya yang mereka butuhkan
unutk membahas masalah. Guru memang diperlukan misalnya jika timbul kemacetan
dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan yang tersembunyi agar siswa
tidak terlalu menyimpang dari arah yang dituju.
c.
Metode Inquiri-Discovery
pendekatan inquiry (pengajuan pertanyaan,
penyelidikan) dan discopery (penemuan) dalambelajar penting dalan proses
pemecahanmasalah.
Ada tiga tahap dalam proses pemecahan
masalah melalui inquiry, pertamma adanya kesadaran bahwa ada masalah. Hal ini
merupakan factor yang memotivasi siswa untuk melanjutkan dengan merumuskan
masalah (tahap kedua), pada tahap ini masalah dirumuskan dan timbul
gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Melalui inquiry
informasi mengenai masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah mencari atau menjajaki (searching). Pada tahap pertanyaan
dan informasi dihubungkan dengan perumusan hipotesis. Keativitas berkaitan erat
dengan proses perumusan hipotesis, yaitu dalam mengajukan pertnayaan dan
hipotesis dalam mneghubungakan fakta yang diketahui dan asas-asas untuk
mengembangkan strategi pemecahan, serta harus memperinci dan merumuskan
kebutuhan dalammencari informasi, jadi, semua proses berfikir : kelancaran,
keluwesan (fluksibilitas), orisinilitas, dan pemerincian (elaborasi) temasuk
dalam prosess pemecahan masalah melalui inquiry-diskovery.
Pokok-pokok yang harus dipenuhi oleh guru
dalam pengalaman belajar inquiry adalah :
- Berilah pengalaman permulaan untuk menarik minat siswa agar menanyakan mengenai suatu masalah, konsep, situasi atau gagasan, antara laindenganpenggunaan media, bermain peran dan demonstrasi.
- Berilah siswa materi pelajaran dan situasi yang memungkinkan penyelidikan (ekspolorasi)
- Sediakan sumber-sumber informasi dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada di masyarakat.
- Sediakan peralatan untuk merangsang siswa melakukan eksperimen (percobaan).
- Sediakan waktu untuk berdiskusi, bereksperimen, mencoba-coba dan sebagainya.
- Berilah bimbingan dan perhargaan terhadap pemecahan yang dapat diterima dan terhadap strategi pemecahan.
- Berilah dorongan dan penghargaan terhadap pemecahan yang dapat diterima dan terhadap strategi pemecahan (Munandar, 1999 : 86).
d.
Mengajukan pertanyaan yang menantang (provokatif)
Salah satu cara untuk merangsang daya pikir
kreatif adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang
(provokatif) antara lain dengan menanyakan apa kemungkinan-kemungkinan akibat
apabila suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan suatu
kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan kemungkinan-kemungnkinan
akibat dari suatu situasi yang memang belum pernah terjadi, tetapi siswa harus
membayangkan apa saja kemungkinan-kemungnkinan akibatnya andaikan kejadian atau
situasi itu terjadi di sini.
3. Memadukan perkembangan kognitif (berfikir), afektif (sikap) dan Psikomotorik (perasaan).
Dalam rangka membangun manusia seutuhnya
perlu ada keseimbanganaantara semua aspek perkembangan yaitu perkembangan mental intelektual, perkembangan social,
perkembanan emosi (kehidupan perasaan) dan perkembangan moral.
a.
Ciri-ciri kemampuan berfikir kreatif (aptitude)
- Keterampilan berfikir lancar
- Keterampilan berfikir luwes
- Keterampilan berfikir orisinal
- Keterampilan memperinci
- Keterampilan menilai
b.
Cirri-ciri efektif (nonaptitude)
- Rasa ingin tahu
- Bersifat imajinatif
- Merasa tergantung oleh kemajemukan
- Sifat berani mengambil resiko
- Sifat menghargai (Munandar, 1999 : 88-93).
c.
Menggabung pemikiran divergen dan pemikiran konvergen
Pemikiran konvergen yang menuntut siswa
mencari jawaban tunggal yang paling tepat berdasarkan informasi yang diberikan
sudah tidak asing bagi siswa-siswa sekolah dasar. Pemikiran divergen atau
pemikiran kreatif sebaiknya menuntut siswa mencari sebanyak mungkin jawaban
terhadap suatu persoalan.
d.
Menggabung proses berfikir dengan proses efektif
Contoh :
Berfikir lancar, gabung dengan rasa ingin
tahu siswa yang rasa ingi tahunya kuat akan dapat menghasilkan gagasan-gagasan
atau cara pemecahan masalah
Orisinalitas dalam berfikir akan paling
berhasil jika siswa tidak ragu-ragu dan berani mengamukakan pendapat yang
berbeda dari biasanya dikemukakan siswa-siswa lain.
Contoh kombinasi antara berfikir lentur dan
daya imajinasi :
Guru memberikan suatu cerita yang belum
penyelesaiannya lalu para siswa diminta menggunakan imajinasinya untuk
memikirkan beberapa akhir cerita yang berbeda-beda.
Kombinasi berfikir lancar dan rasa ingin
tahu :
- Siswa diminta untukmenyebut dalam eaktu singkat berbeda-beda di dalam kelas yang benutknya bundar
- Siswa ditugaskan menjajaki lingkungan sekolah untuk mencari tanaman yang berguna.
- Siswa diminta mencari sebanyak mungkin sinonim (kata dengan arti sama) untuk kata tertentu dengan menggunakan kamus atau tanpa kamus (misalnya sinonim untuk indah : bagus, permai).
Kombinasi antara orisinalitas dalam
berfikir dan keberanian mengambil resiko :
Siswa diminta untuk memikirkan jabatan atau
pekerjaan yang ia minati tetapi biasanya jarang dipilih oleh anak-anak dari
jenis kelamin yang sama.
Banyak yang dilakukan para guru untuk
meningkatkan kreativitas siswa-siswanya tanpa memerlukan banyak peralatan atau
bahan-bahan yang mahal. Yang penting ialah guru sendiri harus senang, dalam
arti merasa terdorong mencari variasi tugas-tugas belajar.
Sound (1975) dalam Slameto (2004 : 147-148)
menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui
pengamatan ciri-ciri sebagai berikut :
- Hasrat keingintahuan yang cukup besar
- Bersifat terbuka terhadap pengalaman baru
- Panjang akal
- Keingintahuan untuk menemukan dan meneliti
- Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit
- Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan
- Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas
- Berfikir fleksibel
- Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak
- Kemampuan membuat analisis dan sintesis
- Memiliki semangat bertanya serta meneliti
- Memiliki daya abstraksi yang cukup baik
- Memilii latar belakang membaca yang cukup luas
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreatifitas Belajar Siswa
Kesempatan untuk belajar kreatif ditentukan
oleh banyak factor antara lain sikap dan minat siswa, guru orang tua,
lingkungan rumah dan kelas atau sekolah, waktu, uang dan bahan-bahan (Conny
Seniawan, dkk. 1990).
Menurut Amabile (1989) dalam Munandar
(2004: 113-114) .Ada beberapa factor yang mempengaruhi kreaitvitas belajar
siswa :
a.
Sikap orang tua terhadap kreativitas anak
b.
Strategi mengajar guru
Faktor-faktor diatas dijelaskan sebagai
berikut:
a. sikap orang tua terhadap kreativitas anak
Sudah lebih dari tiga puluhh tahun pakar
psikologis mengemukakan bahwa sikap dan nilai orang tua berkaitan erat dengan
kreativitas anak jika kita menggabung hasil penelitian dilapangan dengan
ori-teori penelitian laboratorium mengenai kreativitas dengan teppsikologis
kita mepperoleh petunjuk bagaimana sikap orang tua secara langsung mempengaruhi
kreativitas anak mereka.
Menurut Amabile (1989 : 103) menegaskan ada
bahwa ada beberapa faktor yang menentukan kreativitas anak ialah :
-
Kebebasan
Orang tua yang percaya untuk memberikan
kebebasan kepada anak cenderung mempunyai anak kreatif. Mereka tidak otoriter,
tidak selalu mau mengawasi dan mereka tidak terlalu membatasi kegiatan anak.
-
Aspek
Anak yang kreatif biasanya mempunyai orang
tua yang menghormati mereka sebagai individu, percaya akan kemampuan mereka
danmengharagai keunikan anak
-
Kedekatan emosional yang sedang
Kreativits anak dapat dihambat dengan
suasana emosional yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan dan terpisah
-
Prestasi Bukan Angka
Orang tua anak kreatif menghargai prestsi
anak, mereka mendorong anak untuk berusaha sebaik-baikknya dan menghsilkan
karya-karya yang baik.
-
Menghargai Kreativitas
Anak yang kreatif memperoleh dorongan dari
orang tua untuk melakukan hal-hal yang kreatif.
b.Strategi mengajar guru
Dalam kegiatan mengajar sehari-hari dapat
digunakan sejumlah strategi khusus yang dapat meningkatkan kreativitas.
1.
Penilaian
Penilaian guru terhadap pekerjaan murid
yang dapat dilakukan dengancara :
Memberi umpan balik berarti daripada evaluasi
yang abstrak dan tidak jelas
Melibatkan siswa dalam menilai pekerjaan
mereka sendiri dan belajar dari kesalahan mereka
Penekanan terhadap “apa yang telah kamu
pelajari” dan bukan pada “bagaimana melakukannya”.
2. Hadiah
Anak senang menerima hadiah dan
kadang-kadang melakukan segala sesuatu untuk memperolehnya. Hadiah yang terbaik
untuk pekerjaan yang baik adalah kesempatan menampilkan danmempresentasekan
pekerjaan sendiri dan pekerjaan tambahan.
3.
Pilihan
Sedapat mungkin berilah kesempatan kepada
anak memilih apa yang nyaman bagi dia selama hal itu sesuain dengan ketentuan
yang ada.
3. Metode dan Teknik Belajar Kreatif
Metode dan tehnik-tehnik belajar kreatif
membantu anak didik berfikir dan mengungkapkan diri secara kreatif, yaitu mampu
memberikan macam-macam gagasan dan macam-macam jawaban dalam pemcahan masalah.:
Adapun tehnik-tehnik belajar kreatif yaitu:
Pemikiran dan perasaan terbuka
Sumbang saran
Daftar pertanyaan yang memacu gagasan
Menyimak sifat benda tau keadaan
Hubungan yang dipaksakan
Pendekatan morfologis
Pemecahan masalah secara kreatif
(Munandar,1999: 100)
Tehnik-tehnik Belajar kreatif dijelaskan
sebagai berikut:
a.
Pemikiran dan perasaan terbuka
Cara yang paling sederhana untuk merangsang
pemikiran kreatif ialah dengan mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempayan
timbulnya berbagai macam jawaban sebagai ungkapan pikiran dan perasaan serta
dengan membantu siswa mengajukan pertnayaan. Contoh-kegiatan pemikiran dan
perasaaan terbuka
Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai
Mencari penggunaan baru dari benda
sehari-hari
Meningkatkan atau memperbaiki suaut produk
atau benda (Munandar, 1999 : 100-1003).
b.
Sumbang Saran
Tehnik yang dikembangkan oleh Osborn ini
dapat diterapak unutk memecahkansuaut masalah dalam kelompok kecil (Sekitas
8-10 orang) dengan “menggali” gagasan-gagasan sebanyak mungkin dari anggota
kelompok.
Hal-hal yang pelru diperhatikan meliputi :
- Kebebasan dalam memberikan gagasan
- Penekanan pada kuantitas
- Kritik ditangguhkan
- Kombinsi dan peningkatan gagasan
- Mengulangi gagasan (Munandar, 1999 : 104).
c.
Daftar pertanyaan yang memacu gagasan
Tehnik ini bertujuan melancarkan arus
pencetusan gagasan dalam pemecahan masalah seperti mengembangkan, meningkatkan,
dan memperbaiki suatu subyek atau situasi.dengan meninjau daftar pertanyaan
yang membantu melihat hubungan-hubungan baru.
d.
Menyimak sifat benda atau keadaan
Tehnik ini digunakan untuk mengubah gagasan
guna meningkatkan atau memperbaiki suatu subyek atau situasi. Pertama-tama
semua atribut (sifat) dari suatu subyek atau situasi dicatat, kemudian
masing-masing ciri ditinjau satu persatu untuk mempertimbangkan kemungkinan
mengubah atau memperbaiki obyek atau situasi tersebut.
e.
Hubungan yang dipaksakan
Tehnik lain untuk merangsang
gagasan-gagasan kreatif ialah dengan cara “memaksakan” suatu hubungan antara
objek atau situasi yangn dimasalahkan dengan unsure-unsur lain untuk
menimbulkan gagasan-gagsan baru. Maksud dari “memaksakan hubungan” ialah agar kita
dapat melepskan diri dari hubungan-hubungan yang lazim atau yang sudah mejadi
tradisi (kebiasan) untuk menjajaki kemungkinan-kemungkinan baru.
f.
Pendekatan Morfologis
Pada tehnik pendekatan atau analisis
morfologis kita berusaha memecahkan suatu masalah atau memperoleh ide-ide baru
dengan cara mengkaji dengan cermat bentuk struktur masalah.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
Kita
mulai dengan menentukan komponen-komponen dasar dari masalah atau situasi
Dari setiapkomponen kita tetapkan sifatnya
Dengan meninjau setiap kemungkinan
kombinasi, dari sifat-sifat setiap komponen kita mendapatkan gagasan baru dan kombinasi baru (Munandar, 1999 : 109).
g.
Pemecahan masalah secara kreatif
Parners, Noller dan Biondi (1971) dalam
Munandar (1999:110-111) menajukan suatu model pemecahan masalah secara kreatif
(PMK) meliputi:
- Tahap mengumpulkan fakta
- Tahap menemukan masalah
- Tahap menemukan gagasan
- Tahan mnemukan jawaban
- Tahap menemukan penerimaan