Analisis
di Laboratorium Al-Kimiya, para peneliti Arab abad ke-16 sedang melakukan proses
pembakaran, pelelehan, pencampuran dan pemurnian logam serta pembuatan asam
nitrit
|
Manusia pada zaman dahulu, pertama kali menggunakan ilmu kimia setelah mereka belajar menggunakan api. Begitu api dapat dibuat, orang mulai memasak makanan, dan membakar tanah liat untuk membuat gerabah. Rasa ingin tahu yang bersifat alami tentang bahan-bahan atau materi, menghasilkan eksperimentasi sederhana, seperti bagaimana bijih-bijih logam dicairkan, dan dibuat perkakas dari logam seperti tombak, kampak dan pisau.
Orang-orang Mesir pada zaman dahulu, membuat mumi dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Orang Cina sudah memiliki sejarah yang panjang dalam preparat kimia. Pernis, yang barangkali merupakan plastik industri paling kuno, sudah digunakan di Cina dalam industri yang sudah rapi pada
tahun 1300 SM. Akan tetapi mereka belum berusaha untuk memahami hakikat materi yang mereka gunakan, sehingga pada waktu itu kimia sebagai ilmu belumlah lahir.
Kimia sebagai ilmu yang melibatkan kegiatan metode ilmiah dilahirkan oleh para ilmuwan Arab dan Persia pada abad ke- 8. Salah seorang bapak ilmu kimia Arab yang terkemuka adalah Jabir ibn Hayyan ( 700-778 M ), yang lebih dikenal di Eropa dengan nama Geber. Nama kimia sendiri berasal dari kata al-kimiya (bahasa Arab) yang berarti ―perubahan materi‖ . Dari kata al-kimiya inilah segala bangsa dimuka bumi ini meminjam istilah seperti: alchemi (Latin), chemistry (Inggris), chimie (Prancis), chemie (Jerman), chemica (Italia) dan kimia (Indonesia).
Melalui pusat-pusat peradaban Islam di Spanyol (Cordova) dan Sisilia serta akibat hubungan antara
Eropa dan Timur Tengah semasa Perang Salib, ilmu kimia mulai dikenal secara luas dan dipelajari oleh bangsa-bangsa Eropa. Sejak abad ke– 17, Negara-negara Barat menggantikan Timur dalam perkembangan ilmu pengetahuan, dan pada awal abad ke– 19 umat manusia mulai memasuki zaman kimia modern.