1.
Pengertian Jagat Raya
Jagat raya adalah istilah lain dari
alam semesta. Jagat raya adalah sebuah ruang tempat segenap benda langit
berada, termasuk bumi tempat manusia hidup. Di jagat raya terdapat
bermilyar-milyar bintang, planet-planet, komet,meteor. Selain itu di jagat raya
juga terdapat debu, kabut dan gas.
2. Teori Terbentuknya Jagat Raya
a. Teori ”Big Bang”
Salah satu
teori yang menjelaskan proses terjadinya jagat raya adalah teori ”Big Bang”.
Menurut teori ini, jagat raya terbentuk dari ledakan dahsyat yang terjadi
kira-kira 13.700 juta tahun yang lalu. Akibat ledakan tersebut materi-materi
dengan jumlah sangat banyak terlontar ke segala penjuru alam semesta.
Materi-materi tersebut akhirnya membentuk bintang, planet, debu kosmis, asteroid,
meteor, energi, dan partikel-partikel lain. Teori ”Big Bang” ini didukung oleh
seorang astronom dari Amerika Serikat, yaitu Edwin
Hubble. Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang dilakukan,
menunjukkan bahwa jagat raya ini tidak bersifat statis. Semakin jauh jarak
galaksi dari Bumi, semakin cepat proses pengembangannya. Penemuan tersebut
dikuatkan lagi oleh ahli astrofisika dari Amerika Serikat, Arno Pnezias dan Robert Wilson pada
tahun 1965 telah mengukur tahap radiasi yang ada di angkasa raya. Penemuan ini
kemudian disahkan oleh ahli sains dengan menggunakan alat NASA yang bernama
COBE spacecraft antara tahun 1989–1993. Kajian-kajian terkini dari laboratorium
CERN (Conseil Europeen pour la Recherche
Nucleaire atau European
Council for Nuclear Research) yang terletak berdekatan dengan
Genewa menguatkan lagi teori ”Big Bang”. Semua ini mengesahkan bahwa pada masa
dahulu langit dan Bumi pernah bersatu sebelum akhirnya terpisah-pisah seperti
sekarang.
b. Teori ”Keadaan
Tetap”
Teori ”keadaan tetap”
atau teori ciptaan sinambung menyatakan bahwa jagat raya selama berabad-abad
selalu dalam keadaan yang sama dan zat hidrogen senantiasa dicipta dari
ketiadaan. Penambahan jumlah zat, dalam teori ini memerlukan waktu yang sangat
lama, yaitu kira-kira seribu juta tahun untuk satu atom dalam satu volume ruang
angkasa. Teori ini diajukan oleh ahli astronomi Fred Hoyle dan
beberapa ahli astrofisika Inggris. Dalam teori ”keadaan tetap”, kita harus menerima bahwa zat baru
selalu diciptakan dalam ruang angkasa di antara berbagai galaksi, sehingga
galaksi baru akan terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh. Orang
sepakat bahwa zat yang merupakan asal mula bintang dan galaksi tersebut adalah
hidrogen. Teori ini diterima secara skeptis oleh beberapa ahli yang lain, sebab
hal itu melanggar salah satu hukum dasar fisika, yaitu hukum kekekalan zat. Zat
tidak dapat diciptakan atau dihilangkan tetapi hanyalah dapat diubah menjadi
jenis zat lain atau menjadi energi. Sampai saat ini belum dapat dipastikan
bagaimana sesungguhnya jagat raya ini terbentuk. Teori-teori yang dikemukakan
para ahli tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.
c. Teori mengembang dan memampat (The Oscilatting Teory)
Teori ini berpendapat bahwa ada suatu siklus di jagad
raya. Satu siklus mengalami satu masa ekspansi dan satu masa kontraksi. Satu
siklus diperkirakan berlangsung selama 30 milyar tahun. Dalam masa ekspansi
terbentuklah galaksi-galaksi serta bintang-bintang di dalamnya. Ekspansi ini
diakibatkan oleh adanya reaksi inti hidrogen yang pada akhirnya membentuk
unsur-unsur lain yang komplek. Pada masa kontraksi, galaksi-galaksi dan
bintang-bintang yang telah terbentuk meredup dan unsur-unsur yang telah
terbentuk menyusut dengan mengeluarkan tenaga berupa panas yang sangat tinggi.
Disebut juga Oscillating Theory (teori mengembang dan memampat).
d. Teori “Alam Semesta Quantum”
ini diciptakan
oleh William Lane Craig pada tahun 1966. Dia mengemukakan bahwa alam semesta
adalah sudah ada selamanya dan akan selalu ada untuk selamanya pula. Dalam
teori ini, ruang hampa pada hakikatnya tidak ada, yang ada adalah
partikel-partikel sub atomik.
e. Teori berayun
Berdasarkn teori ini semua materi salimg menjauh dan
berasal dari massa yang padat. Selanjutnya, materi itu geraknya melambat
kemudian berhenti dan mulai mengerutlagi akibat gaya grafitasi. Lalu materi
tersebut akan memadat dan meledak lagi. Dalam proses ini tidak ada materi yang
rusak maupun tercipta akan tetapi hanya berubah tatanan.
3.
Anggapan-Anggapan tentang
Jagat Raya dan Alam Semesta
Berikut ini
adalah anggapan-anggapan manusia tentang jagat raya dan alam semesta sejak
dahulu hingga sekarang.
a. Anggapan Antroposentris atau Egosentris
Anggapan ini dimulai pada tingkat
awal manusia atau pada masa manusia primitif yang menganggap bahwa manusia
sebagai pusat alam semesta. Pada waktu menyadari ada Bumi dan langit, manusia
menganggap matahari, bulan, bintang, dan Bumi serupa dengan hewan, tumbuhan,
dan dengan dirinya sendiri.
b. Anggapan Geosentris
Anggapan ini
menempatkan Bumi sebagai pusat dari alam semesta. Geosentris (geo = Bumi;centrum = titik pusat).
Anggapan ini dimulai sekitar abad VI Sebelum Masehi (SM), saat pandangan
egosentris mulai ditinggalkan. Salah seorang yang mengemukakan anggapan
geosentris adalah Claudius Ptolomeus.
Ia melakukan observasi di Alexandria, kota pusat budaya Mesir pada masa lalu.
Ia menganggap bahwa pusat jagat raya adalah Bumi, sehingga Bumi ini dikelilingi
oleh matahari dan bintang-bintang.
c. Anggapan Heliosentris
Semakin majunya
alat penelitian dan sifat ilmuwan yang semakin kritis, menyebabkan bergesernya
anggapan geosentris. Pandangan heliosentris (helios = matahari) dianggap
sebagai pandangan yang revolusioner yang menempatkan matahari sebagai pusat
alam semesta. Seorang mahasiswa kedokteran, ilmu pasti dan Astronomi, Nicholas Copernicus (1473–1543)
pada tahun 1507 menulis buku ”De
Revolutionibus Orbium Caelestium” (tentang revolusi peredaran
benda-benda langit). Ia mengemukakan bahwa matahari merupakan pusat jagat raya yang
dikelilingi planet-planet, bahwa bulan mengelilingi Bumi dan bersama-sama
mengitari matahari, dan bahwa Bumi berputar ke timur yang menyebabkan siang dan
malam.
d. Anggapan Galaktosentris
Galaktosentris (Galaxy = kumpulan
jutaan bintang) merupakan anggapan yang menempatkan galaksi sebagai pusat Tata
Surya. Galaktosentris dimulai tahun 1920 yang ditandai dengan pembangunan
teleskop raksasa di Amerika Serikat, sehingga dapat memberikan informasi yang
lebih banyak mengenai galaksi.