Masalah sosial adalah suatu kondisi atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat yang berdasarkan atas studi mereka mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga masyarakat secara keseluruhan.
Dampak masalah sosial atau akibat masalah sosial dapat terjadi baik dari segi fisik maupun non fisik. Masalah sosial bukan sebuah hal yang patut sering terjadi dalam kehidupan masyarakat. Memahami masalah sosial merupakan kewajiban bagi setiap individu terlebih lagi bagi mereka yang bergerak dalam bidang social entrepreneurs.
Fungsi dan tujuan masalah sosial dengan memahami keluasan serta secara mendalam, maka bisa memberikan dampak atau akibat yang menguntungkan dengan memberikan inspirasi berupa peluang-peluang untuk melakukan aksi penanganan yang lebih baik.
Hadirnya masalah sosial ini sifatnya dengan menghadirkan adanya pencegahan masalah sosial, penyelesaian masalah sosial ataupun pengembangan untuk mengantisipasi hal-hal yang akan selanjutnya terjadi.
Masalah adalah dampak dari berbagai interaksi sosial; interaksi sosial antarindividu, antarindividu dengan kelompok, atau antarkelompok. Dalam keadaan normal, interaksi sosial dapat menghasilkan integrasi. Di sisi lain, interaksi sosial juga dapat menghasilkan konflik dengan pihak lainnya.
Soerjono Soekanto mengungkapkan bahwa pengertian masalah sosial adalah ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Soerjono Soekanto membedakannya menjadi 4 yaitu sebagai berikut:
- Dari faktor ekonomis. Contoh: kemiskinan dan pengangguran
- Dari faktor biologis. Contoh: wabah penyakit menular
- Dari faktor psikologis. Contoh: bunuh diri
- Dari faktor kebudayaan. Contoh: kenakalan remaja
Meskipun terkesan banyak, tetapi tidak semua masalah di masyarakat digolongkan sebagai masalah sosial, lho. Ada 5 kriteria yang bisa kita pakai untuk menentukannya:
1. Kriteria Umum
Masalah bisa terjadi karena adanya perbedaan antara nilai yang dianut masyarakat dengan kondisi di kehidupan nyata. Ini berarti ada ketidakcocokan antara persepsi masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi dengan kenyataan sebenarnya. Kriteria umum ini juga tidak bisa dipukul rata karena akan bergantung kepada nilai-nilai yang dianut masayarakat setempat. Seperti misalnya, di kebanyakan daerah di Indonesia, memakai bikini di pantai masih dianggap sebagai hal yang kurang sopan, tetapi tidak demikian di Eropa atau Amerika Serikat.
2. Sumber Masalah Sosial
Ada berbagai macam sumber, selain muncul dari kondisi dan proses sosial, juga dapat berasal dari bencana alam, lho. Dampaknya banjir misalnya, bisa saja korban-korbannya menjadi miskin karena segala harta bendanya hanyut terseret banjir. Nah, “kemiskinan” inilah yang merupakan masalah. Bukan banjirnya.
Masalah sosial tentu tidak bisa “diklaim” oleh individu itu sendiri. Harus ada pihak lain yang menetapkan. Contoh pihak-pihak tersebut adalah: pemerintah, tokoh masyarakat, maupun organisasi sosial yang punya pengaruh besar.
4. Masalah Sosial Nyata dan Laten
Masalah sosial nyata timbul karena ada tindakan yang melenceng dari norma dan nilai yang berlaku di masyarakat, dan masyarakat merasa yakin dapat mengatasinya. Di sisi lain, masalah sosial laten adalah ketika masyarakat tidak berdaya untuk mengatasinya, seperti korupsi.
5. Perhatian Masyarakat
Kriteria ini penting karena tidak semua masalah sosial akan menjadi perhatian masyarakat. Sebaliknya, tidak semua perhatian sosial merupakan masalah sosial. Misalnya, jatuhnya pengendara sepeda motor akan menarik perhatian masyarakat, tetapi hal itu bukan masalah sosial.
Teori Masalah Sosial
Dalam ilmu sosiologi, ada tiga teori mengenai masalah sosial, yaitu teori fungsionalisme, teori konflik, dan teori interaksi simbolik. Teori fungsionalisme dicetuskan oleh Emile Durkheim, sosiolog asal Prancis, yang dipengaruhi pemikiran Auguste Comte dan Herbert Spencer. Durkheim mengibaratkan masalah sosial seperti tubuh manusia; kalau ada satu bagian tubuh yang sakit atau rusak, maka penyakit tersebut akan memengaruhi bagian-bagian tubuh lainnya. Jadi, kalau ada satu unsur di masyarakat yang gak berjalan baik, hal tersebut akan berdampak ke kehidupan masyarakat lainnya dan dampak tersebut dapat menyebar luas hingga menimbulkan masalah sosial.
Lalu ada teori konflik yang dicetuskan oleh Karl Marx, filsuf asal Jerman. Marx menganggap permasalah sosial muncul karena adanya perbedaan kelas sosial. Oleh karena itu, dalam teori Marx ada istilah borjuis (pemilik modal atau orang kaya) dan proletar (kaum buruh). Marx berpandangan kalau kelas sosial yang berada di atas (borjuis) mengeksploitasi sumber daya yang ada, sehingga kelas yang berada di bawah (proletar) hanya kebagian jatah sumber daya yang sedikit atau bahkan gak cukup. Dari sanalah, menurut Marx, muncul konflik yang berujung pada masalah sosial.
Terakhir ada teori interaksi simbolik. Salah satu tokoh teori ini adalah Erving Goffman, sosiolog asal Kanada. Goffman mengatakan kalau permasalahan sosial terjadi karena memang kondisi tersebut sudah dicap bermasalah oleh masyarakat. Masyarakatlah yang memberikan label atau karakter yang buruk pada kondisi individu atau sebuah kelompok.
3.Kesenjangan Sosial dan Ketidakadilan
Kesenjangan sosial merupakan salah satu akibat dari adanya stratifikasi sosial, yang membeda-bedakan masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat kelas atas biasanya lebih mudah mendapatkan segala sesuatu, sedangkan kelas bawah kesulitan mendapatkan akses pelayanan ataupun memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ketidakadilan adalah suatu kondisi saat suatu kelompok atau individu diperlakukan berbeda dan dipinggirkan di masyarakat. Salah satu contoh ketidakadilan adalah isu yang sempat ramai di Amerika, “Black Lives Matter”.
Diantara bentuk atau macam-macam perilaku menyimpang remaja antara lain:
7.Masalah Konflik SARA (Suku, Agama, Ras dan Antarkelompok)
Masalah konflik Suku, Agama, Ras dan Antarkelompok (SARA), bagi negara-negara berkembang yang multikultural (termasuk Indonesia) adalah problem yang sewaktu-waktu bisa muncul, dan dapat mengganggu kelancaran proses pembangunan. Oleh karena setiap desain pembangunan dan pelaksanaan pembangunan harus betul-betul meminimalkan terjadinya konflik SARA (Warnaen, S. 2002; Nugroho, F, (eds). 2004). Unsur-unsur konflik SARA adalah:
8.Masalah Aksi Protes, Pergolakan Daerah, dan Pelanggaran HAM
Aksi protes, pergolakan daerah dan pelanggaran HAM, merupakan masalah sosial yang cukup kompleks, dan menuntut adanya perhatian khusus dalam pemecahannya. Telebih kondisi sosial budaya masyarakat yang multikultural, seperti di Indonesia. Hampir setiap hari terjadi aksi protes dan demonstrasi di daerah-daerah. Hal ini tentu dapat mengganggu proses perubahan atau pembangunan masyarakat.
Faktor-Faktor Penyebab Masalah Sosial
Masalah sosial merupaja fenomena yang selalu ada pada setiap masyarakat di belahan bumi manapun. Selama masyarakat terus mengalami proses perubahan maka masalah sosial akan terus muncul tanpa bisa dihindari serta sekaligus akan terus mempengaruhi dimensi kehidupan setiap orang.
1. Penyebab Masalah Sosial Menurut Abdul Syani
Dalam bukunya Abdul Syani memaparkan terdapat dua macam penyebab masalah sosial dapat terjadi. Adapun faktor penyebab masalah sosial menurutnya yaitu:
Lalu ada teori konflik yang dicetuskan oleh Karl Marx, filsuf asal Jerman. Marx menganggap permasalah sosial muncul karena adanya perbedaan kelas sosial. Oleh karena itu, dalam teori Marx ada istilah borjuis (pemilik modal atau orang kaya) dan proletar (kaum buruh). Marx berpandangan kalau kelas sosial yang berada di atas (borjuis) mengeksploitasi sumber daya yang ada, sehingga kelas yang berada di bawah (proletar) hanya kebagian jatah sumber daya yang sedikit atau bahkan gak cukup. Dari sanalah, menurut Marx, muncul konflik yang berujung pada masalah sosial.
Terakhir ada teori interaksi simbolik. Salah satu tokoh teori ini adalah Erving Goffman, sosiolog asal Kanada. Goffman mengatakan kalau permasalahan sosial terjadi karena memang kondisi tersebut sudah dicap bermasalah oleh masyarakat. Masyarakatlah yang memberikan label atau karakter yang buruk pada kondisi individu atau sebuah kelompok.
Contohnya, seorang residivis akan senantiasa dicap sebagai kriminal oleh masyarakat.
Jenis Masalah Sosial
Beberapa jenis masalah sosial adalah sebagai berikut:
1.Kemiskinan
Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketika individu atau sebuah kelompok gak sanggup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan sulit mengakses pelayanan yang dibutuhkan. Bentuk sekaligus faktor penyebab kemiskinan itu ada tiga, yaitu:
2.Kriminalitas
Kriminalitas atau tindakan kriminal merupakan problem sosial yang bersifat laten (selalu ada dalam kehidupan masyarakat atau negara manapun), namun tindakan kriminal bukanlah penyimpangan perilaku yang dibawa sejak lahir, tetapi tindakan kriminal merupakan hasil dari sosialisasi sub budaya menyimpang. Tindakan kriminal sering dikategorikan sebagai tindak pidana atau tindakan yang melanggar hukum pidana. Diantara contoh tindakan kriminal adalah: korupsi, pencurian, pembunuhan, perampokan, penipuan atau pemalsuan, penculikan, perkosaan, sindikat narkotik atau penyalahgunaan obat terlarang.
Jenis Masalah Sosial
Beberapa jenis masalah sosial adalah sebagai berikut:
1.Kemiskinan
Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketika individu atau sebuah kelompok gak sanggup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan sulit mengakses pelayanan yang dibutuhkan. Bentuk sekaligus faktor penyebab kemiskinan itu ada tiga, yaitu:
- Natural. Kemiskinan ini disebabkan oleh faktor-faktor yang alami. Misalnya, karena individu tersebut cacat atau sakit, sehingga ia kesulitan memenuhi kebutuhannya dan termasuk kategori miskin.
- Kultural. Jenis kemiskinan ini berbahaya, nih, Pahamifren. Kemiskinan kultural ini disebabkan karena individu tersebut sudah merasa cukup sama hidupnya. Jadi dia males-malesan dan gak disiplin, gak ada usaha untuk membuat hidupnya jadi lebih baik. Dari sinilah seseorang bisa mengalami kemiskinan.
- Struktural. Individu atau suatu kelompok bisa jadi miskin karena sesuatu yang dibuat oleh manusia. Misalnya, kebijakan yang gak adil, distribusi barang ataupun makanan yang gak merata, dan korupsi
Dalam kajian sosiologi pembangunan, konsep kemiskinan dibedakan menjadi tiga macam,
- Pertama kemiskinan absolut (a fixed yardstick). Konsep kemiskinan absolut ini dirumuskan dengan membuat ukuran tertentu yang kongkit. Ukuran ini lazimnya berorientasi pada kebutuhan dasar dalam kehidupan sehari-hari, yaitu pangan, papan dan sandang. Besarnya ukuran setiap negara berbeda.
- Kedua, kemiskinan relatif (the idea of relative). Konsep kemiskinan relatif ini dirumuskan berdasarkan atau memperhatikan dimensi tempat dan waktu. Asumsi ini, bahwa kemiskinan di daerah satu dengan daerah lain tidak sama, demikian juga antara waktu dulu dengan sekarang berbeda.
- Ketiga, kemiskinan subjektif. Konsep kemiskinan sbjektif ini dirumuskan berdasarkan perasaan individu atau kelompok miskin.
Kita menilai individu atau kelompok tertentu miskin, tetapi kelompok yang kita nilai menganggap bahwa dirinya bukan miskin, atau sebaliknya. Konsep kemiskinan ketiga inilah yang lebih tepat apabila memahami konsep kemiskinan dan bagaimana langkah strategis dalam menangani kemiskinan (Usman, S. 1998; Tjokrowinoto, W. 2004).
2.Kriminalitas
Kriminalitas atau tindakan kriminal merupakan problem sosial yang bersifat laten (selalu ada dalam kehidupan masyarakat atau negara manapun), namun tindakan kriminal bukanlah penyimpangan perilaku yang dibawa sejak lahir, tetapi tindakan kriminal merupakan hasil dari sosialisasi sub budaya menyimpang. Tindakan kriminal sering dikategorikan sebagai tindak pidana atau tindakan yang melanggar hukum pidana. Diantara contoh tindakan kriminal adalah: korupsi, pencurian, pembunuhan, perampokan, penipuan atau pemalsuan, penculikan, perkosaan, sindikat narkotik atau penyalahgunaan obat terlarang.
3.Kesenjangan Sosial dan Ketidakadilan
Kesenjangan sosial merupakan salah satu akibat dari adanya stratifikasi sosial, yang membeda-bedakan masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat kelas atas biasanya lebih mudah mendapatkan segala sesuatu, sedangkan kelas bawah kesulitan mendapatkan akses pelayanan ataupun memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ketidakadilan adalah suatu kondisi saat suatu kelompok atau individu diperlakukan berbeda dan dipinggirkan di masyarakat. Salah satu contoh ketidakadilan adalah isu yang sempat ramai di Amerika, “Black Lives Matter”.
4.Masalah Pendidikan
Seperti yang telah kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Memang, guru-guru saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain atau kekurangan dana.
Kecuali guru-guru lama yang sudah lama mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang pensiun.
Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai buat hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah.
5.Masalah Penyimpangan Perilaku Remaja dan Kenakalan Remaja
Pengertian perilaku menyimpang (deviasi sosial) adalah semua bentuk perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang ada. Jadi, perilaku menyimpang remaja adalah semua bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat.Diantara bentuk atau macam-macam perilaku menyimpang remaja antara lain:
- Tawuran antar pelajar;
- Penyimpangan seksual meliputi homoseksual, lesbianisme, dan hubungan seksual sebelum nikah;
- Alkoholisme;
- Penyalahgunaan obat terlarang atau narkotika;
- Kebut-kebutan di jalan raya;
- Pencurian atau penipuan, dan bentuk-bentuk tindakan kriminalitas lainnya.
- Sikap apatis terhadap kewajiban-kewajiban normatif yang melekat pada dirinya;
- Adanya kecenderungan sikap untuk suka mengganggu teman lainnya;
- Sikap kecewa yang berlebihan karena tidak terpenuhinya keingian tertentu;
- Kurang fokus atau perhatian terhadap suatu agenda kegiatan tertentu;
- Sikap takut yang berlebihan terhadap sesuatu yang dianggap merugikan dirinya; dan
- Ketidakmampuan untuk berperan dalam kelompok atau sikap ‘manja’ yang berlebihan (Sudarsono, 1995).
- Penyimpangan primer, yaitu penyimpangan yang sifatnya temporer, sementara, dan masyarakat masih bisa mentolerir;
- Penyimpangan sekunder, yaitu penyimpangan yang dapat merugikan atau mengancam keselamatan orang lain, misalnya tindakan kriminal;
- Penyimpangan kelompok, yaitu penyimpangan yang dilakukan secara kelompok, misalnya geng untuk berkelahi, narkotik; dan
- Penyimpangan individu, yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan secara sendiri.
6.Masalah Lingkungan Hidup
Problem atau masalah lingkungan hidup harus menjadi perhatian yang sangat serius, karena persoalan lingkungan adalah:- Menyangkut jaminan kualitas kelangsungan kehidupan generasi dimasa-masa yang akan datang; dan
- Kegagalan dalam menangani persoalan lingkungan akan membawa dampak negatif disemu sektor kehidupan, baik dalam level lokal, nasional dan bahkan dunia, misalnya: terjadinya bencana banjir, pemanasan global; tanah longsor dan sebagainya.
- Tingkat kualitas kesehatan masyarakat semakin terancam;
- Kualitas kesuburan tanah dan ekosistem lingkungan fisik terancam;
- Kualitas air sebagai sumber kehidupan semakin tercemar;
- Terjadinya pencemaran udara, karena polusi industri, dan sebagainya.
Menurut Eitzen, dalam Soetomo (1995).
Masalah konflik Suku, Agama, Ras dan Antarkelompok (SARA), bagi negara-negara berkembang yang multikultural (termasuk Indonesia) adalah problem yang sewaktu-waktu bisa muncul, dan dapat mengganggu kelancaran proses pembangunan. Oleh karena setiap desain pembangunan dan pelaksanaan pembangunan harus betul-betul meminimalkan terjadinya konflik SARA (Warnaen, S. 2002; Nugroho, F, (eds). 2004). Unsur-unsur konflik SARA adalah:
- Ada dua pihak atau lebih yang terlibat konflik;
- Ada tujuan yang menjadi sasaran konflik, dan tujuan tersebut sebagai sumber konflik; dan
- Ada perbedaan pikiran, perasaan dan tindakan untuk meraih tujuan yang saling memaksakan atau menghancurkan.
- Bersifat alamiah;
- Anggota suku, agama, ras, antar kelompok yang terlibat konflik cenderung lebih terdorong untuk melakukan konflik berikutnya untuk kepentingan kelompoknya;
- Umumnya terjadi antara SARA mayoritas dengan minoritas;
- Sering diiringi dengan kekerasan yang berlangsung dalam ruang dan waktu tertentu;
- Mereka yang terlibat konflik merasa belum puas karena kebutuhan mereka belum terpenuhi; dan
- Konflik melibatkan dua kelompok kepentingan yang saling memperebutkan kebutuhan hidup (Suryadinata, L., dkk. 2003; ; Liliweri, A.. 2005).
8.Masalah Aksi Protes, Pergolakan Daerah, dan Pelanggaran HAM
Aksi protes, pergolakan daerah dan pelanggaran HAM, merupakan masalah sosial yang cukup kompleks, dan menuntut adanya perhatian khusus dalam pemecahannya. Telebih kondisi sosial budaya masyarakat yang multikultural, seperti di Indonesia. Hampir setiap hari terjadi aksi protes dan demonstrasi di daerah-daerah. Hal ini tentu dapat mengganggu proses perubahan atau pembangunan masyarakat.
Faktor-Faktor Penyebab Masalah Sosial
Masalah sosial merupaja fenomena yang selalu ada pada setiap masyarakat di belahan bumi manapun. Selama masyarakat terus mengalami proses perubahan maka masalah sosial akan terus muncul tanpa bisa dihindari serta sekaligus akan terus mempengaruhi dimensi kehidupan setiap orang.
1. Penyebab Masalah Sosial Menurut Abdul Syani
Dalam bukunya Abdul Syani memaparkan terdapat dua macam penyebab masalah sosial dapat terjadi. Adapun faktor penyebab masalah sosial menurutnya yaitu:
- Terjadinya disorganisasi di dalam masyarakat seperti terjadi keresahan dan pertentangan antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
- Adanya ketidakmampuan dalam berhadapan dengan inovasi seperti ketidakmampuan dalam menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.